Renungan Hari Senin 01 November 2021
Renungan Hari Senin 01 November 2021
Perlindungan ilahi bagi umat Allah
Meterai-meterai hukuman Allah atas dunia ini dibukakan, namun terhadap umat-Nya yang sejati meterai Allah dikenakan untuk melindungi mereka dari hukuman-Nya (ayat 1-4). Siapa 144.000 orang yang dimeteraikan itu? Siapa kumpulan besar yang yang tidak terhitung jumlahnya itu?
Orang Kristen tidak dijanjikan luput dari berbagai aniaya yang berasal dari orang-orang yang tidak takut akan Allah. Justru aniaya dunia ini adalah alat untuk menguji dan mendorong orang beriman untuk bertekun dalam iman agar beroleh kemenangan lewat ketekunan itu. Luput yang dipaparkan Yohanes adalah terhindar dari hukuman Allah atas penghuni dunia yang membenci Dia dan bertindak jahat terhadap umat-Nya.
Penglihatan tentang meterai perlindungan ilahi ini menjawab teriakan (ayat 6:10) dan pertanyaan umat yang menderita (ayat 7:17). Hasil dari tindakan Allah membela umat-Nya adalah tak terbilang banyaknya umat yang setia kepada-Nya mengalami pemurnian dan siap menerima kemuliaan.
Siapakah umat yang dimeteraikan Allah agar luput dari hukuman-Nya bagi dunia ini? Bedakah 144.000 orang (ayat 7:4-8) dari kumpulan besar dalam ayat 9? Meski ditulis dalam dua kelompok berbeda bukan berarti Yohanes melihat dua golongan manusia yang beroleh meterai keselamatan dari Allah.
Kelompok pertama adalah gambaran simbolis dari keseluruhan umat Allah zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mereka adalah orang-orang yang telah mempercayakan hidup mereka kepada Allah dan rencana keselamatan-Nya. Tindakan memberikan meterai yang mengakibatkan perlindungan ilahi itu adalah tindakan pengesahan kepemilikan Allah atas umat-Nya.
Orang-orang yang menaruh iman kepada Kristus adalah kita dan seluruh umat Allah yang memperoleh meterai Roh. Tak satu pun yang terluput dari empat kuda dan empat malaikat penjuru bumi yang membinasakan dan menyesatkan itu, kecuali mereka yang bermeterai keselamatan dari Allah.
Mazmur, Hari ini harinya Tuhan.
Zaman Israel purba,mazmur 24 merupakan mazmur yang khusus dinyanyikan dalam setiap penyembahan di Bait Allah pada hari pertama. Mazmur ini dinyanyikan secara bergantian antara pemimpin penyembahan dengan umat Israel, sebagai manifestasi dari kesiapan hati dan seluruh keberadaan bangsa Israel untuk menyambut hadirat kemuliaan Allah.
Mula-mula seluruh umat Israel menyanyikan ayat 1-2, yang merupakan pengakuan bahwa Allahlah Pemilik seluruh bumi dan segala isinya termasuk manusia, karena Ialah yang menciptakan, menetapkan, dan memelihara.
Mereka menyatakan dengan tegas apa pun yang mereka miliki baik itu kekayaan, kepandaian, bahkan kehidupannya adalah milik Tuhan. Karena itu mereka harus mendayagunakan semuanya dengan benar dan penuh rasa tanggung jawab.
Pemimpin ibadah segera menyambung pujian itu dengan pertanyaan (3) agar jemaat mengevaluasi sudahkah hidup mereka layak di hadapan-Nya. Segera jemaat menjawab bahwa mereka yang mengakui kepemilikan Allah secara mutlak dalam kehidupan sehari-harilah yang layak datang kepada-Nya (4-6).
Orang yang menggunakan tangannya untuk pekerjaan kotor, mendapatkan keuntungan materi dari orang lain, dan menipu untuk keuntungan pribadi sama dengan merampok harta Allah.
Akhirnya penyembahan itu ditutup dengan seruan bersama untuk menyambut Raja Kemuliaan (7-10) sebagai pernyataan bahwa mereka telah berusaha hidup dengan mengakui dan menghargai kedaulatan Allah atas seluruh keberadaan mereka dengan segala kekayaannya.
