Renungan Hari Senin 27 September 2021

Renungan Hari Senin 27 September 2021

Renungan Hari Senin 27 September 2021

Nubuat Zakharia tentang kunci pemulihan penuh Israel ialah kembalinya Allah ke Sion, yang menunjuk kepada saat ketika Kristus datang kembali dalam kemuliaan dan memulai pemerintahan-Nya di dunia atas bangsa-bangsa. Pada saat itu kehadiran Allah akan menjadikan Yerusalem sebuah kota kebenaran dan kesetiaan, dan gunung Tuhan akan kudus, yaitu dikhususkan untuk beribadah kepada-Nya. 

Pasal ini memberikan sepuluh berkat yang akan menyertai pemerintahan di bumi itu, masing-masing diawali dengan frase, “Beginilah firman Tuhan semesta alam, …” Sehingga damai sejahtera, kemakmuran dan kebahagiaan terjadi di Yerusalem di masa mendatang. Za 8:4-5.

Kembalinya umat Israel dari pembuangan Babel dari timur; menjadi gambaran pemulihan di masa depan dari segala penjuru dunia, dari timur dan barat, yaitu dari seluruh bumi (bd. Yes 43:5-6), Allah akan sungguh-sungguh menjadi Allah umat-Nya, dan mereka akan menerima kebenaran-Nya melalui Kristus. Orang-orang yang kembali bukan hanya kaum buangan, tetapi semua orang Yahudi di perantauan dan setelah mereka kembali maka perjanjian akan dibaharui, bdk Yer 31:31+.

Keinginan Allah memulihkan Israel merupakan perbuatan serius walaupun umat Israel sendiri tidak menanggapi dengan antusias. Dan bahkan sering menyeleweng dan tidak tahan uji. Keseriusan Allah dinyatakan dalam ayat 8:2 ”Aku berusaha untuk Sion dengan kegiatan yang besar.” Dua kali Tuhan menyatakan kasih-Nya yang tak berkesudahan dan perhatian-Nya bagi Israel (bdg. ps. 1). 

“Kasih” atau Allah, pasti murka terhadap orang-orang yang mengusik umat Allah ( “Kehangatan amarah yang besar”). Allah begitu bertekad untuk kembali ke Sion dengan berkat pada masa mendatang, sehingga Dia berbicara tentang hal itu seolah-olah telah terlaksana. Yerusalem mendapat julukan kota yang Setia. 

Karena Allah sendiri yang berkenan berdiam di tengah-tengah kota tersebut. Za 8:3 Sehingga kedamaian dan keamanan Yerusalem terwujud, dan ketika Israel berhubungan dengan Tuhan sebagaimana mestinya dalam hal-hal rohani, berkat-berkat duniawi selalu mengikuti.

Peperangan-peperangan tidak akan mempengaruhi laju pertumbuhan umat Israel ataupun usia semua orang baik muda maupun tua. Maka di Yerusalem tetap “Penuh dengan anak laki-laki dan anak-anak perempuan” (Za 8:5). Bagi orang prediksi-prediksi ini tampak tidak mungkin, namun tidak ada yang terlalu hebat bagi Allah (Kej. 18:14; Mat. 19:26).

“Dari tempat terbitnya matahari sampai kepada tempat terbenamnya” orang-oang Yahudi yang terserak dikumpulkan kembali. Nubuat bahwa Israel harus berada di Tanah Perjanjian dan pada saat nubuat digenapi barulah oarang-orang Israel sadar akan maksud utama Allah baginya. 

Pemulihan negeri itu merupakan prasyarat pokok menurut kesaksian Kitab-kitab nubuat. Kembalinya orang-orang Israel ini akan terjadi dari segenap penjuru bumi (bdg. Yes. 11:11,12; Amos 9:14, 15).

Mazmur, Semua akan binasa tetapi Engkau tetap ada.

