Renungan Hari Kamis 14 Oktober 2021

Renungan Hari Kamis 14 Oktober 2021

Renungan Hari Kamis 14 Oktober 2021

Kesimpulan Paulus akan hakikat keberdosaan manusia ditegaskan ulang dalam pernyataan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (ayat 23). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak mungkin seseorang membenarkan dirinya sendiri dengan upaya menaati Taurat (ayat 20).

Namun, sejak Perjanjian Lama telah disaksikan bahwa kebenaran Allah itu dinyatakan bukan lewat Hukum Taurat melainkan lewat kasih karunia Allah (ayat 21-24). Dalam Perjanjian Baru menjadi jelaslah bahwa kasih karunia Allah itu dinyatakan lewat Tuhan Yesus (ayat 25). 

Dialah yang ditentukan Allah sebagai sarana manusia menerima pembenaran oleh curahan darah-Nya, yaitu melalui kematian-Nya. Hal ini menunjukkan keadilan Allah, yaitu menghukum dosa melalui kematian Kristus di salib (ayat 26), dan menunjukkan kasih Allah, yaitu mengampuni dan membenarkan orang yang percaya kepada Kristus. 

Dengan demikian, orang yang sudah percaya dan dibenarkan tidak dapat memegahkan diri seakan-akan ketaatannya pada Tauratlah yang membuat dia dibenarkan. Keadilan Allah sekali lagi nyata karena melalui kasih karunia ini setiap bangsa, yang memang kepunyaan Allah, beroleh jalan untuk diselamatkan, yaitu bukan dengan melakukan Hukum Taurat melainkan melalui iman (ayat 29-30). 

Menurut Paulus, hal ini justru meneguhkan Hukum Taurat yang mengajarkan bahwa tidak seorang pun bisa taat sepenuhnya pada Hukum Taurat di luar kasih karunia (ayat 31).

Orang yang berpegang pada berbagai peraturan sebagai cara untuk mendapatkan keselamatan membuktikan dirinya diperbudak dosa. Orang tersebut hanya dapat dibebaskan dan dibenarkan kalau ia menerima kasih karunia Allah dalam Kristus dengan iman. Apakah Anda sudah dibebaskan dan dibenarkan?

Mazmur, Kedahsyatan pengampunan Allah

Dosa dan akibatnya memang menghancurkan dan mengerikan. Itu yang diungkapkan pemazmur dengan menggunakan ilustrasi orang yang terjebak di jurang dosa (1). Tanpa mampu menyelamatkan dirinya sendiri, orang yang berada dalam jurang dosa hanya bisa menunggu akibat dosa yang mengerikan, yaitu maut.

Akan tetapi, kedahsyatan akibat dosa dan kengerian maut kalah jauh jika dibandingkan dengan kedahsyatan kasih Allah. Kasih Allah dahsyat karena bukan hanya mengampuni manusia dari jurang dosa melainkan juga menyelamatkan manusia (4). 

Inilah yang diyakini oleh pemazmur sehingga dalam pergumulannya terbelenggu dosa, ia beriman saat memanjatkan seruan doa mohon pengampunan dan penyelamatan dari Allah (2-3). Pengampunan dan penyelamatan dari Tuhan berlanjut pada kerinduan dan hasrat cinta pemazmur pada Allah sendiri (6). 

Itulah tanda kesejatian dari iman seseorang. Pengalaman memperoleh pengampunan dan penyelamatan Allah itulah yang selanjutnya membawa pemazmur berani menyerukan pertobatan kepada umat Tuhan yang berulang kali menyakiti hati-Nya, dengan kebebalan dan dosa mereka. Tujuan seruan pemazmur agar mereka juga mengalami penyelamatan dan pengampunan-Nya (7-8).

Mazmur ini bisa disebut sebagai mazmur pertobatan karena isinya sesuai dengan pesan Injil: Allah di dalam Yesus Kristus menyelamatkan dan mengampuni. Ini juga yang diakui gereja: kedahsyatan pengampunan Allah itu terletak pada pengurbanan Kristus yang tak bersalah agar semua dosa manusia dihapuskan dan diampuni. 

Karena itu jangan mencari jalan keluar dari pergumulan dosa Anda dari siapa pun juga, selain pada Kristus yang sudah mati dan bangkit. Hanya Dia yang sanggup dan mau mengampuni dan menyelamatkan Anda!