Renungkan: Betapa indahnya jika hidup kita setiap hari dievaluasi berdasarkan mazmur ini sehingga kita dapat menutup setiap hari dengan pujian bagi kemuliaan-Nya.
Bacaan II, Menanggapi kasih Allah
Relasi manusia dengan Allah terjadi karena kasih Allah yang dianugerahkan pada manusia. Kasih itu membuat kita layak disebut anak-anak Allah (ayat 1). Apa artinya?
Kasih Allah dinyatakan kepada semua orang melalui pengorbanan Yesus (Yoh 3:16). Orang yang percaya kepada Yesus dan menyambut kasih itu, diberi hak untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12). Tuhan memberi jaminan mengenai hal ini (Rmm 8:16). Selanjutnya, kita harus semakin serupa dengan Yesus.
Bukan berarti kita akan kehilangan kepribadian kita, lalu diganti dengan kepribadian dan karakter yang Allah berikan pada kita. Bukan demikian! Kita tetap menjadi diri kita sendiri, tetapi karakter dan natur kita akan disempurnakan ke dalam gambaran kesempurnaan Yesus (ayat 2). Walau demikian, kita masih akan melalui perjalanan panjang.
Tidak ada seorang pun dari kita yang mencapai garis finish, sampai kita bertemu dengan Yesus. Pada saat itulah kita benar-benar akan menyerupai Dia.
Mengetahui tujuan kekal kita dan memiliki pengharapan akan mencapai tujuan itu, memotivasi kita untuk memelihara kekudusan hidup. Bila kita tahu bahwa akhir hidup kita adalah berjumpa dengan Yesus, tentu kita ingin memulainya sejak sekarang.
Itu membuat kita ingin melayani Dia, ingin hidup menyenangkan Dia. Kita tidak ingin melakukan dosa lagi karena itu berarti tidak menghargai Dia. Di dalam Roma 6, Paulus menjelaskan bahwa ketika orang datang pada Yesus, ketika dosa-dosa diampuni dan anugerah Allah dinyatakan, orang berubah secara radikal-manusia lama mati dan manusia baru hidup.
Jadi bila orang mengakui diri sebagai ciptaan baru di dalam Kristus, tetapi tetap merasa nyaman dalam kebiasaan dosa, itu patut dipertanyakan. Sebab gaya hidup berdosa bertentangan dengan gaya hidup benar, berlaku benar dan mengasihi saudara.
Meski Allah mengasihi kita berdasarkan inisiatif-Nya sendiri, hendaknya kita menyatakan tanggapan kita dengan terus berjalan di dalam kebenaran, dalam setiap aspeknya.
Injil hari ini, Siapakah saya?
Pada akhir tahun ini, baiklah kita mencoba mawas diri. Bila sampai saat ini kita masih diberi hidup dan kesehatan, nyatalah besar anugerah dan sayang-Nya atas kita. Dalam pelayanan Yesus, tidak semua orang yang telah menerima pertolongan-Nya akan menjadi murid atau pengikut-Nya.
Pengikut Tuhan memiliki ciri yang jelas karena Ia membuat berbagai tuntutan yang tinggi dan harus terjelma dalam hidup orang yang menanggapi-Nya.
Pola hidup baru. Tuhan ingin para pengikut-Nya bahagia. Itu pasti! Namun kebahagiaan itu dikaitkan dengan mutu manusianya, bukan apa yang dimilikinya. Kebahagiaan diawali pertobatan, yaitu perpalingan hidup dari perbuatan, kebiasaan, budaya salah dan lain sebagainya.
Kesadaran akan betapa miskinnya kita di hadapan Allah, menjadi titik tolak dari proses pemuridan selanjutnya, yang kelanjutannya masih perlu kita tapaki.
Semakin dekat Dia semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya. Lemah lembut bukannya keras, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak, berhati murni, juru damai. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan.
Renungkan: Kita akan bahagia bila mengikuti pembentukan Allah atas diri kita dengan meninggalkan yang lama.
DOA: Bapa surgawi, jutaan orang dalam dunia pada saat ini sedang menanggung penderitaan karena iman-kepercayaan mereka kepada Putera-Mu, Yesus Kristus. Utuslah Roh Kudus-Mua untuk menghibur dan memperkuat mereka selagi mereka terus bersandar kepada-Mu. Amin.
Sumber https://carekaindo.wordpress.com/