Renungan Hari Selasa 21 Desember 2021
Renungan Hari Selasa 21 Desember 2021
Kidung Agung : Irama cinta
Cinta tidak statis, tapi dinamis. Demikian juga gairah cinta mengenal pasang surut, bagaikan musim silih berganti, masing-masing dengan unsur-unsur penting yang berkontribusi dalam membangun gairah itu.
Pada umumnya kaum laki-laki ingin cepat-cepat sampai kepada keintiman fisik. Padahal kaum perempuan sangat mendambakan gairah yang diwujudkan dalam bentuk sikap, penghargaan, kesediaan mendengar, dan lain sebagainya, oleh keinginan berbagi pengalaman menikmati musim semi, sang laki-laki meloncat-loncat mencari kekasihnya.
Gairah cinta tidak hanya terfokus di tempat tidur, tetapi juga bertumbuh di tengah kicau burung, harum mekar bunga, dan saat berbagi cerita (3:8-14).
Perempuan, pada umumnya, cenderung pasrah dan kurang responsif dalam mengungkap gairah cinta. Demikianlah awalnya yang diperlihatkan kekasih perempuan dalam perikop ini. Rupanya ia tidak segera merespons ajakan suaminya untuk menikmati keindahan nyanyian musim semi.
Sesaat mereka terpisah, sang kekasih perempuan menjadi tidak segan mengungkap kerinduan, keterhilangan, dan eksklusivitas hubungan mereka (2:16-3:3).
Cinta yang sejati mengalir melalui irama dan musim. Laki-laki dan perempuan tidak perlu berhenti dalam sikap dan peran yang dianggap lazim oleh budaya. Setiap pasangan tidak boleh bersikap sentimental cengeng atau romantisme kosong sehingga melupakan tanggung jawab untuk memelihara hubungan dan mengembangkan diri masing-masing.
Hubungan yang sehat harus menghadapi “rubah-rubah kecil” yang bisa merusak kebahagiaan sejati. Hanya dengan hidup yang bertanggung jawab sepasang kekasih dapat menikmati hubungan yang saling memiliki.
Pikirkanlah: Dalam cinta sejati ketidakhadiran pasangan hidup justru saat untuk saling menghargai lebih dan memupuk pengembangan diri.
Zefanya : Bersorak-sorailah, hai putri Sion.
Waktu untuk bersukaria akan tiba ketika kelompok yang tersisa sekali lagi akan beribadah di dalam Bait Suci yang sudah dibangun kembali. Akan terdapat juga suatu masa sukacita pada masa yang lebih jauh ke depan ketika Israel menerima Mesias-nya.
Raja Israel yang merupakan antisipasi bersifat nubuat mengenai saat ketika Sang Raja Mesias akan memerintah. Israel tidak memiliki raja keturunan Daud yang benar-benar memegang kendali pemerintahan semenjak kematian Zedekia.
Dalam zaman Mesias, merupakan zaman agung dimana tidak ada lagi penawanan dan penderitaan bangsa, karena itu Yerusalem sebagai kata ganti bangsa Israel untuk tidak perlu takut lagi.
Puncak nubuatan Zefanya adalah saat penyebutan TUHAN sebagai Allah bangsa Israel (Tuhan Allahmu). Tuhan Allah adalah Oknum ilahi yang ada dengan sendirinya, yang akan berdiri di tengah-tengah Israel.
Sebagai pahlawan. Dialah Pahlawan yang memberi kemenangan. Inilah sifat yang diberikan Yesaya kepada Mesias (Yes 9:6). Dia akan menyelamatkan bangsa-Nya. Sang Mesias yang sudah menyelamatkan bangsa Israel dan menemukannya dalam keadaan tertebus adalah alasan untuk Dia bersukacita (bdg. Yoh 15:11).
Orang-orang yang tersisa akan bertobat dari dosa-dosa mereka, dan mereka akan kembali berkumpul di Yerusalem untuk menyaksikan bagaimana kemegahan kota itu dipulihkan. Inilah wujud dari janji Allah untuk mengangkat malapetaka yang dialami Israel.
