Renungan Hari Rabu 08 Desember 2021

Renungan Hari Rabu 08 Desember 2021

Renungan Hari Rabu 08 Desember 2021

Hukuman dan anugerah

Dosa menyebabkan perasaan bersalah dan takut menghantui pasutri pertama. Itu sebabnya mereka sembunyi ketika mendengar suara Tuhan Allah hadir di taman Eden. Lebih daripada itu, mereka menolak bertanggung jawab atas perbuatan mereka dengan melemparkan kesalahan kepada pihak lain, bahkan kepada Tuhan mereka sendiri (ayat 12). Tanpa mereka sadari, dosa telah membelenggu mereka dari ketulusan dan penyesalan yang seharusnya membawa kepada pertobatan.

Allah yang adil harus menghukum perbuatan dosa. Maka setiap yang terlibat harus menerima hukuman yang adil. Namun penghukuman itu bukan akhir segala-galanya, kecuali kepada ular. Kepada ular, penghukuman itu secara fisik adalah merayap di tanah serta memakan debu tanah (ayat 14). 

Nasibnya sudah dipastikan akan binasa (ayat 15). Kepada manusia, hukuman Allah diberikan bukan untuk membinasakan mereka. Tuhan memberikan jalan keluar dari penderitaan akibat hukuman dosa serta kelepasan dari perbudakan dosa. 

Nubuat yang biasa disebut sebagai Injil yang paling awal, di ayat 15 menegaskan bahwa kelak, melalui Mesias, keturunan perempuan itu, kuasa belenggu dosa yang diibaratkan sengat tipu daya ular akan dihancurkan tuntas. 

Dosa akan mendapatkan penyelesaian secara sempurna. Sedangkan untuk melepaskan manusia dari kemungkinan penderitaan berkepanjangan, Tuhan mengusir mereka dari taman Eden supaya mereka jangan sampai memakan buah kehidupan lalu harus hidup selamanya dalam penderitaan oleh karena dosa (ayat 22-24).

Di balik murka Tuhan kita temukan belas kasih dan anugerah-Nya. Keadilan-Nya menuntut penghukuman, tetapi kasih-Nya menyediakan pengampunan bahkan pemulihan. Hal itu menjadi sempurna ketika Kristus naik ke kayu salib. 

Dia adalah keturunan perempuan yang memusnahkan kuasa dosa (menginjak kepala ular) melalui kematian-Nya di salib (tumitnya diremukkan ular).

Mazmur, Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi.

Mazmur ini mengumandangkan pokok yang terus-menerus dominan dalam mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja. Mazmur ini pun menyatakan keadilan dan kebenaran sebagai inti kebijakan Allah yang akan Allah jalankan atas seisi dunia (ayat 2,9). Kebenaran ini menjadi sumber sukacita kemenangan sebab Tuhan telah mengalahkan kejahatan. 

Paduan suara manusia dan seluruh alat musik yang mengiringi tidak cukup untuk memuji kasih setia dan perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan oleh Raja dan Pencipta segala sesuatu. Perlu seluruh ciptaan untuk meresponi keajaiban kasih setia Allah tersebut (ayat 7-8).

Ajakan ini secara progresif meluas cakupannya. Mulai dengan jemaat yang ada di bait Allah (ayat 1-3), kemudian meluas bagi seluruh manusia di bumi (ayat 4-6); dan kemudian mengumandang bagi seluruh ciptaan (ayat 7-8). Seperti halnya dengan mazmur pujian lainnya, mazmur ini menunjuk pada fakta konkret hal-hal yang telah Allah buat di masa lampau (ayat 1-3). 

Bila kita menengok ke sejarah Israel, dua perkara besar dalam kehidupan umat dalam Perjanjian Lama adalah Keluaran dan kepulangan mereka dari pembuangan. Keduanya adalah tindakan penyelamatan yang bertujuan agar Allah menjadi nyata di seluruh bumi. 

Karya Allah berkelanjutan ke masa kini (ayat 4-6), dan masih akan memuncak di masa yang akan datang (ayat 7-9). Oleh karena Allah memerintah seisi semesta, membentuk dan mengendalikan sejarah, maka patutlah pujian bagi-Nya pun bersifat kekal dan semesta.

Mazmur ini mempersiapkan masa penggenapan keselamatan dari Allah di dalam diri Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus Kristuslah semua ciri penyataan kebesaran Allah dan keluasan penyelamatan Allah terpenuhi sempurna. Demikian juga, hanya melalui Kristuslah kita dimungkinkan memuji Allah dan mengambil bagian dalam pujian kekal semesta bagi Allah.

Renungkan: Jikalau Anda sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, maka Anda adalah bagian dari “bangsa-bangsa” dan “ujung bumi” yang melihat karya penyelamatan Allah (ayat 2,3). Adakah Anda termasuk juga di antara paduan suara semesta yang menyembah dan memuji kasih setia Allah di antara sesama Anda?

Paulus dalam bacaan II, Mengapa memuji?

Ayat-ayat berikut ini membawa kita bermuara kepada suatu pujian kepada Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Sungguh suatu pujian yang luar biasa dan menakjubkan.

Pertama, pujian kepada Bapa. Allah yang dikenal sebagai Bapa adalah sumber segala berkat (ayat 3). Bapalah yang telah memilih kita (ayat 4). Tujuan Bapa memilih kita adalah supaya kita kudus dan tak bercacat. Bapalah yang menentukan kita menjadi anak-anak-Nya (ayat 5). Bapalah yang menganugerahkan kepada kita anugerah-Nya yang mulia (ayat 6). Bapa menyatakan kepada kita rahasia kehendak-Nya (ayat 9). Bapalah yang mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus (ayat 10). Bapa jugalah yang mengerjakan sesuatu menurut kehendak-Nya (ayat 11). Apakah puji-pujian kita menghayati kebenaran-kebenaran indah ini tentang Allah Bapa sumber dan tujuan hidup kita?

