Renungan Hari Selasa 16 November 2021

Renungan Hari Selasa 16 November 2021

Renungan Hari Selasa 16 November 2021

“Bagi Tuhan yang mempunyai pengetahuan yang kudus ternyatalah bahwa aku dapat meluputkan diri dari maut dan bahwa aku sekarang menanggung kesengsaraan hebat dalam tubuhku akibat deraan itu. 

Tetapi dalam jiwa aku menderita semuanya itu dengan suka hati karena takut akan Tuhan.”(2Mak 6:30), demikian kata Eleazar setelah menerima pukulan bertubi-tubi dan hampir mati karena kesaksian imannya. 

Derita atau sengsara yang lahir karena kesetiaan pada iman dan panggilan merupakan jalan keselamatan, dimana antara lain orang semakin ingat dan sadar akan penyertaan atau pendampingan Tuhan terhadap dirinya yang sedang menderita atau sengsara. 

Penderitaan dan kesengsaraan yang dihayati dengan suka hati karena Tuhan, itulah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dalam hal ini kiranya kita diingatkan bahwa kita adalah murid-murid atau pengikut Yesus, yang sengsara dan wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh dunia. 

“Jer basuki mowo beyo” = untuk memperoleh hidup mulia, damai sejahtera, orang harus berani berjuang, berkorban dan menderita, demikian nasihat orang Jawa, yang kiranya dekat dengan iman akan Yesus yang tergantung di kayu salib. 

Maka marilah jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan dan karenanya harus menderita dan sengsara, hendaknya semuanya itu diterima dengan suka hati serta disyukuri. Suka hati dan syukur karena kita dianugerahi kesempatan untuk meneladan Yesus yang telah sengsara dan wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh dunia seisinya. 

Apa yang dimaksudkan dengan ‘takut akan Tuhan’ tidak berarti kita lalu menjauhkan diri dari Tuhan, melainkan berarti semakin mempersembahkan atau menyerahkan diri kepada Tuhan, dan hal itu menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.

Mazmur,Iman di tengah masalah

Mengalami kudeta tentu merupakan hal yang menyakitkan bagi seorang raja. Apalagi dikudeta oleh anaknya sendiri, seperti yang dialami oleh Daud (ayat 2Sam. 14-19). Posisi Daud menjadi semakin tersudut setelah Absalom berhasil merebut hati rakyat (ayat 2Sam. 15:6). 

Akibatnya Daud terpaksa melarikan diri dari istananya (ayat 1, band. 2Sam. 15:14). Mungkin mazmur ini ditulis pada pagi hari setelah ia berhasil melarikan diri.

Di tengah permasalahan berat yang menimpa dirinya, pagi itu Daud “menemui” Allah. Daud mengadukan kesulitan besar yang sedang dia hadapi (ayat 2-3). Nyawanya terancam. Begitu buruknya situasi yang dia hadapi, sampai-sampai orang menganggap tidak ada lagi pertolongan yang bisa dia harapkan dari Allah. 

Selain menghadapi musuh yang mengancam nyawanya, Daud harus berhadapan juga dengan orang yang berusaha melenyapkan iman dan pengharapannya kepada Allah. Meski demikian, Daud tahu bahwa Allah adalah perisai yang melindungi Dia (ayat 4). 

Tak ada seorang pun dan tidak ada satu perkataan pun yang dapat mengguncang keyakinan Daud pada kasih dan pertolongan Allah. Allah bukan hanya memberi perlindungan, melainkan juga menganugerahkan kemuliaan kepada dirinya.

Mengingat perlindungan Tuhan yang telah dirasakan sepanjang malam, saat ia tidur (ayat 6), membuat Daud yakin bahwa Allah menyertai dia. Daud yakin bahwa ia tidak perlu takut menghadapi orang-orang yang mengepung dia (ayat 7). 

Allah beserta dia! Siapa yang dapat melawan? Keyakinan itu mendorong Daud untuk menaikkan permohonan agar Allah menolong dia (ayat 8). Ia meminta Allah melepaskan dia dari musuh-musuhnya.

Situasi pahit semacam ini mungkin tidak asing bagi kita. Kita harus menghadapi orang-orang yang memusuhi kita dan menyerang iman kita. Seperti Daud, kita harus tetap menyandarkan iman kita kepada Allah. Bergantunglah pada Dia saja. Mintalah tangan-Nya yang berkuasa menolong kita.

Injil hari ini, Ia menerima yang ditolak

Pemungut cukai adalah orang Yahudi yang bekerja pada pemerintah Roma. Oleh karena itu mereka dianggap sebagai pengkhianat oleh orang-orang sebangsanya.

Zakheus adalah salah satu dari mereka. Tidak heran bila ia termasuk orang yang ditolak oleh kebanyakan orang. Apalagi sudah menjadi rahasia umum bila sebagai pemungut cukai, ia memperkaya diri dengan memeras bangsanya sendiri atau dengan menggelapkan cukai. 

Tetapi kini Yesus menyatakan mau menumpang di rumahnya (5). Tentu saja sikap Yesus ini membuat orang banyak bersungut (7). Bagi mereka, kesediaan Yesus menumpang di rumah Zakheus adalah ungkapan penerimaan, sementara mereka menganggap Zakheus tidak pantas menerimanya. 

Padahal tindakan Yesus menunjukkan hal yang lebih dahsyat. Dengan bersedia menumpang di rumah Zakheus, Yesus sesungguhnya sedang menyatakan bahwa anugerah Allah berlaku juga atas orang yang banyak dosa dan dibuang oleh sesamanya. 

Itu sebabnya Ia datang ke dunia, yaitu untuk mencari dan menyelamatkan yang sesat (10). Zakheus pun bersukacita menerima Yesus (6). Pertemuan dengan Yesus membuat ia sadar bahwa hidupnya perlu diubah. Sebagai respons dari penyambutan Yesus atas dirinya, ia memberikan setengah dari hartanya untuk dikembalikan pada orang miskin dan ganti rugi empat kali lipat pada orang-orang yang telah diperasnya (8). 

Itulah bukti pertobatannya! Itulah bukti bahwa anugerah Allah telah mengubah hidupnya. Iman dan bukti pertobatan tersebut adalah tanda bahwa ia orang beriman, anak Abraham (9).

Dalam lingkungan masyarakat kita pun, biasanya ada orang-orang tertentu yang dipinggirkan. Mungkin karena status sosial, gaya hidup atau tingkah laku mereka. Dengan melihat sikap Yesus terhadap Zakheus, kiranya kita mau belajar untuk mengasihi dan menerima mereka. 

Mereka pun perlu merasakan Kabar Baik bahwa Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, dalam sikap terbuka kita terhadap mereka.

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin mengenal siapa Engkau secara lebih mendalam lagi. Datanglah, ya Yesus, dan penuhilah diriku. Berikanlah iman kepadaku agar sungguh percaya Engkau akan melakukan hal itu. Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url