Renungan Hari Kamis 04 November 2021
Renungan Hari Kamis 04 November 2021
Tidak harus sama.
Selalu akan ada perbedaan, karena berbeda latar belakang pendidikan, lama menjadi orang beriman, kepercayaan yang dianut pada masa lalu. Tak heran bila kemudian dijumpai sikap, penekanan, penafsiran dan kemantapan yang berbeda satu dengan yang lain, mengenai ajaran Tuhan. Perbedaan itu berkisar pada hal-hal yang tidak mendasar, misalnya mengenai makanan dan hari (ayat 2, 5).
Jangan menghina atau menghakimi. Kadang yang merasa lebih kuat imannya menghina yang lemah; sebaliknya yang lemah imannya menghakimi yang kuat imannya, sehingga terjadilah perpecahan di dalam jemaat Tuhan.
Ada kelompok ‘lemah iman’ dan kelompok ‘kuat iman’. Saling menghina dan menghakimi hanya menimbulkan kebencian, yang berakibat buruk pada kesatuan kita dalam Kristus.
Peran pembinaan. Kedewasaan iman tidak terjadi dalam sekejap mata, perlu proses dan tahapan. Inilah pentingnya peran pembinaan. Pembinaan yang baik bukanlah pembinaan yang membuat orang lain meniru pendapat dan gaya hidup sang pembina, tetapi menempatkan Kristus sebagai Tuhan, dan firman-Nya sebagai standar bagi semua orang.
Di dalam keyakinan bahwa Kristus sedang membentuk hidup orang dan akan menghakimi tiap orang, mari kita belajar saling menerima perbedaan yang tidak prinsipil dalam kasih.
Mazmur, Hanya Tuhan penolongku
Dalam zaman yang serba tidak pasti dan penuh ancaman ini, apakah yang menjadi andalan Anda? Bersama pemazmur, mari kita nyatakan keyakinan bahwa Tuhan adalah persandaran yang teguh dan yang satu-satunya (ayat 1-6). Keyakinan demikian akan memberanikan kita untuk datang dan memohon pertolongan-Nya (ayat 7-14).
Pemazmur mulai dengan pertanyaan retoris, “Jika Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya, kepada siapakah dia harus takut?” Ketiga lambang ini menegaskan sifat Allah.
Terang melambangkan kehadiran Allah yang mengenyahkan kegelapan, sekaligus memberi rasa aman. Keselamatan jelas merupakan akibat dari perlindungan Tuhan. Sedangkan benteng menggambarkan pertahanan dan perlindungan yang kokoh terhadap serangan musuh.
Di manakah tempat perlindungan paling aman bagi anak-anak Tuhan (ayat 4-6)? Tentu di rumah Tuhan! Dua kata dipakai di sini, yaitu rumah Tuhan dan bait-Nya. Yang dimaksud bukanlah wujud fisik melainkan kehadiran dan penyertaan Tuhan atas umat-Nya, yakni ketika umat beribadah dan Dia menyatakan berkat-Nya.
Bandingkan dengan keyakinan pemazmur untuk tinggal selamanya di rumah Tuhan (Mzm. 23:6). Dengan keyakinan seperti inilah pemazmur berani meminta pertolongan Tuhan atas semua kesesakan yang ia alami (ayat 12). Delapan kata kerja dipakai untuk mengajukan permohonannya (ayat 7, 9, 11-12), diselingi dengan motivasi yang mendorong pemazmur bermohon: “wajah-Mu kucari, ya Tuhan” (ayat 8). Mencari wajah Tuhan berarti mencari perkenan-Nya. Kalau Tuhan berkenan, pasti Ia menolong.
Keyakinan pemazmur kiranya menjadi keyakinan sekaligus komitmen Anda. Pertolongan manusia terbatas baik oleh daya, waktu, dan juga kemauan (ayat 10). Saat kesusahan datang, ingat dua hal: sifat Tuhan yang peduli dan mau menolong umat-Nya, dan bahwa Dia pernah menolong Anda. Katakan, \’Tuhan aku percaya pada-Mu\’ (ayat 13) dan nantikanlah pertolongan-Nya (ayat 14)!
Injil hari ini, Kita tidak dapat menghindar dari kritik. Apapun yang kita lakukan bisa mengundang kritik, entahkah itu kritik yang membangun atau yang menjatuhkan. Bahkan jika kita diam sekalipun, pasti akan ada kritik yang terlontar. Tidak heran, jika kritik dapat mengubah orang menjadi baik, walau tidak sedikit juga yang berakibat buruk pada seseorang.
Pada waktu itu, Yesus dikritik oleh orang Farisi dan ahli Taurat karena “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka” (2). Bagi mereka, berdekatan dengan orang berdosa akan menyebabkan mereka ketularan tidak `bersih\’. Yesus pun merespons dengan trio perumpamaan: domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang. Dalam perumpamaan yang pertama, si gembala menemukan bahwa ada satu ekor domba yang hilang.
Lalu ia mencari domba yang hilang itu sampai ia menemukannya (4). Tidak sedikit pun ia menyalahkan domba yang hilang itu (berlawanan dengan sikap ahli Taurat dan orang Farisi terhadap orang berdosa). Yang Yesus perlihatkan di sini adalah mencari yang hilang, menemukan dan merayakan penemuan itu (6).
Begitu pula dalam perumpamaan tentang seorang wanita yang kehilangan satu dari sepuluh dirham yang dimilikinya. Begitu berharganya dirham itu sehingga ia harus bersusah payah mencarinya sampai akhirnya menemukannya. Begitu gembiranya, hingga ia mengajak sahabat dan tetangganya untuk merayakan penemuan itu.
Kedua perumpamaan ini memperlihatkan bahwa Allah adalah Bapa yang aktif mencari orang yang “hilang” dan bersukacita ketika mereka ditemukan. Oleh sebab itulah Dia mengutus Kristus (Mat. 10:6; 15:24, bdk. Luk. 4:18-19).
Maka kita, murid-murid-Nya, seharusnya memiliki belas kasih yang sama seperti yang Guru kita miliki. Mari buka mata kita bagi sekeliling kita untuk memperhatikan mereka yang terhilang. Temui mereka dan kabarkan Berita Kesukaan itu! “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk. 19:10).
DOA: Tuhan Yesus, aku percaya kepada janji-Mu bahwa Engkau tidak akan meninggalkan satu pun dari para saudari dan saudara yang sedang berada jauh dari jalan-Mu. Carilah mereka yang hilang, ya Tuhan, dan selamatkanlah mereka. Panggillah mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat lagi mengabaikan Engkau. Temukanlah mereka, ya Tuhan. dan kumpulkanlah mereka di dekat-Mu. Amin.
Sumber https://carekaindo.wordpress.com/