Renungan Hari Selasa 05 April 2022

Renungan Hari Selasa 05 April 2022

Renungan Hari Selasa 05 April 2022

Semakin orang belajar terus-menerus kiranya akan merasakan bahwa semakin banyak hal yang tidak diketahui, demikian juga semakin suci seseorang juga semakin sulit dipahami, itulah kebenaran hidup.

Yesus yang ‘senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya’ menimbulkan pertanyaan bagi orang banyak, tetapi juga semakin “banyak orang orang percaya kepadaNya”.

Sabda atau Warta Gembira hari ini kiranya dapat menjadi bahas mawas diri perihal perjalanan hidup iman kita dan juga pendalaman iman selama masa Prapaskah ini.

Apakah kita semakin beriman atau percaya kepada Tuhan, kepada Penyelenggaraan Ilahi; kita semakin mengenal Tuhan atau Yesus yang kita imani.

Dengan kata lain kita juga ‘senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada Tuhan’ alias berbudi pekerti luhur. Secara konkret kita juga semakin taat-setia pada perjanjian-perjanjian yang pernah kita ikrarkan, misalnya janji baptis, janji perkawinan atau imamat, kaul hidup membiara, janji pelajar/mahasiswa, janji pekerja atau pegawai, sumpah jabatan, dst.

Kita tumbuh berkembang semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Kita meneladan Yesus yang bersabda: “Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku”: kita berbicara atau bercakap-cakap atau curhat dengan sesama manusia perihal sabda Tuhan atau janji-janji yang pernah kita ikrarkan, dan tentu saja juga saling membantu atau bergotong royong dalam penghayatan atau pelakaanaan janji-janji tersebut.

“Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.”(Bil 21:7), demikian kata-kata dari umat yang telah berdosa kepada Musa. Mungkinkah kita juga telah ‘berkata-kata melawan Tuhan’ antara lain berkata-kata perihal “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”(Gal 5:19-21)?

Jika kita memang telah melakukan hal-hal itu alias berdosa, marilah kita bertobat, “berdoalah kepada Tuhan”.

Berdoa berarti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan, maka berdoa dapat kita lakukan dimana dan kapan saja, “supaya dijauhkanNya ular-ular ini dari pada kami”.

Bukankah banyak orang takut kepada ular? Ular sering menjadi symbol kejahatan, tetapi juga symbol penyembuhan atau pengobatan, sebagaimana dipakai oleh apotik-apotik dengan symbol ular yang melilit-lilit salib.

Bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus, yang bergantung di kayu salib adalah Yesus Kristus yang kita imani, maka ketika berdoa silahkan menatap dan bersembah-sujud kepada Yang Tersalib, dimana ada kasih pengampunan dan penyembuhan yang luar biasa.

Rasanya ketika kita berani menatap dan bersembah-sujud kepada yang Tersalib, maka kita tidak akan berkata-kata melawan Tuhan, dan ada kemungkinan kita akan berdoa seperti Yang Tersalib: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34).

Selanjutnya diharapkan kata-kata yang keluar dari mulut kita senantiasa menyejukkan, mendamaikan dan mengampuni yang lain. Marilah memandang dan bersembah-sujud kepada Yang Tersalib.

Sumber https://infokatolik.id/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url