Renungan Katolik Rabu, 15 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 11:42–46
📖 Renungan Katolik Rabu, 15 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 11:42–46
“Iman yang Tulus, Bukan Beban yang Menindas”
Hari ini kita membaca Injil Lukas 11:42–46, di mana Yesus mengecam para ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka rajin memberi persepuluhan bahkan dari hal-hal kecil seperti selasih dan adas manis, tetapi mereka mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Mereka suka duduk di tempat terhormat, senang dihormati, tetapi hidup mereka penuh kemunafikan.
Yesus bahkan berkata:
“Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kuburan yang tidak nampak, orang-orang berjalan di atasnya tanpa mengetahuinya” (Luk. 11:44).
Dan kepada ahli Taurat, Yesus menegaskan:
“Celakalah kamu juga, sebab kamu membebani orang dengan beban yang sukar dipikul, sedangkan kamu sendiri tidak menyentuhnya dengan satu jari pun” (Luk. 11:46).
Pesan Yesus ini menembus hati kita: iman sejati bukanlah tentang beban aturan lahiriah, tetapi tentang hidup dalam kasih yang membebaskan.
Antara Kesalehan Lahiriah dan Kasih Sejati
Orang Farisi sangat menekankan aturan agama: persepuluhan, doa, puasa, dan upacara. Namun, kesalehan mereka hanya lahiriah. Mereka mengabaikan hal yang lebih besar: keadilan, belas kasih, dan cinta kepada Allah.
Yesus menegur keras karena iman yang sejati harus menyentuh hati, bukan sekadar aturan luar. Jika aturan dijalankan tanpa kasih, iman menjadi kosong.
Kita pun bisa jatuh ke dalam jebakan yang sama: rajin mengikuti Misa, doa, dan pelayanan, tetapi jika hati kita jauh dari kasih dan kepedulian, semua itu menjadi ritual tanpa roh.
Beban yang Ditambah, Bukan Kasih yang Dibagi
Yesus menegur ahli Taurat karena mereka memberi beban pada orang lain dengan hukum yang berat. Mereka menuntut orang menjalankan banyak aturan, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya.
Pesan ini relevan dengan zaman kita:
⦁ Kadang kita lebih sibuk menghakimi orang lain, tetapi lupa memperbaiki diri.
⦁ Kita mudah menuntut kesalehan dari orang lain, tetapi enggan berkorban dengan kasih.
⦁ Kita bisa jatuh pada sikap “lebih suka terlihat benar” daripada sungguh-sungguh menjadi rendah hati.
Yesus mengingatkan bahwa iman bukanlah beban tambahan, tetapi rahmat yang membebaskan.
Hati yang Tulus, Iman yang Hidup
Iman sejati bukanlah tentang seberapa banyak aturan yang kita taati, melainkan seberapa besar kasih kita kepada Allah dan sesama.
⦁ Orang yang hidup dalam kasih tidak akan menjadikan iman sebagai beban, tetapi sebagai sukacita.
⦁ Orang yang tulus tidak mencari kehormatan, tetapi rela mengasihi secara diam-diam.
⦁ Orang yang sungguh beriman tidak membebani, tetapi meringankan beban orang lain.
Inilah inti pewartaan Yesus: kasih Allah yang membebaskan, bukan hukum yang menindas.
Relevansi dalam Kehidupan Kita
1. Dalam keluarga: Apakah kita lebih sibuk menuntut anak/saudara melakukan yang benar, tetapi lupa memberi teladan kasih?
2. Dalam pekerjaan: Apakah kita menuntut kejujuran dari orang lain, tetapi kita sendiri kompromi?
3. Dalam hidup rohani: Apakah kita lebih suka tampil religius, tetapi hati kita jauh dari belas kasih?
Yesus ingin kita kembali ke inti iman: kasih yang nyata, sederhana, dan tulus.
Penutup
Renungan hari ini mengingatkan bahwa iman sejati bukanlah beban aturan, melainkan sukacita dalam kasih. Yesus menegur keras mereka yang suka menampilkan kesalehan luar tetapi tidak hidup dengan kasih di dalam.
Mari kita bertanya: apakah imanku hanya tampilan, atau sudah menjadi kasih yang nyata?
🙏 Doa:
“Tuhan Yesus, ajari aku untuk hidup dalam kasih yang tulus, bukan hanya sekadar menjalankan aturan luar. Jadikanlah imanku ringan, penuh sukacita, dan membebaskan, seperti Engkau yang telah membebaskan kami. Amin.”