Renungan Hari Jumat 22 Maret 2024
Renungan Hari Jumat 22 Maret 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Jumat 22 Maret 2024. Dalam Bacaan Injil Yohanes 10:31-42 hari ini mengisahkan tentang "Orang-orang Yahudi mencoba menangkap Yesus, tetapi Ia luput dari tangan mereka."
Yesus berhadapan dengan para penentang. Banyak lawan Yesus, namun Dia tidak gentar. Segala tanda, perbuatan dan ajaran-Nya sulit mereka percaya. Pendengar bukan mendengarkan Sang Sabda yang berbicara, tetapi mereka hanya mendengarkan dirinya sendiri.
Banyak terjadi kekerasan dan pembunuhan bermula dari perbedaan pemahaman. Ada kelompok yang memahami suatu ajaran agama secara sempit lalu memutlakkan keyakinannya dan harus diikuti oleh semua orang.
Barangsiapa tidak sepaham, mereka harus dihukum dan kalau perlu dibunuh. Kelompok semacam ini memiliki kesetiaan buta terhadap ajaran, tradisi, dan keyakinannya. Mereka sering merasa paling benar sendiri dan harus menang.
Orang-orang Yahudi dalam Injil hari ini adalah gambaran kelompok yang begitu setia kepada tradisi mereka. Ketika mereka melihat bahwa ada kesalahan yang dianggap fatal dalam ajaran Yesus, maka mereka bermaksud untuk merajam Yesus.
Mereka tidak peduli dengan banyak perbuatan baik yang telah dikerjakan oleh Yesus. Kepicikan dan fanatisme mereka menutup mata mereka untuk mampu melihat segala perbuatan baik yang telah dilakukan oleh Yesus.
Dalam kehidupan, kita kadang memandang orang lain secara sempit. Karena perbedaan, ketidaksepahaman, kita menilai orang lain sebagai pendosa yang harus dihukum. Tidak jarang kita merasa diri paling baik, paling benar, sementara yang lain salah dan keliru.
Kisah dari Injil hari ini mengajarkan kepada kita sikap rendah hati dan kebijaksanaan bahwa dalam diri sesama yang barangkali berbeda dan tidak sepaham dengan kita ada banyak kebaikan dan cinta.
Pepatah mengatakan: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”. Pepatah ini jelas mengungkapkan keberanian untuk menjalani kesulitan dan penderitaan lebih dahulu, karena sesungguhnya ada kemuliaan di balik peristiwa itu semua.
Dalam Injil Yesus juga berhadapan dengan para penentang. Banyak lawan Yesus, namun Dia tidak gentar. Segala tanda, perbuatan dan ajaran-Nya sulit mereka percaya. Pendengar bukan mendengarkan Sang Sabda yang berbicara, tetapi mereka hanya mendengarkan dirinya sendiri.
Mereka terikat dengan daya pikirannya sendiri. Tidak terbuka hatinya akan firman Tuhan. Dengan lugas Yesus mengajukan pilihan: mau percaya kepada Pribadi Yesus atau menolak-Nya sebagai Utusan Tuhan.
Marilah kita coba memahami kehadiran Allah lewat sesama di sekitar kita dan jangan cepat “negatif thinking” terhadap orang lain, karena disetiap pribadi yang kita jumpai Allah hadir.
Doa Penutup
Allah Bapa Maha Pengampun, kami ini orang lemah yang sering jatuh. Ampunilah kejahatan kami dan bebaskanlah kami dari belenggu dosa.
Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.