Renungan Hari Minggu 1 September 2024
Renungan Hari Minggu 1 September 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 1 September 2024. Dalam Bacaan Injil Markus 7:1-8,14-15, 21-23 hari ini mengisahkan tentang Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.
Cinta itu eksklusif.
Hubungan antara Allah dan Israel dapat digambarkan sebagai hubungan antarkekasih. Allah begitu mengasihi Israel dan memberikan yang terbaik baginya. Allah menuntut pula kesetiaan dan cinta yang tak terbagi dari Israel.
Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup.
Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 5-8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas).
Ketika mereka menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka — suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7). Hukum-hukum itu sendiri sempurna dan unik (ayat 8), misalnya adanya peraturan- peraturan mengenai perlakuan yang baik terhadap orang asing dan tidak adanya hukuman mati bagi kejahatan ekonomi — sesuatu yang berbeda dibandingkan peraturan bangsa-bangsa lain.
Hanya Allah yang patut dicintai dan disembah. Untuk itu, bangsa Israel harus mengingat semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat dari batu — agar hukum- hukum itu permanen.
Allah menginginkan agar bangsa Israel tidak menyembah apa pun yang berada di dalam alam ciptaan (ayat 15-20) meskipun mengatasnamakan Yahweh. Hanya Yahweh yang patut disembah. Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa Ia adalah Allah yang cemburu (ayat 24). Ia berharap bangsa Israel yang akan masuk ke Tanah Perjanjian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Tuhan mencintai Anda dengan begitu istimewa, memberikan semua yang terbaik bagi Anda. Masakan Anda masih menomorduakan Dia?
Mazmur, Layak di hadapan Tuhan.
Bagaimana kehidupan doa dan ibadah Anda kepada Tuhan? Jika Anda menyejajarkannya dengan ungkapan pemazmur dalam pasal ini, apakah Anda termasuk orang yang boleh menumpang di dalam kemah Tuhan?
Pemazmur menampilkan sejumlah karakter orang yang layak di hadapan- Nya. Kelompok karakter yang pertama (ayat 2-3) terdiri dari tiga positif: tidak bercela, adil, dan mengatakan kebenaran dengan segenap hati (ayat 2), dan tiga negatif: tidak menyebar fitnah, tidak berbuat jahat, dan tidak menimpakan cela (ayat 3).
Kelompok karakter yang kedua (ayat 4-5) terdiri dari dua positif: memandang hina orang yang tersingkir (dari hadapan Allah = orang yang menolak firman Allah) dan memuliakan orang yang takut akan Tuhan (ayat 4a), dan tiga negatif: tetap setia pada sumpah (yang teledor) walau rugi, tidak meminjamkan uang dengan bunga, dan tidak menerima suap (ayat 4b,5).
Orang yang berkarakter seperti di atas hidupnya berkenan kepada Tuhan (ayat 5b) Pemazmur menyadari bahwa untuk layak di hadapan Tuhan yang suci, hidup seseorang haruslah suci juga.
Masalahnya, siapakah orang yang dapat sempurna sedemikian? Jawabannya, jelas tidak ada. Seperti yang sudah diulas dalam Mazmur 14, tidak seorang pun yang baik, apalagi mencari Allah. Yang melayakkan seseorang di hadapan Allah adalah anugerah dan kasih Allah.
Mazmur ini menunjukkan kepada kita betapa erat hubungan antara doa dan hidup, antara ibadah dan melaksanakan kehendak-Nya. Tidak ada doa dan ibadah yang benar kalau itu tidak dipersiapkan dan didukung hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.
Kesungguhan ibadah Kristen terletak dalam kasih. Kasih harus mendukung ibadah kita dan sebaliknya, ibadah harus bermuara dalam kasih. Kasih Kristus harus selalu menjadi sumber pertobatan kita setiap kali kita datang menghadap-Nya dalam doa dan ibadah.
St. Yakobus dalam bacaan kedua menyatakan untuk jangan pernah meragukan kebaikan Allah meski sedang mengalami pencobaan yang berat sekali pun. Karena yang datang dari atas adalah pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna belaka (17).
