Renungan Hari Senin 03 April 2023
Renungan Hari Senin 03 April 2023
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Katolik Senin 3 April 2023 dalam Bacaan Injil hari ini Yohanes 12:1-11 Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang Ia bangkitkan dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia.
Kedekatan suatu persahabatan membuat seorang meresa kerasan berada didekatnya. Susah, senang, lapar, keyang, kesal, puas, rela, menggerutu, semua dapat diungkapkan dengan bebas, apa adanya.
Tidak dibuat-buat, tidak pula ditutup-tutupi. Itulah keindahan suatu persahabatan yang kita rindukan dan berharap juga terjadi dalam sebuah komunitas atau keluarga.
Gambaran persahabatan sebuah komunitas atau keluarga ini tercermin pula dalam kisah Yesus dengan Lazarus, Maria dan Marta. Tiga tokoh ini adalah teman yang dikasihi Yesus.
Jadi, bisa dibayangkan bahwa kepada keluarga inilah Yesus sering berkunjung untuk beristirahat dan mengobrol. Dalam Injil setidaknya dijumpai tiga kisah tentang Yesus dan keluarga di Betania ini.
Pertama, tentang Lazarus yang dibangkitkan, kedua tentang Maria dan Marta. Akhirnya hari ini kita merenungkan tentang kembalinya Yesus ke Betania untuk mengadakan perjamuan setelah Lazarus dibangkitkan Yesus.
Yang menarik dari kisah tersebut adalah suatu lukisan tentang peran setiap orang dalam komunitas. Lazarus digambarkan turut makan bersama Yesus, tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Maria meminyaki kaki Yesus, dan Marta sibuk melayani perjamuan. Masing-masing bertindah secara wajar, melakukan sesuatu yang paling mereka sukai dan menyumbang bagi keluarga atau komunitasnya.
Kitapun adalah orang yang memiliki perbedaan rasa dan minat. Kodrat dan bakat rohani kita berbeda, namun itu semua merupakan hadiah bagi komunitas. Yesus tidak mengharapkan Lazarus mengurapi Yesus atau Marta menyediakan makan siang atau Maria duduk manis di bawah kaki-Nya dan bercakap-cakap dengan Dia.
Bukankah itu merupakan suatu gambaran yang mengagumkan tentang bagaimana orang menjadi dirinya sendiri dihadapan Tuhan? Kita mesti menjadi diri kita sendiri dan bahagia dengan anugrah yang kita miliki.
Dalam sebuah peristiwa saat perjamuan seperti perikop diatas, Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya. Kejadian ini disaksikan oleh Yudas Iskariot dan membuat hatinya sangat kesal.
Sebagai bendahara kelompok ia melihat tindakan itu sebagai pemborosan. Pikirnya daripada dituang di kaki Yesus lebih baik diberikan untuk dijual dengan harga yang mahal. Yesus berpandangan lain, Ia justru mendukung tindakan Maria: “biarkanlah dia melakukan hal ini”
Berapa harga sebuah ketulusan pelayanan? Sebuah ketulusan tidak bisa diberi harga. Ketika sebuah ketulusan diberi harga maka hilanglah nilai ketulusan itu sehingga tak bernilai sebagai pelayanan lagi melainkan menjadi sebuah perdagangan.
Yesus melihat dan menghargai tindakan Maria sebagai sebuah pelayanan yang muncul dari ketulusan hatinya. Inilah pelayanan yang bernilai tiada tara, pertama-tama bukan barang mahal yang dikorbankannya, tetapi karena ia ingin memberikan yang terbaik yang bisa diberikannya kepada Tuhan.
Doa Penutup
Allah yang mahakuasa, kami sering patah semangat karena kelemahan kami. Maka kami mohon, semoga berkat sengsara Putra Tunggal-Mu kami mendapat kekuatan baru.
Sebab Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sumber https://www.renunganhariankatolik.web.id/
Sumber gambar google.com