Renungan Hari Rabu 29 Mei 2024
Renungan Hari Rabu 29 Mei 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Rabu 29 Mei 2024. Dalam Bacaan Injil Markus 10:32-45 hari ini mengisahkan tentang Sekarang kita pergi ke Yerusalem, dan Anak Manusia akan diserahkan.
Hidup dalam kekudusan.
Inilah perintah Allah yang mengatakan: “kuduslah kamu, sebab Aku kudus”. Umat Kristen adalah umat tebusan Allah yang telah dilahirkan kembali karena pengorbanan Kristus yang telah mati di kayu salib.
Inilah penebusan yang mahal, yang tidak mungkin dibayar dengan apa pun juga, selain dengan darah Yesus, Sang Putra Allah. Setelah ditebus, umat Kristen terpanggil menjadi umat-Nya yang kudus, yang menjaga hidupnya berkenan kepada-Nya.
Kecenderungan berbuat dosa dan menyukakan diri ditinggalkan dan termotivasi untuk hidup sesuai dengan firman-Nya, hari demi hari menikmati pengudusan-Nya, semakin serupa dengan Kristus.
Kasih persaudaraan. Suatu bentuk manifestasi (perwujudan) dari orang yang telah dipanggil adalah kasih persaudaraan. Orang yang sudah dipanggil menjadi Gereja harus memanifestasikan komunitas (persekutuan) ilahi, yakni komunitas Allah yang lahir dari Firman yang hidup.
Kasih Kristus yang telah mengalir dalam hidupnya akan mengalir pula dalam manifestasi yang nyata sehari-hari, saling mengasihi satu dengan yang lain dengan kasih yang tulus ikhlas dan segenap hati. Kasih persaudaraan sebagai pengikat komunitas ilahi walau berbeda latar belakang, suku bangsa, tingkat sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
Mazmur, Allah semesta alam
Mazmur 147 ini merupakan suatu pengakuan iman bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya (ayat 8, 16). Karena itu bagi pemazmur hanya Allah satu-satunya yang patut menerima pujian (ayat 1).
Allah adalah penguasa dan penyelamat. Allah tidak sama dengan pembuat barang-barang apa pun. Pembuat barang biasanya hanya berperan ketika ia membuat barang, dan setelah itu barang tersebut dibiarkan berfungsi, berjalan atau beroperasi sendirian tanpa kontrol pembuatnya.
Allah sebagai Pencipta tidak demikian. Setelah langit dan bumi serta segala isinya dijadikan, Allah terus mengontrol, memelihara dan merawat segala yang diciptakan-Nya. Misalnya, Allah menyembuhkan orang yang patah hati (ayat 3), menegakkan kembali orang tertindas (ayat 6).
Ia juga memberikan makanan kepada hewan (ayat 9), memelihara keutuhan umat-Nya serta memberkati orang-orang yang takut akan Dia dan mengharapkan kasih setia-Nya (ayat 2, 13, 15). Allah juga tetap mengontrol peredaran alam yang kelihatannya berjalan secara otomatis.
Jika bumi masih terus berputar mengelilingi matahari, bukan karena memang harus demikian, tetapi karena ada Allah yang mengontrol dan memeliharanya. Kontrol Allah terhadap alam ini tampak juga pada hal-hal yang menyimpang dari kebiasaannya.
Allah mengkhususkan suatu umat. Allah secara khusus memilih suatu bangsa sebagai umat perjanjian-Nya. Untuk tugas itu umat diberi perlengkapan berupa firman, ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum-Nya (ayat 19, 29).
Allah memberikan hukum-hukum dan berbagai ketetapan agar umat tetap terpelihara dalam hubungan yang harmonis dengan Allah dan juga dengan sesama. Karena itu umat Allah selalu berada dalam dua hubungan tadi, Tuhan dan sesama.
Sikap yang sangat menekankan keselamatan pribadi tanpa memperhatikan hubungan dengan sesama dan lingkungannya adalah sikap iman yang pincang. Sikap iman yang benar ialah menempatkan semua hubungan ini di dalam pengampunan dan karya penyelamatan Allah di dalam Kristus.
Injil hari ini, Kemuliaan salib dan pelayanan
Kedudukan dan kemewahan telah menjadi ukuran keberhasilan seseorang. Tak heran jika banyak orang berusaha memperolehnya meski harus menjatuhkan orang lain.
Hal ini dialami oleh murid-murid Yesus karena tidak paham bahwa kemuliaan-Nya harus melalui jalan salib. Di tengah kecemasan dan ketakutan para murid (ayat 1), Yesus memberitahukan untuk ketiga kalinya bahwa Ia harus menempuh jalan salib yaitu jalan penderitaan.
Ia akan diserahkan Allah (lihat Kis 2:23) ke dalam tangan manusia (Mrk 9:30). Mereka adalah para pemimpin Yahudi dan orang Romawi yang tidak mengenal Allah (ayat 33). Namun cerita tidak berakhir sampai di situ saja.
Ia akan bangkit pada hari yang ketiga. Namun murid Tuhan salah memahami pemberitahuan ini. Mereka menganggap Yesus akan menegakkan kerajaan mesianik di sana. Oleh karena itu mereka meminta kedudukan yang tertinggi dalam kerajaan-Nya (ayat 37).
Yesus dengan lemah lembut menunjukkan jalan salib penuh penderitaan, yang akan Dia lalui (ayat 38). Meski mereka akan mengalami penderitaan, seperti Guru mereka, tetapi Yesus tidak berhak untuk memberikan kedudukan kepada mereka (ayat 39-40). Allah akan menyediakan bagi orang yang berkenan kepada-Nya (lih. Why 11:8; 22:12).
Murid-murid lain tidak berbeda. Mereka juga menginginkan kedudukan (ayat 41; lihat Mrk 9:34). Yesus mengingatkan mereka agar tidak seperti para pemerintah tirani (ayat 42).
Sebaliknya mereka harus jadi pemimpin yang menjadi hamba bagi orang lain, seperti teladan Yesus (ayat 43-44). Ia bukan hanya melayani mereka, tetapi juga memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (ayat 44).
Inilah paradigma baru tentang pemimpin pelayan dan kemuliaan melalui jalan salib yang harus dipahami dan diterapkan oleh murid-murid-Nya.
Jadi tidak ada kemuliaan tanpa jalan salib dan tidak ada kehormatan tanpa melayani orang lain. Kita yang mau menjadi besar dan terkemuka harus mempunyai hati yang melayani dan mau berkorban. Jangan mementingkan diri sendiri, melainkan layanilah sesama dengan rendah hati.
Doa Penutup
Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Ampuni aku, ya Tuhan Yesus, karena aku seringkali mencoba untuk menghindari salib yang harus kupikul.
Transformasikanlah diriku dan berikanlah sebuah hati yang sungguh ingin mengikut Engkau tanpa syarat.
Ajarlah aku agar dapat menjadi pelayan/hamba seperti Engkau. Amin. (Lucas Margono)