Camkan: Pada Allah saja ada pengampunan dan penyelamatan maka takutkah aku kepada-Nya?

Injil hari ini, Dari hati lahir perbuatan.

Injil hari ini merupakan kelanjutan dari Injil kemarin, tentang teguran keras Yesus kepada orang-orang Farisi. Yesus menegur mereka karena kepalsuan mereka dalam kehidupan yang bertentangan antara perbuatan lahiriah dan rohaniah mereka. 

Mereka mengutamakan hal lahiriah sebagai penampilan , bagaikan membersihkan cawan dari luarnya saja sementara bagian dalam tetap kotor. Berbeda dari orang Farisi, Yesus mengutamakan apa yang ada di dalam hati. 

Bagi orang Farisi, manusia disucikan oleh perbuatan yang dilakukannya, sementara menurut Yesus, kesucian datang dari hati yang mewujud di dalam tindakan. Hukum Taurat memang berkaitan dengan perbuatan, tetapi tujuannya adalah mengajar bangsa Israel untuk menaatinya berdasarkan kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia. 

Maka taat pada Taurat bukan semata-mata taat pada aturan, tetapi taat pada Allah. Perbuatan memang harus bersih, tetapi hati yang melahirkan perbuatan itu harus bersih juga. Dari luar, orang Farisi memang kelihatan baik, saleh dan terpuji, tetapi Yesus membukakan isi hati mereka yang sebenarnya yaitu penuh “rampasan dan kejahatan” (39, bdk. Mat. 23:5-7).

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi merupakan tokoh-tokoh penting dan menentukan dalam hidup bersama: hidup bermasyarakat maupun hidup beragama. Mereka menguasai dan memahami aneka aturan dan tatanan hidup bersama, namun mereka tidak melaksanakannya, sebaliknya ketika umat atau masyarakat mau melaksanakannya dihalang-halangi. 

Maka dengan keras dan mungkin menyakitkan, Yesus menegor dan mengingatkan mereka, sehingga mereka berusaha menangkapNya. Maka, meneladan Yesus maupun St.Teresa dari Avila, marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi, yang memang akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan. 

Pada masa kini rasanya cukup banyak orang yang telah dikuasai oleh aneka produk teknologi, seperti alat-alat komunikasi dan sarana-prasarana lainnya, sehingga ketika alat-alat atau sarana-prasarana tersebut rusak atau terganggu menjadi stress atau frustrasi., dengan kata lain cukup banyak orang telah berbakti kepada `berhala-berhala modern’, harta benda atau uang. 

Dengan dan melalui harta benda atau uang berusaha menghalang- halangi penegak dan pejuang kebenaran, keadilan dan kejujuran. Dengan atau melalui uang berusaha membelokkan atau memelintir kebenaran-kebenaran hukum maupun fakta. 

Celakalah mereka yang berusaha melakukan manipulasi atau korupsi; dalam hidup sehari-hari merasa diri tidak aman dan senantiasa berusaha mengamankan diri dengan berbagai bentuk, entah manusia atau harta benda, sehingga mereka lebih percaya pada pengamanan oleh manusia dan harta benda atau uang daripada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi.

Bahaya mengutamakan perbuatan lebih daripada hati bisa juga terjadi pada kita. Keinginan untuk dipandang sebagai orang baik bisa saja membuat kita menjaga sikap sebaik mungkin di depan orang lain. 

Tetapi bagaimana bila tidak ada orang lain di sekitar kita? Adakah kita tetap bersikap baik karena keinginan menaati Allah? Yesus mengajar kita bahwa bila hati kita bersih maka motivasi dan sikap kita pun akan murni, perbuatan yang lahir pun bersih. Jika kita hanya memperhatikan apa yang tampak dari luar maka kesombongan akan muncul dari hati kita. 

Mari kita belajar dari Tuhan bahwa kekudusan dari-Nya terbit dari dalam hati dan mewujud di dalam perbuatan!

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, Dikau mengutus Santa Teresa dari Avila sebagai seorang saksi tangguh dalam Gereja yang menunjukkan jalan menuju kesempurnaan. Semoga berkat bimbingan Roh Kudus-Mu kami dapat terus belajar dari pengalaman spiritualnya yang luhur, dan biarlah Roh-Mu itu mengobarkan dalam hati kami suatu kerinduan akan kekudusan yang sejati. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url