Renungan Hari Jumat 12 November 2021

Renungan Hari Jumat 12 November 2021

Renungan Hari Jumat 12 November 2021

“Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya mereka tidak mengenal Senimannya.”(Keb 13:1). 

Kutipan ini selayaknya menjadi permenungan atau refleksi kita. Kita diajak untuk mengenal Allah ‘yang ada dari barang-barang yang kelihatan’. Semua barang yang kelihatan di dunia ini adalah ciptaan Allah bekerjasama dengan manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. 

Jika kita dapat mengenal Allah dari dan melalui barang-barang yang kelihatan, buatan atau hasil karya manusia, maka kita akan siap sedia dan tanggap terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan yang akan terjadi. Dengan kata lain percaya kepada Allah berarti juga percaya kepada sesamanya, yang terbiasa percaya kepada sesamanya akan mudah percaya kepada Allah, Penyelenggaraan Ilahi. 

Memang untuk itu kita harus berani membuka hati, budi dan jiwa kita serta terus-menerus mendengarkan dan melihat karya Allah dalam ciptaan-ciptaanNya. Hendaknya kita juga percaya pada Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan yang menggairahkan.

Percaya pada Penyelenggaraan Ilahi dalam diri kita sendiri merupakan kekuatan dan landasan untuk percaya dan mengenal Allah melalui atau dalam barang-barang yang kelihatan.

Mazmur 19:2-5, ini menggabungkan kemuliaan Allah dalam keindahan alam dan kesempurnaan Allah dalam firman-Nya.

Pemazmur mengakui bahwa bahkan alam semesta pun memberitakan kemuliaan dan karya agung Allah (ayat 2-7). Kita tentu setuju. Tidakkah kebesaran, keteraturan, keajaiban alam membuat kita sadar betapa agung Allah yang telah menciptakan semua itu? Tetapi kesaksian dalam alam terbatas. Kesaksian alam tidak bersifat personal, hanya bagaikan “gema” tanpa penjelasan dan tidak mampu memimpin orang kepada pengenalan akan Allah. 

Karena itu pemazmur mengalihkan perhatiannya kepada firman Tuhan . Di dalam firman-Nyalah, Allah menyatakan diri dengan jelas. Sifat-sifat Allah seperti sempurna, tak berubah, tepat, murni, suci, dlsb. Terungkap di dalam firman. Firman memiliki sifat-sifat Dia yang berfirman. 

Sebab itu, bila melalui alam orang menjadi sadar akan kebesaran Allah, maka hanya melalui firman orang boleh mengenal Allah dalam perjanjian-Nya sebagai Tuhan. Namun, tidak berhenti sampai di sini, firman pada akhirnya bertujuan agar orang yang menerima dan mengimaninya, menjadi akrab dengan Tuhan dan mengalami Tuhan membentuk sifat-sifat-Nya.

Renungkan: Firman itu telah menjadi manusia agar yang menerima-Nya menjadi seperti Dia.

Injil hari ini, Yesus mengingatkan orang banyak bahwa akan ada banyak sikap terhadap kedatangan Anak Manusia. Ada orang yang dengan semangat mencari-cari tanda, menghitung-hitung hari kedatangan Anak Manusia itu, namun mereka tidak akan menemukannya. 

Sebaliknya ada pula orang-orang yang tidak mempedulikan sama sekali hari kedatangan Anak Manusia itu. Mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hidup dalam dosa, sama seperti orang-orang yang kemudian dibinasakan oleh air bah pada masa Nuh (ayat 26-27) dan yang kemudian dimusnahkan oleh api dan belerang pada zaman Lot (ayat 28-29).

Justru, penghukuman seperti yang dialami oleh nenek-nenek moyang mereka akan menimpa mereka pada masa kini (ayat 30-37) apabila mereka tidak bertobat dan mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh sebelum Anak Manusia benar-benar datang. 

Orang-orang Farisi tidak mampu melihat Kerajaan Allah karena pikiran mereka sebetulnya sudah terkontaminasi oleh gemerlapnya dunia yang mereka kejar, sehingga pemahaman mereka tentang Kerajaan Allah pun menjadi salah.

Kesalahan orang-orang Farisi itu terus berulang pada generasi selanjutnya, walaupun berbeda wujudnya. Yesus sudah menegaskan bahwa kedatangan Kerajaan-Nya akan tergenapi. Ketika itu, banyak orang akan terkejut karena tidak siap. Mereka terlalu sibuk dengan urusan-urusan sendiri dan tidak bisa melepaskan diri dari perkara duniawi, seperti yang terjadi pada zaman Nuh dan Sodom Gomora. 

Sikap manusia terhadap harta di sepanjang segala zaman tidak pernah berubah. Bila kita melihat di sekitar kita sekarang ini, manusia-manusia terlalu sibuk dengan urusan, kepentingan, keuntungan, dan kepuasan pribadi yang semuanya berhubungan dengan harta. Mereka berlomba-lomba untuk mempunyai harta sebanyak-banyaknya dalam waktu dan dengan tenaga yang sekecil- kecilnya. 

Salah satu penyebabnya adalah merebaknya budaya konsumerisme dewasa ini. Hal ini semakin ditumbuhsuburkan dengan kemajuan media cetak dan elektronik. Akibatnya kehidupan mereka sehari-hari hanya dipenuhi bagaimana mendapatkan harta, menikmati, dan mempertahankan apa yang sudah dimilikinya; karena mereka tidak bisa membayangkan kehidupan tanpa segala kenikmatan dan kemewahan. 

Akibatnya mereka tidak dapat membayangkan bahwa Kerajaan Allah atau “Dunia yang lain” sudah di ambang pintu dan akan segera masuk ke dalam realita manusia dan menghapus segala ilusi yang ditawarkan dunia.

Renungkan: Kedatangan-Nya kelak akan menempatkan “harta benda” dalam perspektif yang sesungguhnya. Ini dapat dipergunakan untuk kekekalan namun juga dapat menghancurkan manusia karena membuat mereka buta dan melupakan perkara-perkara rohani.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu, karena Engkau hadir berdiam dalam diriku, dan untuk sukacita yang dapat kualami selagi aku berdiam dalam Engkau. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url