Orang Kristen harus berpegang pada keyakinan tersebut sebab Allah terang adanya. Tidak akan pernah terjadi, dari terang lahir atau keluar kegelapan (17a). Allah bukan hanya terang adanya, Ia pun tidak berubah, bukan seperti ciptaan yang dapat berubah (17b).
Sifat Allah yang terang dan kekal itu menyebabkan kehendak-Nya selalu bertujuan baik. Hal itu nyata dalam firman-Nya. Bahkan firman kebenaran dari Allah juga merupakan prinsip, melalui mana Allah berkarya dan bertindak.
Bahwa orang Kristen mengalami kelahiran baru dan menjadi anak sulung, sebagai hasil karya pembaruan Allah, menjadi bukti bahwa Allah itu baik, benar dan terang adanya! Karena hidup baru di dalam Kristuslah yang merupakan anugerah terbesar Allah bagi orang percaya.
Bagaimana respons kita saat jatuh ke dalam pencobaan? Milikilah harapan pada Allah tentang hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup kita, karena Dia senantiasa mengerjakan hal terbaik dalam hidup umat-Nya. Berharap pada-Nya akan mengarahkan hati kita untuk tidak terfokus pada masalah, tetapi pada pekerjaan-Nya yang penuh kuasa dan ajaib!
Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya.
Aku bersaksi dengan kata, tapi juga dengan karya menyampaikan kasih Allah yang sejati”. Hal ini mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya harus orang Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan.
Yakobus memberi penjelasan penting lainnya tentang arti berbahagia yang sesungguhnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua Kristen “berbahagia” mendengar penjelasan ini.
Ketidakbahagiaan ini lebih disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan melakukan tetapi karena ketidakmauan!
Orang-orang yang seperti ini lebih senang menuruti kehendak hati dan kebenaran dalam persepsi diri sendiri daripada menuruti kehendak dan kebenaran Allah.
Menjadi pendengar atau pelaku bukanlah merupakan pilihan bagi orang Kristen dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yakni firman Tuhan. Jadi dapat dipastikan bahwa pernyataan dan peringatan Yakobus ini berhubungan erat dengan tema: “Orang Kristen dan Firman-Nya”.
Bagaimana orang Kristen tahu kebenaran dan prinsip-prinsip hidup Kristen yang sesuai dengan firman-Nya, selain dari membaca dan mendengar firman-Nya. Namun apa gunanya pengetahuan tanpa aplikasi? Tidak ada!
Jika demikian pengetahuan tentang kebenaran ini seharusnya nyata dalam tindakan-tindakan dan perilaku yang bercermin dan mencerminkan firman-Nya. Kedua proses ini tidak berlaku sebaliknya atau dapat dipisahkan.
Mendengar tanpa berbuat seperti orang yang bercermin tapi kemudian lupa apa yang dilihatnya. Sebaliknya tanpa membaca dan mendengar firman-Nya, orang tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Menjadi pendengar dan pelaku firman akan membongkar sifat lama dan dosa yang masih menempel, dan menggantinya dengan sifat baru dan buah Roh.
Renungkan
Bagaimana kehidupan kekristenan Anda, berapa kali Anda bercermin kepada kebenaran firman-Nya namun kemudian melupakannya. Firman yang Anda baca, renungkan, dan gali setiap hari, sampai dimanakah fungsi kebenaran- Nya? Tanggapan berupa ketaatan yang akan membuka kesempatan agar kuasa firman-Nya menyempurnakan kita.
Injil hari ini, Cuci tangan sebelum makan.
Salah satu cara untuk berbicara mengenai keseluruhan sistem makna disebut sistem kemurnian, sistem murni (pada tempatnya) dan tidak murni (tidak pada tempatnya) atau sistem tahir/halal (pada tempatnya) dan najis/haram (tidak pada tempatnya). Hal-hal ini bisa dikenakan ke individu, kelompok, benda, waktu, dan tempat.
Kontroversi yang terjadi antara Yesus dan orang-orang Farisi (dan juga ahli-ahli kitab dalam Markus) mengenai norma-norma kemurnian dapat kita perhatikan di keseluruhan Injil. Yesus tidak menaati peta waktu (Sabat, 3:1-6), atau peta tempat (ayat 11:15-16).
