Renungan Hari Kamis 11 November 2021

Renungan Hari Kamis 11 November 2021

Renungan Hari Kamis 11 November 2021

“Di dalam dia ada roh yang arif dan kudus, tunggal, majemuk dan halus, mudah bergerak, jernih dan tidak bernoda, terang, tidak dapat dirusak, suka akan yang baik dan tajam, tidak tertahan, murah hati dan sayang akan manusia, tetap, tidak bergoyang dan tanpa kesusahan, mahakuasa dan memelihara semuanya serta menyelami sekalian roh, yang arif, murni dan halus sekalipun” (Keb 7:22-23).

Yang dimaksudkan dengan ‘dia’ adalah kebijaksanaan. Mungkin di antara kita tidak ada satupun yang bijaksana, melainkan hanya ‘bijak’, sesuatu yang terbatas. Dari ciri-ciri kebijaksanaan di atan mungkin yang baik kita renungkan atau refleksikan masa kini adalah ‘murah hati dan sayang akan manusia’. 

Murah hati berarti hatinya dijual murah, memberi perhatian kepada siapapun, dan tentu saja pertama-tama kepada sesama manusia. Perhatian itu dapat berupa sapaan, sentuhan, kehadiran, kebersamaan atau pemberian entah harta benda, uang atau tenaga, dengan kata lain memboroskan waktu dan tenaga bagi yang harus diperhatikan. 

Kita diingatkan pentingnya pemborosan waktu dan tenaga bagi manusia, dan tentu saja pertama-tama mereka yang dekat dengan kita, entah suami atau isteri, anak-anak, kakak/adik atau rekan kerja, mereka yang hidup dan bekerja bersama dengan kita. 

Pada masa kini ada kecenderungan orang jual mahal waktu dan tenaga bagi anak-anak kecil selama masa balita, usia 0 s/5 tahun, dimana anak-anak dititipkan pada nenek atau pembantu atau perawat dan orangtua, lebih-lebih ibu, sibuk bekerja demi karier. 

Aneka pengamatan dan pengalaman menunjukkan bahwa ketika anak-anak pada usia balita kurang perhatian dari orangtua, alias kurang menerima pemborosan waktu dan tenaga dari orangtua, maka perkembangan dan pertumbuhan kepribadiannya tidak wajar, dan ketika mereka dewasa lebih mudah ‘kurang ajar’. 

Maka dengan ini sekali lagi kami mengingatkan agar anak-anak selama masa balita sungguh memperoleh perhatian dan kasih dari orangtua, terutama dari ibunya, yang telah mengandung dan melahirkannya. Bertindak demikian pada masa kini, lebih-lebih di kota besar, boleh dikatakan sebagai bentuk penghayatan kemartiran.

Mazmur, Firman memberi hikmat

Orang modern mengagung-agungkan pendidikan. Menurut mereka, pendidikan bisa mengubah orang menjadi lebih baik dan bermoral karena pada dasarnya manusia itu baik. Pandangan ini keliru! Banyak orang yang berpendidikan tinggi justru menjadi penjahat berkaliber.

Hanya satu jenis pendidikan yang dapat mengubah manusia yang berdosa menjadi manusia yang beradab dan bermoral, yaitu pendidikan dari Tuhan sendiri. Tentu syarat utama mendapatkan pendidikan Tuhan adalah seseorang harus menjadi umat Tuhan terlebih dulu. 

Inilah yang telah dialami oleh pemazmur. Dengan pengakuan bahwa dia adalah milik Tuhan (94), pemazmur mengungkapkan faedah pendidikan Tuhan. 

Pertama, firman Tuhan menjadikan anak-anak Tuhan bijaksana dan berakal budi melebihi kepandaian para guru bahkan pengetahuan para orang tua (89-100). Hal ini bukan meremehkan peran para guru atau para orang tua yang telah makan asam garam kehidupan. Firman Tuhan membuat kita memiliki cara pandang dan cara menilai dari sudut Allah berdiri.

Kedua, pendidikan Tuhan memberikan hikmat yang dapat mengatasi kelicikan para musuh Tuhan yang hendak memperdaya anak-anak Tuhan ke dalam kesesatan (98, 110). Dengan berpegang pada firman Tuhan, kita dipelihara dari kesesatan. Firman Tuhan menuntun kita pada jalan kebenaran (101, 104, 105). 

Ketiga, firman Tuhan menjadi kesukaan hidup anak-anak Tuhan (103). Kedekatan dengan Tuhan membuat hidup kita bergairah (92). Firman memberi tenaga rohani yang membuat kita semakin giat melayani-Nya dengan penuh syukur (108).

Dengan firman-Nya, Tuhan menopang kehidupan di dunia ini. Dengan kasih setia-Nya, Ia menopang hidup anak-anak-Nya untuk menjadi yang terbaik di mata-Nya serta menjadi teladan moral bagi dunia yang kacau ini. 

Jika kita jujur maka akan kita akui bahwa banyak dari keputusan dan tindakan kita yang tidak didorong oleh alasan yang benar. Salah satu alasan paling berpengaruh adalah takut akan manusia. 

Takut ditolak, takut direndahkan, takut ditanggapi negatif, takut dianggap tidak berpihak, takut dilawan. Kita perlu sadar bahwa dengan demikian kita sedang membiarkan orang lain membentuk diri kita, bukan Tuhan. Akhirnya kita makin menyimpang dari menjadi diri yang sepadan dengan rencana Allah.

Bergaul dengan firman secara teratur dan mendalam akan menumbuhkan jati diri dan sikap-sikap yang benar di dalam kita. Sikap benar terhadap sesama tumbuh sebagai akibat sikap kita terhadap firman Allah, membuat karakter kita mengalami pemurnian dan penyelarasan dengan sikap hati Allah sendiri. 

