Renungan Hari Sabtu 26 Oktober 2024

Renungan Hari Sabtu 26 Oktober 2024

Renungan Hari Sabtu 26 Oktober 2024

Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Sabtu 26 Oktober 2024. Dalam Bacaan Injil Lukas 13:1-9 hari ini mengisahkan tentang Jikalau kalian semua tidak bertobat, kalian pun akan binasa dengan cara demikian.

Karunia-karunia umat Allah.

Kesatuan umat Allah tidak berarti bahwa semua orang Kristen menjadi seragam atau satu bentuk dalam segalanya. Bukan kesatuan seperti ini yang dimaksudkan. Keragaman memperkaya bahkan memperindah kesatuan.

Keragaman tanpa kesatuan akan menciptakan kekacauan. Sebaliknya, kesatuan tanpa keragaman akan menakutkan. Keragaman umat Allah terlihat dari berbagai bentuk karunia.

Kepada setiap orang percaya diberikan karunia (ayat 7). Dalam teks ini, Paulus hanya memberikan 5 karunia: rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar (ayat 11). Kelima bentuk karunia berkaitan dengan tugas pengajaran.

Dari daftar karunia ini jelas karunia rasul dan nabi tidak diperlukan lagi dalam jemaat masa kini karena Alkitab telah lengkap tertulis. Tidak boleh dalam zaman modern ini ada yang mengklaim sebagai rasul atau nabi sehingga perkataannya setara dengan otoritas Kitab Suci dan diperlakukan sebagai Kitab Suci. Kanonisasi Kitab Suci selesai.

Sekarang yang dibutuhkan adalah pengajaran agar isi Kitab Suci dimengerti. Orang yang baru percaya pada Yesus harus didewasakan imannya. Pengajaran adalah sarana utama pendewasaan iman. Mengapa iman didewasakan? Tujuannya, agar semua jemaat diperlengkapi untuk tugas pelayanan.

Bila jemaat telah diperlengkapi untuk tugas pelayanan maka pada akhirnya tubuh Kristus akan bangun. Jadi pemberian karunia bertujuan untuk pembangunan tubuh Kristus (ayat 12), bukan untuk kepentingan pribadi atau prestise pribadi. Semua jemaat diberikan karunia untuk pembangunan tubuh Kristus yakni jemaat.

Meski berbeda-beda harus disadari bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama. Semua karunia diberikan oleh Kristus (ayat 7). Jadi tidak hanya Roh Kudus sumber karunia. Kristus juga memberi karunia kepada jemaat.

Bila ada orang Kristen mengklaim punya karunia tetapi karunia tersebut tidak untuk membangun jemaat, maka dapat dikatakan karunia tersebut tidak berasal dari Kristus.

Renungkan

Karunia apakah yang Anda miliki? Bagaimana Anda telah mengembangkan karunia tersebut berperan dalam pembangunan tubuh Kristus?

Mazmur, Rumah Tuhan

Rumah Tuhan adalah pusat berkumpulnya umat di Yerusalem, di mana mereka beribadah kepada Allah yang hidup, yang memelihara dan menyelamatkan mereka. Di rumah Tuhan inilah mereka bersyukur karena ditegakkannya keadilan (ayat 5) dan berdoa bagi kesejahteraan umat (ayat 6-7).

Kesejahteraan dan sentosa hanya akan dialami umat bila keadilan ditegakkan sesuai kebenaran-Nya. Walaupun terdiri dari berbagai suku, namun umat bersatu menyatakan syukur atas pemeliharaan Tuhan.

Inilah gambaran Gereja Tuhan yang memancarkan kemuliaan-Nya. Bagaimana dengan Gereja kita saat ini?

Gereja kelak. Gereja yang akan datang adalah suatu komunitas Ilahi yang dikehendaki Allah menjadi suatu masyarakat, di mana batasan etnis, ras, dan golongan tidak lagi menjadi hambatan.

Mereka bersama-sama menyembah Allah yang satu dan kudus dengan norma yang satu di dalam Yesus Kristus. Di sana kita akan bersama-sama dengan Dia yang kini duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Itulah komunitas Ilahi. Marilah kita bersama berdoa bagi kesejahteraan dan kedamaian umat Allah di tengah dunia agar bersatu untuk mewujudkan komunitas Ilahi yang berkenan kepada-Nya.

Bapa, peliharakanlah umat-Mu dalam menegakkan keadilan, sehingga umat-Mu mendapatkan kesejahteraan dan sentosa.

Injil hari ini, Kesempatan kesekian kali

Tuhan Yesus diperhadapkan dengan pandangan umum orang Yahudi bahwa orang yang mati dalam suatu bencana pasti disebabkan oleh dosanya yang besar.

Kita akan melihat jawaban Yesus terhadap beberapa peristiwa. Pertama, tentang pembantaian yang dilakukan Pilatus kepada orang Galilea saat mereka akan mempersembahkan korban (1).

Jawaban Yesus mengisyaratkan dengan jelas bahwa orang yang mati dibantai belum tentu karena dosanya yang besar (2). Peristiwa kedua adalah orang-orang yang mati tertimpa menara Siloam.

Yesus memberikan jawaban yang sama mengenai dosa mereka (4). Menarik untuk diperhatikan adalah jawaban Yesus yang diulang sampai dua kali pada ayat 3 dan 5. Penekanan utamanya adalah pertobatan.

Dosa tidak menentukan cara kematian seseorang, tetapi dosa akan menentukan apa yang terjadi setelah kematiannya. Pertobatanlah yang akan menjadi kunci utamanya. Jika seseorang tidak bertobat dalam hidupnya, maka ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Melalui perumpamaan tentang pohon ara, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kesempatan untuk bertobat masih diberikan. Pohon ara yang tumbuh selama tiga tahun ternyata tidak menghasilkan apa-apa (6).

Permintaan untuk menebang pohon tersebut menunjukkan batas kesabaran si pemilik kebun yang telah menanti selama tiga tahun (7). Namun pengurus kebun masih memohon kepada tuannya untuk bersabar menantikan pohon tersebut berbuah. Penggunaan kata “mungkin” di ayat 9 menunjukkan harapan dan kesempatan lagi. Ini menunjukkan pentingnya pertobatan.

Mari kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita bertobat? Kristus masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat, yang mungkin merupakan kesempatan kesekian kali yang diberikan pada kita.

Oleh karena itu, jangan tunda lagi. Sebab jika kita masih menutup rapat pintu hati kita untuk pertobatan maka mungkin Tuhan akan mencampakkan kita ke dalam api.

Doa Penutup

Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Biarkanlah aku menggunakan dengan baik waktu yang Kauberikan kepadaku.

Terima kasih, ya Tuhan Yesus, Engkau memberikan Roh Kudus untuk menuntun diriku dalam hidup pertobatan ini. Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url