Renungan Hari Sabtu 13 November 2021

Renungan Hari Sabtu 13 November 2021

Renungan Hari Sabtu 13 November 2021

“Sungguh seluruh ciptaan dalam jenisnya dirubah kembali sama sekali oleh karena taat kepada perintah-perintah-Mu, supaya anak-anak-Mu jangan sampai mendapat celaka” (Keb 19:6). 

Ada seorang filsuf yang mengatakan bahwa ‘yang abadi di dunia ini adalah perubahan’, artinya apa-apa yang ada di dunia ini senantiasa berubah, maka barangsiapa tidak siap sedia untuk berubah akan celaka atau menderita. 

Kita semua dipanggil untuk berubah, tidak hanya tubuh dan anggotanya yang berubah, tetapi juga hati, jiwa dan akal budi; perubahan yang diharapkan adalah yang mengarah semakin taat kepada perintah-perintah Allah, sehingga kita semakin layak disebut sebagai anak-anak Allah, artinya orang yang senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah di dalam hidup dan kerja serta kesibukan sehari-hari. 

Kita hendaknya tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi agar tidak celaka dan menderita. Kehendak dan perintah Allah dapat kita hayati dengan setia dan taat pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan. 

Suami-isteri hendaknya setia dan taat dalam saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, agar hidup bersama dalam keluarga selamat dan damai sejahtera; para pelajar maupun mahasiswa hendaknya setia dalam belajar, sehingga sukses dalam tugas belajar, selesai pada waktunya; para pekerja hendaknya setia dalam bekerja sehingga terampil dalam kerja dan dengan demikian berguna bagi kehidupan bersama dan dapat membahagiakan sesama, dan kita sendiri pasti akan selamat, bahagia dan damai sejahtera. 

Taat pada perintah, disiplin dalam melaksanakan aneka tatanan dan aturan hidup bersama merupakan cara agar kita tidak mendapat celaka dan dengan demikian kita selamat, damai sejahtera dan bahagia.

Mazmur, Ujian dan ketaatan.

Mazmur 105 ini sering dipahami sebagai mazmur sejarah yang bersifat pengajaran. Maka, penuturan tentang data nama, tempat, dan kejadian dalam sejarah Israel bukan pusat perhatian mazmur ini. Perhatian mazmur ini adalah pujian (ayat 1-6) dan ketaatan (ayat 45). 

Tujuan pemazmur mengisahkan ulang kisah lama Israel adalah untuk menciptakan rasa syukur dalam kehidupan umat dan respons setia mereka kepada pemilihan Allah, agar mereka setia memelihara hubungan mereka dengan-Nya dalam suatu perjanjian (ayat 8-10). 

Pujian dan kesetiaan tersebut bersumber bukan pada kekuatan rohani umat sendiri, tetapi di dalam perbuatan-perbuatan Allah yang secara nyata menunjukkan bahwa diri-Nya penuh kasih dan setia pada janji-janji-Nya (ayat 2,5). 

Perhatian pemazmur tidak ditujukan hanya pada masa lalu, melainkan juga pada masa kini dan masa depan kehidupan umat. Untuk umat Israel pascapembuangan, juga ke masa kini, tegas pesannya: jangan tidak beriman, namun taatlah kepada Dia yang setia dan berbelas kasih.

Karya-karya ajaib Allah, penghukuman-Nya, kesetiaan-Nya pada perjanjian-Nya (ayat 8-11), yang umat Israel zaman Keluaran alami, patut menjadi pusat perenungan umat Allah seterusnya. Hal-hal tersebut adalah sebagian kecil bentuk nyata kemuliaan Allah yang tak terukur besarnya. 

Dengan merenungkan perbuatan-perbuatan besar Allah, umat Allah memasuki proses pengenalan lebih dalam akan Allah mereka. Puji-pujian terhadap kemuliaan nama Allah tidak saja akan mewujud dalam kegiatan penyembahan, tetapi juga dalam sikap beriman lebih dalam dan ketaatan lebih sungguh (ayat 1-3).

Renungkan: Hakikat dari penyembahan, pujian, dan membesarkan Allah adalah memuliakan Allah dalam kata dan hidup.

Injil hari ini, Apa motivasi Anda ikut Yesus?

Ketika kita berdoa, sesungguhnya kita sedang menyatakan kebutuhan kita akan Allah. Selain itu juga menyatakan ketergantungan kita pada-Nya.

Melalui perumpamaan si janda, Yesus mengajarkan pada murid-murid-Nya bahwa mereka harus selalu berdoa dan jangan pernah menyerah sampai mendapatkan jawaban atas permohonan mereka. 

Lamanya penantian atas sebuah jawaban doa, hendaknya tidak membuat para murid menyerah lalu berhenti berdoa. Untuk itu perlu dipahami bahwa doa yang terus menerus dinaikkan bukanlah tanda kurangnya iman, tetapi justru merupakan ciri kegigihan orang beriman dalam berdoa. 

Lihat saja si janda. Meski dianggap lemah dan tidak memiliki daya apapun, ia tidak kenal kata menyerah dalam kamusnya. Meski ia harus berhadapan dengan hakim yang tidak takut pada siapapun dan mungkin saja tidak memiliki belas kasihan terhadap siapapun. (3) 

Karena punya semangat pantang menyerah, si janda tidak pernah diam dalam penantian akan jawaban permohonannya. Dengan gigih ia terus saja meminta. Maka pada akhirnya ia beroleh jawab! (4-5)

Bagaimana dengan kita? Kadang kala ketika masalah hidup terasa menekan, kita malah berhenti berdoa. Ketika merasa bahwa jawaban atas doa kita terlalu lama diberikan, kita berhenti menantikan campur tangan Allah dalam hidup kita.

Perumpamaan ini diberikan pada kita agar kita tidak patah semangat dalam berdoa. Tidak ada seorang pun dari kita yang lebih lemah daripada si janda itu. Lagi pula, kita berharap pada Allah, yang kebaikan-Nya melebihi luasnya samudera dan kasih setia-Nya tingginya gunung. 

Allah pasti akan menyatakan keadilan-Nya atas Anda, orang yang dipilih dan dikasihi-Nya. Oleh karena itu hai orang percaya, meskipun ada masa Anda hampir-hampir putus asa, pantang menyerah! Jangan berhenti menantikan jawaban atas doa Anda!

DOA: Tuhan Yesus, bukalah hatiku agar aku dapat menanggapi ajaran-Mu. Buatlah hatiku tulus dan jujur waktu berdoa, terbuka bagi sabda-Mu dan bertekun dalam mengasihi-Mu pada waktu berdoa itu. Terima kasih Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url