Sikap benar apa saja akan tumbuh sebagai akibat dari bergaul akrab dan menaati firman? Hati akan condong kepada apa yang dinilai baik dan mulia. Jika firman menjadi harta pusaka (111) kita akan meminati keputusan Allah (112), membenci sikap bercabang hati (113). Kita akan lebih takut gentar terhadap Allah daripada takut kepada orang yang melawan Allah (117-120).

Firman menanamkan dalam diri kita janji dan prinsip bahwa saat kita takut kita dapat berdoa memohon perlindungan-Nya (116). Kebiasaan menatap kemuliaan Allah dalam firman membuat kita mampu melihat kepalsuan dari kemuliaan orang fasik (119). 

Penilaian Allah menjadi penilaian kita. Sikap kita mengalami pemurnian. Tindakan kita makin serasi dengan hati Allah sendiri. Untuk tiba pada kondisi demikian diperlukan proses panjang dan tekun. Disiplin membaca-gali Alkitab melalui Santapan Harian hendaknya dilihat sebagai proses pembentukan sikap itu.

Penutup mazmur ini agak sedikit membingungkan, “Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini.” Bukankah seluruh isi mazmur ini penuh ungkapan pujian syukur, keyakinan, keluhan dan permohonan serta bertubi-tubi pernyataan kesetiaan pemazmur dalam mengikut Tuhan? Bahkan di ayat 110, pemazmur tegas berkata, “…tetapi aku tidak sesat dari titah-titah-Mu.”

Permohonan yang menutup rangkaian panjang Mazmur ps. 119 ini, sebenarnya merupakan pengakuan kerendah-hatian pemazmur. Walaupun selama ini ia telah mempertahankan hidup taat dan setia terhadap firman Tuhan, tekanan yang bertubi-tubi dari pihak musuh dapat saja membuat ia lemah dan tidak mawas diri sampai dosa kesombongan menjeratnya jatuh. 

Dengan pengakuan yang merendahkan hati seperti itu, pemazmur hendak mengingatkan kita semua agar waspada terhadap segala tipu daya yang dapat membawa kita keluar dari menikmati firman Tuhan. Kita harus melawan dan sedikit pun tidak boleh menyerah terhadap hujatan orang yang meremehkan firman Tuhan sebagai tidak relevan untuk hidup ini. 

Sebaliknya, kita harus ikrarkan tekad untuk mengiring Tuhan senantiasa sehingga kita dapat menikmati hadirat-Nya lewat persekutuan dalam firman-Nya (162-167). Kita harus terbuka di hadapan Tuhan agar firman- Nya senantiasa mengoreksi hidup kita (168).

Dua hal bisa kita lakukan dengan meneladani pemazmur. Pertama, kita tidak boleh lengah. Jangan sedikit pun kita biarkan fokus kita beralih dari Tuhan kepada dunia. Kedua, kita harus selalu terbuka kepada teguran firman Tuhan. 

Siap berpaling dari pelanggaran yang sudah disingkapkan oleh firman dan terimalah perbaikan dari Tuhan Yesus, agar kita menjadi lebih sempurna dalam ketaatan dan kesetiaan pada firman-Nya.

Injil hari ini, Persiapan menjelang ajal

Dalam nas ini, Yesus menginformasikan tentang adanya tiga bahaya berkaitan dengan kedatangan-Nya yang kedua kali. 

Yang pertama adalah mempunyai pandangan yang salah tentang kedatangan-Nya (21). Orang Farisi maupun orang Israel secara umum tidak akan dapat mengenali kedatangan-Nya karena mereka punya konsep yang salah tentang kedatangan Kerajaan Allah. Orang Farisi mengira bahwa Kerajaan Allah akan sesuai dengan peraturan dan standar yang mereka buat, yang kita tahu rumit dan berbelit-belit. Maka ketika Yesus juga tidak sesuai dengan harapan mereka sebelumnya, mereka menolak dan menyalibkan Dia.

Yang kedua, adanya keinginan yang menggebu-gebu untuk melihat Tuhan Yesus kembali (22). Ini membuat mereka mudah terkecoh oleh orang-orang yang mengaku diri mesias. Padahal kedatangan Tuhan tidak bisa diperkirakan. Maka yang penting bukanlah bagaimana kita dapat menduga-duga kedatangan-Nya, tetapi apakah kita nanti akan ditemui tetap setia sampai Ia datang kembali. Oleh karena itu, hendaknya setiap murid Tuhan memusatkan perhatian dan upayanya untuk setia menjalankan tugas yang Dia berikan.

Yang ketiga, ada perkara-perkara yang dapat membuat kita kehilangan Kerajaan Allah (31-32). Ketika kita menemukan hidup di dalam Kristus maka kita akan sangat merindukan hadirnya Kerajaan Allah. Tetapi ketika kita dikuasai oleh apa yang kita miliki atau inginkan, Kristus tidak lagi menempati posisi utama dalam hidup kita. 

Jika kita menggunakan milik untuk pekerjaan Allah, maka kita sudah menempatkan harta kita di surga. Ketiga bahaya ini patut kita simak baik-baik. Sudah banyak orang yang terkecoh oleh pemimpin-pemimpin sekte yang berbicara tentang kedatangan Kristus namun tidak sesuai dengan isi Alkitab. 

Maka yang penting adalah yakinkan diri bahwa kita benar-benar sudah siap menyambut kedatangan Kristus karena kita sudah menerima keselamatan.

Renungkan: Siapkah Anda menyambut kedatangan-Nya?

DOA: Tuhan Yesus, jagalah diriku agar tetap setia dalam menjalani hidup Injili di atas muka bumi ini. Aku sungguh merindukan kedatangan-Mu kembali. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url