Di kala diri merasa sangat tak berdaya, pasti membutuhkan tumpuan yang kokoh dan kekal. Semua yang ada di dunia ini akan binasa, namun Allah Sang Pencipta tetap ada selamanya. Semua boleh usang seperti pakaian, tetapi Tuhan tetap sama, dan tahun-tahun-Nya tidak berkesudahan (27-28). 

Tuhanlah tumpuan yang kokoh dan kekal dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Di dalam naungan-Nya, kita merasakan ketenteraman sejati, walau di dalam penderitaan yang berat sekalipun; karena Dia menanggungnya bagi kita.

Tiba saatnya. Seluruh umat percaya harus meyakini bahwa Allah bukan sekadar ada, tetapi hadir dan bertindak tepat waktu di tengah-tengah kehidupan umat-Nya. Keyakinan inilah yang telah membuat orang Kristen mampu bertahan di tengah-tengah keadaan dunia sekarang ini, yang jahat, kacau, dan tak menentu. 

Akan tiba saatnya, di mana Allah yang bersemayam di tempat maha tinggi akan memandang ke bumi dan mendengar doa keluhan umat-Nya. Ia akan membebaskan umat-Nya, agar nama-Nya dimuliakan.

Renungkan: Semua bisa berubah, bahkan akhirnya binasa. Tetapi Allah kita kekal. Dia yang telah menciptakan, menebus, dan memelihara kita.

Injil hari ini, Ambisi untuk menjadi yang ter ….

Bagi sementara orang keinginan untuk maju, untuk terkenal, untuk berkuasa dan memiliki kredibilitas terpercaya adalah sah-sah saja, wajar-wajar saja. Bahkan tidak sedikit orang yang berambisi untuk itu dan siap menekuninya. Fokus perhatian pada pemenuhan ambisi ini pun terjadi di kalangan para murid Tuhan Yesus. 

Bahkan mereka dengan sangat ekstrim berani mengungkapkan hal tersebut kepada Yesus. Di saat Tuhan sedang memusatkan perhatian pada urusan kekal Kerajaan Allah dengan syarat-syaratnya yang berat — Ia harus menderita dan dibunuh—dan untuk kepentingan umat manusia, para murid lebih memusatkan perhatian pada ambisi dan kepentingan pribadi mereka (ayat 46). 

Itulah sebabnya mengapa para murid tidak mengerti apa maksud ucapan Tuhan Yesus tentang penderitaan-Nya.

Namun, Tuhan Yesus begitu baik dan sabar meladeni kekisruhan pikiran murid-murid-Nya. Padahal, ketidakpahaman mereka terhadap penderitaan yang akan dialami-Nya sebenarnya makin memberatkan pergumulan-Nya. 

Diambil-Nya seorang anak kecil. Melalui perkataan-Nya, Ia mengubah konsep para murid tentang arti “penting” dan besar. Anak kecil itu didudukkan sebagai pihak yang sering kali tidak dipedulikan orang. Menurut Yesus penilaian seperti ini tidak berlaku dalam Kerajaan Allah. 

Artinya, mereka yang benar-benar “besar” dan “penting” dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang dengan segala kerendahan hati memperhatikan “orang-orang kecil“ dan “perkara-perkara kecil” (ayat 48).

Belajar memperhatikan yang kecil dan sedia menjadi kecil, adalah cara untuk mengerti apa sesungguhnya yang diartikan “penting” dalam prioritas Tuhan Yesus. Tuhan Yesus juga mengajar para murid untuk tidak hanya menganggap kalangan sendiri yang paling penting atau paling benar.

Renungkan: Orang yang berbesar hati akan sudi mengakui fakta kehadiran dan karya Allah melalui orang lain.

DOA: Tuhan Yesus, ajarlah kami untuk menjadi sungguh-sungguh rendah hati. Tolonglah kami untuk berhenti mengejar-ngejar kekuasaan serta status dan mulai melayani dalam kasih dan kerendahan hati. Amin. (Lucas Margono)

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url