Renungan Hari Selasa 12 Juli 2022

Renungan Hari Selasa 12 Juli 2022

Renungan Hari Selasa 12 Juli 2022

Salah satu ciri seorang nabi adalah berani mengatakan kebenaran meski tidak diterima oleh orang lain. Nabi menjadi corong untuk mengingatkan tentang kebenaran yang sudah jauh dari bangsa tertentu.

Dan sudah bisa dipastikan, tidak semua orang mampu menerima kritikan yang diungkapkan para nabi. Banyak nabi yang akhirnya mati karena mewartakan kebenaran.

Hari ini bagian kenabian Yesus muncul dengan tajam. Tanpa tedeng aling-aling, Yesus mengecam dan mengkritik kota-kota yang tidak bertobat.

Bukan sembarang kota, tetapi kota-kota dimana Yesus melakukan banyak mukjizat diluluhlantakkan dengan kecaman Yesus.

Kota-kota yang ‘disayang’ oleh Yesuspun tidak luput dari kecaman dan kritikan. Artinya, Yesus tidak tunduk pada relasi dan kepentingan tertentu. Satu-satunya kepentingan-Nya adalah mewartakan Kerajaan Allah.

Kecaman-Nya bukan atas dasar dendam, benci, dan niat untuk menghancurkan. Ia mengecam karena menghendaki keselamatan bagi semua orang.

Ia menghendaki supaya mereka berbalik arah, selaras kembali dengan kehendak Allah. Jika tidak, kehancuran sudah berada diujung tanduk. Tinggal sesaat saja mereka akan mengalami kehancuran.

Bagi kita, ini menjadi peringatan juga, menjadi kecaman bagi diri kita masing-masing. Bisa jadi kita merasa tenang-tenang saja karena sudah mendapat sakramen baptis.

Kita merasa pasti akan aman saja. Semua sudah ada jaminannya, tanpa ada usaha apapun. Kita berada di zona nyaman karena hanya puas dengan diri sendiri.

Tidak mudah menerima kecaman, kritikan, dan saran. Lebih nyaman melakukan kehendak sendiri, sesuai kemauan dan selera pribadi.

Apabila ada orang lain yang memberi masukkan, lebih sering kita menolaknya, bahkan membalasnya dengan mengungkapkan kekurangan orang lain itu. Jika menerima pun, tidak mudah juga menerima dengan tulus iklas.

Hidup baik dan benarpun selalu ada kritikan, apalagi hidup yang sembarangan. Semoga kita tidak alergi terhadap masukan dari orang lain.

Lebih-lebih, kita tidak alergi juga untuk member masukkan kepada orang lain. Resikonya ditolak, tetapi tidak menjadi masalah. Belajar menerima penolakan adalah cara juga untuk setia menjadi murid Kristus.

Doa 

Allah Bapa Mahakuasa, ajarilah kami mengenal tanda-tanda bahwa Engkau menyampaikan sabda-Mu kepada kami. Semoga hati kami selalu terbuka untuk menerima Roh Kudus, yang menjadi napas kehidupan kami.

Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Sumber https://renunganhariankatolik.org/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url