Renungan Hari Selasa 26 Maret 2024
Renungan Hari Selasa 26 Maret 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Selasa 26 Maret 2024. Dalam Bacaan Injil Yohanes 13:21-33.36-38 hari ini mengisahkan tentang Yesus berkata kepada para murid-murid-Nya bahwa sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, dan para murid-murid Yesus itu memandang seorang kepada yang lain.
Yesus mengatakan bahwa salah satu dari muridNya akan bertindak sebagai pengkhianat. Kata-kata Yesus ini membuat para murid bertanya siapa yang dimaksud. Yesus hanya memberi tanda. Pada saatnya orang tersebut akan terlihat.
Yudas akan mengkhianati Yesus dan Petrus akan menyangkalNya tiga kali. Yesus tahu bahwa pengkhianatan itu berujung pada sengsara dan kematianNya. Kalimat Yesus kepada Yudas (lih. Yoh 13:27) justru bernada perintah, seakan menandai kesiapan Yesus menjalani babak akhir pelayanan-Nya di bumi.
Ini bukan kalimat orang yang pasrah membuta dan menyerahkan segalanya pada nasib. Yesus tidak menolak atau menghindarinya melainkan menerima serta menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan berani. Itu semua dilakukan Yesus karena cintaNya pada manusia.
Jika kita dikhianati, maka apakah yang akan kita lakukan? Yang pasti, kita akan sakit hati dan merasa kecewa. Bila kita tidak tahu siapa yang berkhianat, mungkin kita akan membenci pada semua orang yang terkait dengan masalah itu.
Bagaimana bila kita mengetahui siapa si pengkhianat itu? Tentu kita akan membalas dendam, menuntut, dan ingin menyakiti orang itu, apalagi bila kita telah mengetahui rencana pengkhianatan tersebut.
Dari teladan Yesus, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
Tidak menghakimi, tetapi memberi kesempatan kepada orang itu untuk berubah dan bertobat.
Walaupun sudah disakiti, janganlah menyimpan dendam dan sakit hati, tetapi maafkanlah orang itu.
Yesus terharu karena Ia melihat murid-Nya, Yudas Iskariot, akan berkhianat. Ia lebih melihat kepada dirinya sendiri yang gagal mendidik Yudas Iskariot.
Biarkan Allah yang melakukan penghakiman; kita tidak boleh menghakimi orang lain. Itu hak Allah.
Bisakah kita mengikuti teladan Tuhan Yesus saat kita mengalami pengkhianatan khususnya dari teman atau anggota keluarga sendiri?
Melalui baptisan, kita telah diangkat menjadi anak Allah. Bagaimana kita menempatkan diri dalam hidup ini sesuai status baru ini?
Apakah hidup kita sungguh mencerminkan diri sebagai anak yang mau melaksanakan harapan Allah? Apakah Allah dimuliakan dalam kehidupan kita setiap hari?
Doa Penutup
Tuhan Yesus beri aku kemampuan untuk melepaskan dendam dan sakit hati, terhadap orang yang telah menyakitiku.
Biarlah kasih-Mu berkobar-kobar didalam diriku, agar aku juga mau mengampuni. Amin.