Renungan Hari Rabu 23 Maret 2022

Renungan Hari Rabu 23 Maret 2022

Renungan Hari Rabu 23 Maret 2022

Hukum tercipta agar manusia saling memanusiakan antara yang satu dengan yang lain. Setiap manusia memiliki kebebasan sebebas-bebasnya untuk mengekspresikan dirinya. Kebebasan tiap-tiap individu itu tentu saja akan dibatasi oleh kebebasan individu lainnya. 

Hukum atau aturan dan norma yang ditetapkan bertujuan agar hidup manusia menjadi teratur dan tenteram.

Begitupun dengan Hukum Taurat yang ditaati oleh kaum Farisi. Karena ketaatanya kepada hukum mereka lupa bahwa manusia lebih berkuasa dari hukum. Praktek yang mereka lakasanakan demi tegaknya hukum menjadikan manusia tidak lagi berharga. Hukum Taurat pada jaman Yesus maupun hukum Gereja saat ini adalah bukti cinta Allah pada kita. 

Ia ingin hidup kita selamat. Yesus datang untuk menggenapi Hukum tersebut dengan menyerahkan diriNya supaya manusia memperoleh keselamatan.

Adalah baik jika orang mementingkan ritual agama, baca Kitab Suci, belajar Kitab Suci, hafal ayat-ayat, berdoa rosario, novena dan jalan salib, rajin ziarah dan ikut Ekaristi setiap hari; tetapi jika pada saat yang sama, dia kehilangan perasaan kasih sayang dan kemampuan bela rasa, lalu menjadi kasar, tega dan kejam terhadap sesama dan makhluk ciptaan Allah, Allah pasti tidak berkenan dan orang itu tak pantas mendapat keselamatan yang dari Allah.

Terhadap Taurat, Yesus tidak untuk meniadakan hukum, aturan dan kebiasaan baik yang sudah ada, tetapi melengkapinya. Hal ini Ia nyatakan agar manusia tidak jatuh ke yang lahiriah saja, tetapi juga, dan terlebih-lebih, yang dapat menghidupkan cinta kasih.

Hukum Taurat tidak akan berarti apa-apa jika hanya dipandang sebagai peraturan keagamaan semata. Yesus menekankan bukan soal menjaga kemurnian Taurat, tetapi bagaimana taurat ini dijalani dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Taurat menjadi isnpirasi manusia untuk menuntunnya pada sikap moral dalam bertindak.

Ayat-ayat Kitab Suci tidak untuk mencari pembenaran dan alasan apapun, apalagi di gunakan untuk menutupi kesalahan bahkan bisa saja sebagai dasar bertindak demi keuntungan pribadi. Hal itu merupakan penyimpangan Kitab Suci. 

Kitab Suci adalah buku iman, dan kita yang membaca Kitab Suci adalah pelaku firman.

Sumber https://www.blogevan.com/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url