Renungan Hari Rabu 16 Oktober 2024
Renungan Hari Rabu 16 Oktober 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Rabu 16 Oktober 2024. Dalam Bacaan Injil Lukas 11:42-46 hari ini mengisahkan tentang Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi! Celakalah kamu, hai ahli-ahli kitab.
Kemerdekaan dalam pimpinan Roh
Ada paradoks besar dalam kehidupan Kristen. Kemerdekaan sejati hanya bisa dialami oleh orang yang sepenuhnya menyerahkan diri dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang merasa diri bebas melakukan apa saja, termasuk berbuat dosa, sebenarnya masih diperbudak dosa!
Di nas ini, Paulus mengontraskan hidup yang dikendalikan daging dan hidup yang dipimpin oleh Roh. Orang yang dikendalikan daging adalah orang yang mengikuti hasrat dan hawa nafsu dosa serta keinginan-keinginan duniawi yang bersifat merusak, seperti yang didaftarkan Paulus pada ayat 19-21.
Orang-orang yang melakukannya pasti bukan anggota kerajaan Allah (ayat 21b). Sebaliknya orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh akan membuahkan sifat-sifat ilahi seperti yang dicantumkan Paulus pada ayat 22-23.
Bagaimana kita dapat memiliki kehidupan yang dipimpin oleh Roh? Yaitu, dengan menyerahkan diri menjadi milik Kristus. Menjadi milik Kristus berarti menyerahkan kendali diri pada pimpinan Roh. Hal itu berarti juga menyangkal diri, hawa nafsu kedagingan, dan hal-hal duniawi (ayat 24).
Orang Kristen harus secara aktif dan terus menerus menyangkal diri, supaya Roh Kudus senantiasa aktif dan tak henti-henti memimpin hidup orang percaya (ayat 25).
Latihlah diri Anda untuk menyangkal diri setiap hari atas setiap sifat kedagingan yang masih mengganggu kekudusan hidup Anda. Caranya adalah dengan menerapkan dan mengembangkan sifat-sifat ilahi yang sudah dikaruniakan Roh Kudus kepada Anda.
Usaha Anda hanya akan berhasil bila Anda memelihara hubungan pribadi yang dekat dan intens dengan Tuhan melalui doa, adorasi, kontemplasi dan olah kerohanian yang lain. Jadikan gereja sebagai sarana untuk bertumbuh dalam kekudusan dengan mempraktikkan saling menolong dan saling meneguhkan antarsaudara seiman.
Camkan
Tak seorang pun, termasuk Anda sendiri, yang berhak mengatur hidup Anda, kecuali Dia yang adalah pemilik dan penebus hidup Anda.
Mazmur, Memilih kebahagiaan.
Banyak orang mau melakukan apa saja asal hidupnya bahagia, puas dan tenteram. Maka, tidak heran anak-anak muda lari ke narkoba, seks bebas; orang-orang yang lebih tua menyibukkan diri dengan mencari harta dan kuasa; orang lain mencari agama-agama, kebatinan, apa pun yang dapat menenteramkan hati. Tetapi, mereka yang memilih hal-hal tadi akhirnya harus mengakui bahwa kenikmatan bertolak belakang dengan kebahagiaan. Jadi, adakah pilihan yang tepat?
Mazmur 1 memberikan jawabannya. Secara negatif, kebahagiaan tidak didapat dari perbuatan fasik/berdosa (ayat 1). Maka, orang yang mau berbahagia harus menjauhi semua hal yang membawanya berdosa. Jikalau tidak, kehidupan berdosa akan membawa kegagalan hidup (ayat 4), dan akhirnya kebinasaan (ayat 6b).
Sebaliknya, secara positif, kebahagiaan hanya didapatkan di dalam hidup sesuai dengan firman Tuhan (ayat 2). Orang yang hidup seturut firman- Nya akan diberkati dengan keberhasilan (ayat 3) dan Tuhan berkenan kepadanya (ayat 6a). Namun, lebih penting dari semuanya itu, orang demikian dijamin penuh oleh sang sumber hidup sendiri (ayat 3).
Hidup bahagia itu tumbuh melalui rangkaian pilihan dan keputusan yang membentuk kebiasaan seumur hidup. Hal menghindari dosa dalam segala bentuknya itu, juga hal mengasihi dan menyimpan firman dalam hati.
Selama ini, apakah kita selalu membangun hidup melalui pilihan- pilihan dan kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita hidup mesra serasi dengan Tuhan? Kita tidak perlu merasa bahwa perjuangan rohani itu berat, sebab Tuhan Yesus telah memasuki sejarah manusia, membuka jalan dan memberi teladan tentang hidup demikian.