Kedua, pujian kepada Yesus. Allah Bapa memberkati kita karena Yesus Kristus. Tanpa relasi pribadi dengan Kristus, berkat-berkat yang diberikan Bapa tidak dapat kita nikmati dan alami. Di dalam Kristus, Bapa memberkati kita (ayat 3). Di dalam Yesus, Bapa memilih kita (ayat 4). Di dalam kita memperoleh penebusan (ayat 7). Di dalam Kristus, Allah Bapa mempersatukan segala sesuatu (ayat 10). Di dalam Yesus, etnis Yahudi (ayat 11,12) dan etnis nonYahudi bersatu menjadi umat Allah (ayat 13). Di dalam Yesus dua etnis yang berbeda dipersatukan. Yesuslah yang memungkinkan kita hidup penuh pujian sebab mengalami berkat-berkat Allah melalui Dia.

Ketiga, pujian kepada Roh Kudus. Allah memberkati umat-Nya dengan berkat rohani (ayat 3). Artinya, semua berkat-berkat Roh Kudus diberikan Bapa karena kita adalah umat-Nya. Roh Kudus merupakan meterai dari semua berkat yang diberikan Bapa (ayat 3). Roh Kudus adalah jeminan warisan kita (ayat 14). Karya penyelamatan Yesus Kristus boleh kita cicipi kini dan seterusnya karena Roh Kudus memungkinkan kita masuk di dalam pengalaman rohani tersebut.

Siapakah umat Allah itu? Paulus menegaskan bahwa umat Allah terdiri dari etnis Yahudi dan juga etnis nonYahudi. Hal ini dijelaskan Paulus dengan mempergunakan pronomia ‘kami dan kamu’. 

Pronomina ‘kami’ menunjuk pada etnis Yahudi dimana Paulus adalah anggotanya. Sementara pronominal ‘kamu’ menunjuk pada semua etnis di luar etnis Yahudi. Paulus menulis ‘di dalam Dialah kami … supaya kami (ayat 11, 12). 

Kemudian Paulus menulis ‘di dalam Dia kamu juga’ (ayat 13). Kedua etnis yang berbeda sekarang tidak hanya memiliki dasar yang sama yakni Yesus Kristus (ayat 11,13), tetapi juga sama-sama berada dalam Kristus, memiliki warisan yang sama dan Roh Kudus yang sama (ayat 14). Keduanya menjadi satu umat Allah.

Sekarang pertanyaannya bagaimana menjadi umat Allah? Paulus menyebut dua hal yang kelihatannya bertolak belakang. Pertama, kehendak Allah (ayat 5,9,11). Manusia dari segala etinis menjadi umat Allah karena dan oleh kehendak Allah. 

Persatuan dua etnis yang bertentangan bukanlah keinginan atau hasil usaha manusia. Kedua, pemberitaan Injil (ayat 13). Tanpa pemberitaan Injil iman tidak mungkin lahir. Jika tidak ada yang memberitakan Injil tidak mungkin etnis Yahudi dan nonYahudi memiliki iman pada Yesus. Injil ini disebut Paulus sebagai Injil keselamatan (ayat 13).

Injil hari ini, Lahir dari anak dara Maria

“Lahir dari anak dara Maria” adalah pengakuan iman tentang Yesus Kristus yang diucapkan dengan khidmat dalam ibadah umat Kristen. Pengakuan iman itu dilandaskan pada fakta yang dituliskan oleh Lukas dalam bacaan hari ini.

Maria adalah penduduk Nazaret (26), kota yang tidak terkenal. Namun demikian Allah memperhatikan Maria. Ia adalah seorang gadis yang sedang bertunangan dengan Yusuf (27). Dalam budaya Yahudi pertunangan merupakan tahap pertama perkawinan. 

Dalam tahap ini mas kawin dibayarkan kepada mempelai perempuan. Meski sudah sah sebagai suami istri, mempelai perempuan masih tinggal di rumah orang tuanya. Pertunangan hanya dapat dibatalkan melalui proses perceraian. Tahap kedua biasanya berlangsung satu tahun kemudian ketika mempelai laki-laki menjemput mempelai perempuan dari rumah orang tuanya.

Pemberitahuan malaikat bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki tentu saja membuatnya terkejut. Bagaimana mungkin melahirkan tanpa bersuami? (34). Akan tetapi, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Bila ia dipilih untuk melahirkan Mesias, itu merupakan kasih karunia Allah (28, 30). 

Maka meskipun peristiwa ini dapat menjatuhkan nama baiknya sebagai seorang gadis, tidak ada bantahan terlontar dari bibirnya. Yang terucap adalah kalimat kepatuhan agar rencana Allah digenapi melalui dirinya (38). Ketaatan ini muncul karena kesadaran bahwa dirinya adalah hamba Tuhan. 

Kepatuhan dan keterbukaan Maria pada kehendak Allah menjadi teladan bagi kita. Belajar dari teladan Maria, mari kita menjadikan malam Natal nanti sebagai momen untuk membuka diri pada Allah dan siap untuk taat agar kehendak-Nya dinyatakan dalam dan melalui diri kita.

DOA: Allah yang Mahamulia, Engkau sungguh dahsyat dalam kuat-kuasa dan kasih-Mu. Engkau Mahasetia dan tidak pernah berubah. Engkau senantiasa mencapai apa yang Kauinginkan. Rencana-rencana-Mu berdiri tegak tanpa berubah, tak terganggu sepanjang zaman. Engkau sungguh agung, ya Allahku. Kutinggikan dan kuagungkan nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url