Ia melanggar peta individu juga: menyentuh orang kusta (ayat 1:41), wanita yang menstruasi (ayat 5:25-34), dan mayat (ayat 5:41). Yesus melampaui peta hal ketika ia menolak upacara pembasuhan tangan (ayat 7:5).
Bertentangan dengan peta makan, Yesus makan dengan pemungut cukai dan para pendosa (ayat 2:15). Dengan menolak peta-peta ini, Yesus menunjukkan penyangkalan-Nya terhadap sistem kemurnian yang berlaku waktu itu.
Hampir tidak mungkin bagi orang-orang nomad seperti Yesus dan murid- murid-Nya untuk senantiasa mematuhi hukum-hukum ketat ini, apalagi sebenarnya hukum pemurnian itu awalnya hanya untuk para imam. Yesus melihat bahwa esensi hukum bukanlah hukum itu sendiri, tetapi cinta kepada Allah dengan sepenuh hati (ayat 7:6; Ul. 6:4).
Orang-orang Farisi lebih mementingkan tradisi oral daripada tunduk kepada Allah sepenuhnya — karena itulah mereka disebut munafik. Kemunafikan mereka juga ditunjukkan dengan membiarkan hukum oral mengenai persembahan lebih berkuasa daripada hukum ke-5 (ayat 7:10). Mereka kehilangan esensi keagamaan mereka.
Esensi keagamaan bukan hukum, tetapi relasi yang penuh kasih dengan Allah. Legalisme membuat manusia tersesat dalam peta-peta kehidupan!
Kemurnian hati
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengutamakan kesalehan yang bersifat lahiriah. Sebab itu upacara cuci tangan sebelum makan merupakan hal yang penting bagi mereka. Tangan yang tidak dicuci dianggap menajiskan makanan yang akan mereka makan.
Yesus menegur mereka dan mengatakan bahwa bukan yang masuk yang akan menajiskan orang. Apa yang keluar dari hati orang, itulah yang akan menajiskan dia (ayat 15). Bukan makanan yang membuat orang menjadi najis, meskipun makanan itu dimakan dengan tangan yang belum dicuci dalam suatu upacara.
Kesucian hati bukanlah masalah mencuci atau tidak mencuci tangan, atau masalah boleh atau tidak boleh dimakan. Hal-hal itu tidak dianggap penting oleh Allah. Karena makanan hanya akan masuk ke perut, bukan ke hati.
Maka pikiran yang kotorlah yang akan menajiskan orang, karena pikiran itu keluar dari hati (ayat 18-20). Di sini Yesus mengajarkan satu hal penting bahwa kesalehan yang hanya terlihat dari luar, adalah bahaya. Itu akan menjauhkan orang dari Allah dan membuat orang menjadi munafik.
Betapa parahnya penyelewengan pengajaran para pemimpin agama tersebut. Aturan Taurat yang mereka terima dari Allah berubah menjadi aturan cuci tangan, cawan, kendi, dan lain-lain (Mrk. 7:4).
Kiranya hal ini menjadi peringatan bagi kita untuk waspada terhadap segala pengajaran, yang terdengar rohani dan mendukung pengajaran dalam Alkitab, tetapi sesungguhnya tidak bersumber dari Alkitab.
Sekarang ini ada ajaran yang menyuruh orang untuk tidak berdoa pada jam dua belas malam. Karena saat itu merupakan saat setan bekerja. Maka doa yang dipanjatkan pada saat itu hanya akan didengar oleh setan dan bukan oleh Tuhan.
Betapa sesatnya pengajaran semacam itu! Bukankah Tuhan berkuasa atas setiap jam? Dan bukankah Tuhan berkuasa atas Iblis? Mana mungkin Tuhan membiarkan Iblis mengambil alih doa-doa anak-anak-Nya? Maka waspadalah, jangan sampai kita ber-toleransi terhadap pengajaran semacam itu.
Doa Penutup
Bapa surgawi, aku menaruh kepercayaanku secara penuh di dalam Engkau dan rencana-Mu untuk hidupku. Terjadilah kehendak-Mu atas diriku, ya Allahku. Amin.