Renungkan
Pilihan kebahagiaan adalah tanggung jawab kita sendiri. Allah menyediakan jalannya, tetapi Ia tidak memaksa kita untuk menjalani kehidupan ini menurut kehendak-Nya. Keputusan ada di tangan kita.
Injil hari ini, Injil hari ini, Hidup vs bangkai.
Pertentangan sengit antara Yesus dan orang Farisi serta para ahli Taurat tidak dapat lagi dihindari. Tindakan Yesus makan tanpa mencuci tangan lebih dulu, mereka anggap sebagai pelanggaran simbol moral.
Namun, Yesus berbuat demikian justru untuk menelanjangi kepalsuan dan kebusukan mereka di balik sikap kaku dan semangat mempertahankan berbagai aturan, hukum, dan tradisi keagamaan.
Hukum, aturan, tradisi itu sendiri sebenarnya tidak salah; karena itu tetap diperlukan. Kita sama seperti orang Farisi bila hanya mengutamakan tradisi yang mementingkan hal-hal luar, tetapi tidak memelihara sumber segala tindakan kita yaitu hati. Juga apabila hukum dan peraturan kita laksanakan seumpama robot tanpa semangat keadilan dan kasih di dalamnya (ayat 39-42).
Orang yang hidup demikian di mata Yesus sebenarnya tidak hidup tetapi mati. Tradisi, peraturan, ibadah, kesalehan yang berorientasi ke diri sendiri bukan ke Allah dan sesama, adalah seperti kubur berkapur yang isinya bangkai belaka!
Kiranya cukup banyak pemimpin atau atasan yang hanya suka memberi perintah, namun yang bersangkutan tidak pernah/belum pernah melakukan sendiri apa yang mereka perintahkan, dan ketika yang diperintah melakukan tidak baik atau tidak berhasil kemudian mereka marah-marah.
Maka orang-orang yang demikian itu langsung menerima celaka atau mengalami kegagalan. Sabda Yesus kepada orang-orang Farisi pada hari ini kiranya cukup keras, dan dapat menjadi bahan refleksi atau renungan bagi para pemimpin atau atasan yang bersikap mental Farisi alias tukang memberi perintah dan tidak pernah melakukan sendiri apa yang diperintahkan.
Maka dengan ini kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk berani dengan rendah hati memberi contoh atas apa yang mereka perintahkan alias pernah mengalami atau melakukan apa yang mereka perintahkan. Dengan kata lain alangkah baiknya jika memberi perintah mereka juga sekaligus melakukan bersama-sama dengan yang diperintah.
Misalnya ketika memberi perintah bawahan atau pembantu untuk membersihkan lingkungan hidup, entah menyapu atau memangkas rumput yang tak teratur, hendaknya yang memberi perintah juga melakukannya.
Dengan bersama-sama melakukan apa yang mereka perintahkan kiranya wibawa pemimpin atau atasan akan semakin handal dan berpengaruh pada yang dipimpin atau anggota-anggotanya.
Secara khusus kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya di dalam keluarga dalam hal melakukan apa yang mereka nasihatkan atau sarankan kepada anak-anaknya, karena pengalaman di dalam keluarga akan sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama yang lebih luas seperti di masyarakat atau tempat kerja, dst…
Bahkan kegiatan menggali dan menafsirkan firman pun dapat menjadi kegiatan yang memuakkan hati Allah! Sekarang kecaman tajam Yesus ditujukan kepada para ahli Taurat. Mereka mempelajari arti firman tetapi mereka tidak melakukannya.
Mereka membebani orang lain untuk melakukan Taurat, tetapi mereka tidak menaatinya. Mereka bersemangat menghargai para nabi dengan membangun kubur bagi mereka.
Namun, Yesus mengartikan itu tidak lain sebagai ungkapan persetujuan dengan mereka yang membunuh para nabi. Menolak taat kepada esensi firman adalah sama dengan membunuh firman. Ucapan Yesus ini menunjuk kepada sikap mereka kelak yang begitu bersemangat ingin menyingkirkan Yesus.
Renungkan
Awas! Di balik semangat memelihara aturan dan membela arti firman, bisa jadi tersembunyi hati beku yang dingin terhadap Allah dan sesama!
Doa Penutup
Tuhan Yesus, semoga Roh Kudus-Mu menyelidiki relung-relung hatiku yang terdalam dan mengajarkan aku kebenaran-kebenaran jalan-Mu.
Semoga kehidupanku mencerminkan kepenuhan Injil. Tolonglah aku untuk mempraktekkan keadilan dan cintakasih kepada Allah dengan kesadaran penuh, bahwa Allah telah mengasihiku terlebih dahulu. Amin.