Renungan Hari Rabu 22 September 2021

Renungan Hari Rabu 22 September 2021

Renungan Hari Rabu 22 September 2021

Pengaruh moral

Ezra mendapat wewenang dari raja wilayah Yehuda untuk menghukum mereka yang telah berzinah. Dalam menangani permasalahan umat, ia tidak menggunakan kekuasaan sekuler, tetapi menggunakan pengaruh moral. Kesedihan pribadinya yang mendalam, telah menggerakkan dan mempengaruhi hati orang lain, juga gentar terhadap firman Allah.

Bukan jari telunjuk tapi air mata. Itulah yang dilakukan Ezra. Ia tidak menunjukkan jarinya sebagai tanda menghakimi bangsa Yehuda. Ia mengeluarkan air mata, bukan bagi mereka yang berdosa, tetapi air mata kesedihan yang menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah mendukakan Allah dan sudah gagal lagi. 

Sikap demikianlah yang seharusnya dimiliki orang Kristen Katolik bila melihat saudara seiman berbuat dosa. Bukan menunjukkan jari kepada mereka sebagai penghakiman, tetapi biarlah hati kita remuk dan menyesal, dan mengungkapkan pengakuan bahwa tanggung jawab kita bersama untuk saling mengingatkan, menjadi kudus, dan menjaga kekudusan sebagai umat Allah. 

Dengan kata lain semua bertanggungjawab atas dosa yang dilakukan oleh masyarakat Kristiani. Kunci pembaharuan rohani adalah rasa malu yang sungguh dan kesedihan yang mendalam atas dosa yang dilakukan orang lain. Lebih baik menangis atas perbuatan orang lain daripada harus berteriak-teriak menghakimi dan menghukum dia.

Keseimbangan pengajaran dan praktek hidup. Penerapan pengajaran firman Tuhan tidak akan tercapai bila dalam pelaksanaannya masih dilibatkan unsur-unsur tekanan dan paksaan. Hal yang manjur dan efektif dalam penerapan firman Tuhan, seperti yang diterapkan oleh Ezra adalah menggunakan pengaruh moral dengan menyelaraskan antara pengajaran dan praktek hidup.

Tidak mudah menerapkan pengaruh moral melalui keselarasan pengajaran dan praktek hidup. Namun dengan memahami bahwa kita bertanggungjawab atas dosa yang dilakukan orang lain, kita pun termotivasi untuk mempraktekkan pengajaran yang benar.

Mazmur Tanggapan, Doa Pujian dan Syukur.

Doa dan pujian Tobit, berisi ucapan syukur karena belas kasih dan kuasa Allah, maka bangsa Israel mendapat kebebasan dan pulang ke negerinya sendiri, dengan menggunakan tangan raja Persia yang sebenarnya adalah musuh. 

Ini adalah cara Tuhan yang ajaib, bahkan bangsa Israel dapat membangun kembali Yerusalem atas bantuan dan perintah raja bekas musuh yang menawannya di Babilonia. Hal ini menunjukkan kebesaran Tuhan atas umat pilihan-Nya yang mau berbalik kepada Allah.

Pujian dalam bentuk madah dengan seruan untuk memuji (ayat 13:1,3,4b,6cd) dan alasan mereka memuji Allah (ayat 13:2,3b4b,6), berbentuk untaian madah sebab akibat seperti; Allah menyiksa karena dosa-dosa dan kesalahan Israel, tetapi Allah juga mengasihani, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati, tetapi menaikkan juga dari sana. Disini sebutan Allah sebagai Bapa diperkenalkan.

Allah akan menampakkan wajah-Nya merupakan ungkapan kesetiaan janji Allah kepada umat Israel. Sebenarnya Allah tetap peduli kepada umat-Nya tetapi justru manusia yang sering lari dan menghindar dari Allah, sehingga sewaktu mereka mengalami berbagai kesusahan dan kepahitan hidup wajah Allah sepertinya tersembunyi.

Injil hari ini, Siap melayani.

Laksana seorang prajurit yang masuk ke medan perang, seorang pelayan Injil Kerajaan Allah memerlukan persiapan bukan hanya pengetahuan tentang medan dan strategi pelayanan, tetapi juga persiapan secara fisik, mental dan spiritual. 

Untuk itu, ketika Yesus mengutus kedua belas murid-Nya, Yesus memberikan pembekalan agar murid-murid-Nya siap menanggung semua risiko pelayanan yang mungkin dihadapi. Beberapa persiapan penting yang perlu dimiliki seorang pelayan, termuat dalam perikop bacaan kali ini.

Pertama, menerima kuasa Allah (ayat 1-2,6). Dalam pelayanan Yesus memberitakan Injil sebelumnya Yesus melakukan banyak mukjizat. Banyak orang diselamatkan melalui pembebasan dari kuasa setan, kesembuhan dari penyakit dan peristiwa-peristiwa yang membutuhkan kuasa Allah. Untuk tujuan itulah maka Yesus memberikan kuasa-Nya kepada murid-murid-Nya. 

Kedua, memprioritaskan pemberitaan Injil di atas pemenuhan kebutuhan pribadi (ayat 3-6). Yesus melarang murid-murid-Nya membebani diri dengan kebutuhan sandang, pangan dan tempat tinggal yang seolah-olah menjadi prioritas utama dalam melayani. Seorang pelayan harus terfokus pada tujuan pengutusan yaitu memberitakan Injil kerajaan Allah ke segala tempat.

Betapa pentingnya prajurit Kristus mempersiapkan diri dalam memasuki medan pelayanan.

Renungkan: Tanpa kuasa Yesus, pelayanan Anda dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah hanya akan menghasilkan pengikut Anda bukan, Dia.

DOA: Tuhan Yesus, kami percaya bahwa “apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal 6:7). Tolonglah kami agar supaya kami hanya menabur benih-benih Injil selama masa hidup kami di dunia ini. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url