Renungan Hari Rabu 14 Februari 2024
Renungan Hari Rabu 14 Februari 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Rabu 14 Februari 2024. Dalam bacaan Injil Matius 6:1-6.16-18 hari ini mengisahkan tentang “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat".
Hari ini kita merayakan hari Rabu Abu, hari puasa dan pantang, sebuah perayaan yang membuka Masa Prapaskah.
Di masa yang penuh rahmat dan berkat ini bersama Gereja kita hendak meneladan Tuhan Yesus yang berpuasa dan berpantang selama 40 hari.
Jika Yesus berpuasa dan berpantang untuk mempersiapkan diri-Nya sebelum berkarya di tengah-tengah bangsa Israel.
Umat Katolik berpantang dan berpuasa untuk mempersiapkan diri menyambut hari raya Kebangkitan Yesus dari kematian.
Inilah yang membedakan puasa dan pantang yang dilakukan Yesus dan yang kita lakukan.
Persamaan dan keduanya adalah bahwa puasa dan pantang adalah sebuah masa persiapan, sebuah masa di mana kita dibentuk secara rohani agar lebih dekat dan fokus hanya pada Kerajaan Allah.
Hal menarik yang kita lakukan setiap tahun adalah memulai masa yang agung ini dengan menandai dahi kita dengan abu. Itulah alasannya perayaan hari ini disebut hari Rabu Abu.
Tradisi ini tentu sudah sejak lama dilakukan oleh Gereja Katolik meskipun harus diakui bahwa bacaan-bacaan kitab suci hari ini tidak disinggung sedikit pun tentang penggunaan abu atau debu.
Meski begitu, Tradisi penggunaan abu ini sangat tepat dan sangat teologis.
Abu atau debu adalah benda yang sering dianggap kotor, dianggap sebagai sampah atau sesuatu yang harus dibuang.
Dari pengalaman hidup sehari-hari kita dapat merasakan betapa sering kita terganggu oleh debu.
Anda dapat membayangkan betapa jengkelnya seorang ibu jika rumahnya selalu dipenuhi dengan debu atau seorang pengendara kendaraan bermotor yang harus menutup mulutnya di jalanan yang berdebu.
Ya, debu adalah sesuatu yang dianggap tidak berguna, sesuatu yang hina, sesuatu yang mengganggu.
Namun, sadarkah kita bahwa debu akan menjadi akhir dari hidup kita sendiri?
Sungguh suatu hal yang sangat mengagumkan bahwa Gereja mengajak kita untuk menyadari arti dari debu yang hina dan tak berguna itu pada Masa Prapaskah ini.
Hari ini dalam Injil kita mendengar bagaimana Yesus mengajarkan pada kita cara memberi sedekah, berdoa dan berpuasa yang benar.
Ketiga hal yang disebut oleh Yesus ini merupakan tindakan ulah bakti yang khas pada masa Prapaskah.
Memberi sedekah, berdoa dan berpuasa yang diajarkan oleh Yesus ini harus dilakukan tanpa mencari muka, tanpa mendapat imbalan, pujian dari orang lain apalagi untuk kepentingan kampanye seperti sering dilakukan oleh para calon pemimpin bangsa ini. Unsur egosentrisme harus jauh dari ketiga ulah bakti ini.
Pertobatan dan kasih kepada sesama harus menjadi motivasi yang menggerakkan kita melakukan ulah bakti ini.
Seperti abu atau debu yang tampak hina dan tidak pernah menyombongkan diri, demikianlah kita hendaknya melaksanakan tindak ulah bakti selama masa Prapaskah ini.
Kita patut bersyukur bahwa Tuhan memberi sebuah kesempatan bagi kita untuk mempersiapkan diri menuju kemenangan Paskah.
Oleh karenanya jangan sia-siakan kesempatan penuh rahmat ini, agar mahkota kemuliaan tidak diambil dari kita.
Doa Penutup
Allah Bapa sumber pengharapan, Engkau telah mengikat perjanjian dengan semua orang melalui Yesus yang terurapi.
Semoga kami selalu berpegang teguh pada Dia dan berkembang menjadi umat yang patuh setia.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.