Bangsa Yahudi tidak bisa menikmati agama mereka di negara-negara di mana mereka terpencar, oleh karena cela yang ditimpakan atas mereka oleh bangsa-bangsa tetangga mereka yang kafir (bdg. Mzm 137).
Mazmur, Hasrat untuk memuji.
Sukacita, keriangan, hasrat, dan antusiasme untuk memuji Tuhan yang disertai dengan pemahaman yang benar, mungkin secara perlahan mulai tergeser dari kehidupan ibadah kita. Perayaan dan sukacita dalam ibadah adakalanya menjadi sesuatu yang dipandang tabu ataupun sebaliknya diubah menjadi sarana hiburan semata.
Tidaklah demikian dengan Mazmur 33 yang digunakan dalam ritual puji-pujian kepada Allah Israel ini. Mazmur ini merupakan suatu ajakan bagi kita untuk memuji Tuhan dengan pemahaman yang benar dan penuh semangat.
Secara khusus Mazmur ini bertujuan memproklamasikan, mengajarkan serta menguatkan keyakinan orang-orang benar untuk mempercayai Tuhan. Melalui Mazmur ini kita dibimbing untuk mengungkapkan kesetiaan, keadilan, hukum, dan kasih setia Tuhan (ayat 4, 5) dalam pujian yang penuh sorak-sorai dengan iringan musik yang dipetik baik-baik (ayat 1-3).
Alasan dari ajakannya terdapat dalam lirik-liriknya yang berbicara tentang kekuasaan Tuhan atas seluruh alam semesta (ayat 6), bangsa-bangsa (ayat 10-12), dan umat manusia (ayat 13-17). Ia memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya; Ia memandang dari sorga, melihat semua anak manusia, menilik seluruh penduduk bumi dari tempat kediaman-Nya, dan mengarahkan pandangan mata-Nya secara khusus “kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan” (ayat 13, 14, 18).
Tiada kekuasaan, kekuatan, dan ketangkasan lain yang jadi tumpuan (ayat 16-17). Karena hanya Dialah, yang layak menerima pujian “sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya”, Ia layak menjadi tumpuan doa kita: “Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu” (ayat 21- 22).
Renungkan: Pemazmur menaikkan pujian bukan hanya sebagai pelengkap dan bagian dari ritual ibadah yang dilakukannya. Pujian yang dinyanyikannya dengan penuh semangat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pemahaman-Nya tentang Tuhan. Sudahkah kita memuji Tuhan dengan hasrat, pemahaman, dan penjiwaan akan karakter serta karya Allah yang dikerjakan bagi kita? Marilah kita menaikkan pujian kepada Tuhan dengan penuh antusias dan semangat dengan pemahaman yang benar tentang karakter-Nya.
Injil hari ini, Maria dipersiapkan.
Oleh kasih karunia Allah, Maria akan mengalami kenyataan yang luar biasa di dalam dirinya (30-33). Kondisi iman dan mental Maria dipersiapkan Allah. Pemberitahuan dari malaikat utusan Allah merupakan kejutan yang suci.
Karena itu dengan kerendahan hati serta penyerahan total, Maria menyambut berita itu dan mempersembahkan dirinya untuk menjadi alat bagi terlaksananya kehendak Allah (38).
Yang muda yang mengagumkan. Betapa mengagumkan hidup yang dijalani oleh Maria, seorang perempuan muda. Sebagai manusia biasa, ia dipilih Allah untuk menjadi ibu Juruselamat manusia pada segala abad dan tempat. Sungguh merupakan suatu anugerah yang besar bagi Maria, karena rencana Allah itu diwujudkan melalui peran Maria.
Respons yang dilakukan Maria pun menjadi teladan bagi kita: ia tidak ragu-ragu menerima janji itu. Hal ini merupakan suatu pernyataan penyerahan yang total, walaupun risiko yang harus dihadapi sebagai seorang perempuan yang belum menikah namun hamil – seperti penolakan dari Yusuf dan cemoohan dari keluarga/tetangga – mungkin akan dihadapinya.
DOA: Aku bergembira dalam Engkau, ya Yesus Tuhan dan Juruselamatku! Ubahlah dan buatlah hatiku menjadi seperti hati Maria, yang rendah hati dan penuh syukur. Amin.
Sumber https://carekaindo.wordpress.com/