Renungan Hari Minggu 1 Oktober 2023
Renungan Hari Minggu 1 Oktober 2023
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 1 Oktober 2023 dalam Bacaan Injil hari ini Matius 21:28-32, Injil hari ini, Pemimpin yang buta.
Setia dalam kebenaran
Hakikat Tuhan adalah tidak berubah dalam karakter mulia-Nya. Ia suci dan tidak dapat didekati oleh hal-hal yang najis. Dia penuh dengan kasih dan kebajikan, yang tak berkesudahan.
Kesetiaan adalah natur Allah yang bisa dijadikan pegangan bahkan jaminan bahwa orang yang hidupnya sepenuhnya bersandar kepada-Nya pasti terpelihara bahkan dilimpahi segala berkat.
Tuhan yang setia menuntut umat-Nya juga hidup setia. Setia berarti menjaga diri untuk tetap taat pada Tuhan, hidup dalam kekudusan dan keadilan, serta melakukan hal yang baik dan berkenan kepada-Nya.
Setia berarti memelihara hidup yang konsisten dalam kebenaran. Percuma memulai hidup baik-baik, kalau ujungnya jahat. Itu bukan berarti tidak usah hidup baik-baik, melainkan harus menjaga diri agar jangan tergelincir ke dalam kehidupan yang berdosa.
Pada dasarnya Tuhan tidak menginginkan seorang pun binasa. Semua manusia adalah ciptaan-Nya yang Ia kasihi dengan sepenuh hati. Itu sebabnya peringatan-Nya tegas. Jangan bermain-main dengan kemurahan hati Tuhan.
Setiap kehidupan yang tidak tekun dalam kebenaran akan menuai penghukuman keras. Orang yang bertobat dari perbuatan jahatnya akan mendapatkan keampunan dan pemulihan.
Tidak mudah untuk menjaga diri kudus di tengah-tengah dunia yang najis dan yang menghalalkan segala kejijikan menjadi hal yang biasa, bahkan sebagai kenikmatan. Kita yang bertekad untuk tetap hidup bersih dan berkenan kepada Tuhan tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri.
Kita harus saling menopang dan menguatkan. Kita perlu teguran-teguran kasih yang dapat mengingatkan kita akan Tuhan. Namun sumber kemenangan dari godaan dosa hanyalah pada Tuhan Yesus. Dia sudah menang terhadap berbagai pencobaan, Dia yang dapat memahami pergumulan dan mung
Rasul Paulus dalam Suratnya kepada Jemaat di Filipi menegaskan pentingnya Murid Kristus mengutamakan orang lain. Orang Kristen hendaknya mengutamakan orang lain, sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (ayat 1-4).
Paulus ingin orang percaya di Filipi berbeda dari orang yang tidak percaya, yang hanya mementingkan diri sendiri. Di dalam Kristus, egoisme, individualisme tidak mendapat tempat. Sebaliknya di dalam Kristus orang akan rela untuk saling menasehati, menghiburkan, bersekutu dalam Roh, mengobarkan kasih mesra dan belas kasihan.
Hidup Yesus memberdayakan jemaat. Jemaat ada, Kristen beroleh iman dan jati dirinya disebabkan oleh langkah-langkah ketaatan Yesus Kristus seperti yang nyata di dalam inkarnasi, kematian dan kebangkitan-Nya.
Pengosongan diri Kristus itu telah memungkinkan terwujudnya keselamatan (ayat 5-10). Pengosongan diri Kristus itu hendaknya kini memberdayakan semua Kristen untuk memiliki prinsip hidup yang sama secara nyata. Hidup Kristus itu berkuasa untuk mengubah kita yang beriman kepada-Nya untuk menolak pementingan diri sendiri, demi untuk menyukakan hati Allah.
Semangat Kristus adalah melayani, bukan dilayani. Adakah semangat demikian dalam hidup kita?
Injil hari ini, Pemimpin yang buta.
Mana lebih baik, mengatakan “ya”, tetapi tidak melakukannya atau mengatakan “tidak”, tetapi kemudian melakukannya? Itu yang Tuhan Yesus tanyakan kepada para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Jawaban mereka menjadi dasar untuk Tuhan Yesus menghakimi mereka (ayat 31).
Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi adalah pemimpin-pemimpin agama yang seperti anak sulung dalam kisah Tuhan Yesus tadi. Merekalah yang pertama-tama diberikan firman Tuhan.
Tetapi sayang, mereka tidak menindaklanjutinya dengan memercayai lalu melakukan kehendak Surga. Akibatnya mereka tetap tinggal di luar Kerajaan Allah. Hal sebaliknya terjadi.
Para pemungut cukai dan perempuan sundal adalah seperti anak kedua yang menyesali sikap berdosa mereka dan bertobat ketika Yohanes pembaptis menegor mereka. Contoh jelas kedua kelompok ini ternyata tidak membuat para pemimpin agama itu menyesali sikap mereka itu dan bertobat (ayat 32).
Mengapa para pemimpin agama ini begitu sulit untuk percaya dan bertobat?
Pertama, mereka menganggap diri lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Yang perlu bertobat adalah orang berdosa, bukan mereka.
Kedua, para pemimpin agama ini dibutakan oleh status mereka. Mereka merasa bahwa sebagai pemimpin agama tidak mungkin mereka ditolak oleh Allah. Status menghalangi mereka untuk bertobat.
Masalah yang sama terjadi kini. Banyak pemimpin juga aktivis rohani yang tidak peka (baca: buta) akan kebutuhan pembaruan hidup dan ketaatan kepada firman. Mereka terlalu yakin dengan status mereka sehingga gagal untuk rendah hati menerima teguran.
Akibatnya ganda. Mereka sendiri tidak masuk ke Kerajaan Surga dan menghalang-halangi orang lain untuk masuk (menjadi batu sandungan). Tuhan Yesus akan menghakimi mereka kelak, sama seperti Ia menghakimi para pemimpin agama bangsa Yahudi.
Camkanlah: Pertahankan gengsi, Anda akan kehilangan hidup. Lepas gengsi, hidup akan datang!
Doa Penutup :
Bapa surgawi, Allah Yang Mahabaik, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau senantiasa menerima pertobatan anak-anak-Mu, mencurahkan belas kasih-Mu kepada para pendosa yang bertobat dan menarik mereka semua untuk masuk ke dalam Kerajaan-Mu.
Ya Bapa, oleh Roh Kudus bentuklah aku menjadi murid Yesus yang setia, siap terlibat dan mengotori tangan-tanganku, untuk membawa para sahabatku kepada-Nya. Amin.