Renungan Hari Jumat 15 Oktober 2021

Renungan Hari Jumat 15 Oktober 2021

Renungan Hari Jumat 15 Oktober 2021

Abraham dibenarkan oleh iman

Untuk memperkuat argumentasinya bahwa baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, keduanya dibenarkan bukan melalui melakukan Taurat melainkan melalui percaya saja, Paulus mengutip contoh nenek moyang pertama orang Yahudi, Abraham.

Catatan Taurat sendiri menegaskan bahwa Abraham dibenarkan oleh Tuhan bukan karena melakukan Taurat melainkan karena percaya (ayat 3; Kej. 15:6). 

Pertama, Abraham tidak melakukan tindakan apa pun yang membuat ia layak menerima janji Allah mendapat keturunan yang sebanyak bintang di langit (Kej. 15:5). Namun ia menerima penggenapan janji itu kemudian hari karena iman! Dengan cara yang serupa Daud mendapatkan pengampunan dosa dari dosa kejinya, berzina dan membunuh, sebagai kasih karunia Allah atasnya (Rm. 4:6-8).

Kedua, Abraham menerima janji itu sebelum ia disunat, jauh sebelum Taurat diberikan kepada Israel. Sunat bukan menjadi syarat ketaatannya melainkan sebagai tanda bahwa ia beriman (ayat 11). 

Ketiga, karena itu, contoh Abraham ini menjadi dasar untuk semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, bahwa imanlah yang menjadi dasar seseorang diperkenan Allah. Itu sebabnya Abraham, sesuai dengan janji Allah baginya, disebut sebagai bapak semua bangsa, bukan hanya bapak bangsa Israel. Setiap orang dari bangsa apa pun, yang percaya kepada Allah, mengalami dibenarkan dengan cara yang sama dialami Abraham.

Kita patut mengucap syukur kepada Allah di dalam Kristus karena kita sekarang adalah orang-orang benar karena kasih karunia Allah yang kita terima melalui iman. Oleh karena itu, kita harus membuktikan keberimanan kita itu dan menyatakan syukur kita melalui ketaatan pada firman-Nya. Iman Abraham Bukan Sekadar Di Mulut Melainkan Diwujudkan Dengan Memberi Diri Disunat. Apa Bukti Kita Sungguh Beriman?

Mazmur, Disiplin bertobat.

Ayat pembuka dan penutup mazmur ini mengundang kita untuk menanyakan sebuah pertanyaan penting: Siapakah orang benar? Siapakah orang jujur? Siapakah orang yang percaya kepada Tuhan? Jawaban Mazmur 32: mereka yang hidup dengan kesadaran yang dalam tentang dosa mereka, yang menyadari kebutuhan mereka akan anugerah pengampunan dari Allah, dan yang kemudian tekun bertobat!

Kalimat “Sebab itu” (ayat 6), menunjukkan bahwa pemazmur memanggil “setiap orang saleh” untuk berdoa, membuka diri di hadapan Tuhan dan mengakui setiap dosa dan pelanggarannya, selagi Ia masih dapat ditemui. Ayat ini sangat instruktif. Jika kita memang benar-benar orang yang percaya kepada Tuhan, kita akan tekun bertobat! Akan tiba saatnya ketika kita tidak lagi dapat bertobat, sekalipun kita menghendakinya.

“Mengaku”(ayat 7). Pemazmur menyadari bahwa inilah saatnya untuk tidak lagi menyembunyikan dosa, tetapi mengungkapkan dosa- dosanya kepada Allah. Saatnya untuk menyembunyikan diri di balik Allah! Bersembunyi di balik Allah merupakan ungkapan kesadaran dari pemazmur bahwa ia sepenuhnya tidak berdaya, dan sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah untuk “menutupi” dosa-dosanya (bdk. Rm. 4:7-8). Pemazmur kemudian menegaskan bahwa inilah “jalan yang harus kautempuh” (ayat 8). Tentang jalan ini, jangan keraskan hatimu (ayat 9).

Ayat 10-11 menjadi kesimpulan dari pengajaran pemazmur. Orang fasik — orang yang tidak tekun bertobat — akan menderita banyak kesakitan, tetapi orang yang mempercayakan diri kepada Tuhan, itulah orang benar, orang jujur — orang yang tekun bertobat — dikelilingi dengan kasih setia-Nya dan, oleh karena itu, dipanggil untuk bersukacita dan bersorak-sorai (bdk. Mzm 130:4).

Renungkan: Berbahagialah orang yang tekun bertobat, karena sukacita surga menjadi bagian hidup mereka.

Injil Hari Ini, Saksi: Pemberita Kebenaran

Tugas saksi adalah mengatakan kebenaran, dan ruang pengadilan adalah ruang untuk mencari dan memutuskan kebenaran. Karena itu ketika terjadi kasus Majelis Hakim yang mengadili perkara korupsi di Mahkamah Agung (MA) memutuskan untuk tidak memanggil Ketua MA sebagai saksi perkara yang berkaitan dengan kewenangan tugasnya, maka terjadilah jalan buntu. Padahal yang tertutup pasti akan dibuka, dan yang tersembunyi pasti akan diketahui (2).

Kebenaran selalu berlawanan dengan kemunafikan. Seperti ragi, kemunafikan adalah daya yang diam-diam tetapi pasti akan mengkhamiri seluruh adonan pada saatnya. Berhadapan dengan keseriusan ancaman kemunafikan ini, Tuhan Yesus secara khusus mengajar murid-murid tentang sikap dasar yang harus dikenakan sejak awal bahwa kebenaran tak mungkin tersembunyi, karena itu harus dinyatakan. Di sisi lain kemunafikan selalu ingin menyembunyikan dan mengingkari kebenaran, serta melawan setiap usaha yang akan membuka persekongkolan yang ada padanya.

Berbeda dengan penyebutan murid dalam hubungan dengan guru atau hamba dalam hubungan dengan tuan, secara khusus Tuhan Yesus menyebut para murid sebagai `sahabat-sahabat-Ku\’ (4). Menjadi sahabat Yesus dimulai ketika orang takut akan Dia dan mengakui Dia di depan manusia. 

Lalu menerima Roh Kudus yang memberikan keberanian dan hikmat dalam menjawab serta berkata-kata di hadapan majelis, pemerintah, dan penguasa (8-12). Menjadi sahabat Yesus berarti mewartakan kebenaran dengan berani dan berhadapan dengan kemunafikan yang berusaha menutupi dan menyelubungi kenyataan sebenarnya.

Mengakui Tuhan Yesus menjadikan kita saksi yang memberitakan kebenaran. Sama seperti Yesus yang tajam menganalisa keadaan zamannya, kita pun dipanggil untuk belajar dan peka akan situasi dan kondisi di sekitar kita. Dengan demikian kita dapat menyampaikan pesan kebenaran yang diamanatkan kepada kita sesuai dengan keadaan zaman kita!

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/ 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url