Renungan Hari Selasa 14 Desember 2021

Renungan Hari Selasa 14 Desember 2021

Renungan Hari Selasa 14 Desember 2021

Sebagai akibat dari penyembahan Baal dan Molokh, Yerusalem mengalami kemerosotan. Para pemimpin agama hidup dalam perzinahan, dan mereka mempersembahkan anak laki-laki mereka sebagai kurban manusia dengan maksud untuk mendapatkan kemurahan hati dari dewa-dewa alam. 

Yeremia mengalami kesulitan dalam menemukan seorang yang saleh di Yerusalem (Yer. 5:1). Para pemimpin sipil dan agama berpihak pada penyembahan berhala dan bukan menjadi juru bicara Allah. Mereka inilah yang disebut si pemberontak dan si cemar. Israel tidak mau mendengarkan teguran. 

Dan Yerusalem telah diperingatkan. Para nabi sudah meminta dengan sangat kepada bangsa itu, namun segala anjuran untuk bertobat diabaikan.

Perpecahan antara bangsa itu dengan Tuhan semakin lebar dari hari ke hari.

Namun Zefanya menubuatkan bahwa pada saatnya nanti, ada sisa Israel yang kecil dan lemah akan berpaling dari hujatan penyembahan berhala dan menaikkan pujian kepada TUHAN. Bibir yang bersih bisa diartikan sebagai bentuk penyembahan religius yang hendak mereka jalankan. 

Sebelumnya mereka adalah penyembah berhala; sekarang Tuhan berjanji untuk memulihkan penyembah-Nya di antara mereka. Setelah penghukuman itu, TUHAN akan membawa umat-Nya kembali dari seluruh wilayah pembuangan. Bahkan negeri yang begitu terpencil seperti Etiopia akan merasakan tindakan anugerah TUHAN ini.

Pada akhirnya penghukuman akan berakhir bagi orang-orang yang bertobat. Sekelompok orang-orang yang tersisa akan dibersihkan dari penyembahan berhala dan akan kembali dan segala penderitaan akibat pembuangan akan disingkirkan dari mereka. 

Para pemimpin yang jahat akan menemui takdir mereka. Mereka tidak akan lagi bisa meninggikan diri mereka. Harga diri palsu akan diubahkan menjadi kerendahan hati.

Pembuangan yang mengakibatkan banyak orang dari bangsa itu menjadi miskin menyadarkan mereka betapa sengsaranya terpisah dengan Allah. Banyak rakyat miskin yang menanggapi pembebasan di bawah pimpinan Koresy, sementara mereka yang kaya tetap tinggal di tempat pembuangan. 

Nubuatan itu juga melihat melampaui peristiwa kembali dari Babel itu ke masa di mana orang yang miskin dan rendah hati akhirnya menerima Mesias “Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat” 

Setelah pembuangan ke Babel, sekelompok orang-orang tersisa yang sudah disucikan dan dimurnikan akan kembali. Mereka tidak akan pernah lagi sujud kepada allah-allah kafir .

Mazmur, Ketidakwarasan pembebasan.

Kita lebih suka menganggap diri kita sebagai orang-orang Kristen yang terhormat, yang waras baik tubuh maupun pikiran. Begitu kuatnya pola ideal ini, kita lupa bahwa karya sejarah keselamatan melibatkan apa yang bagi dunia adalah suatu bentuk “ketidakwarasan”. 

Bukan pura-pura tidak waras untuk menyelamatkan diri (ayat 1), tetapi karena berbeda dengan dunia. Yeremia disindir sebagai nabi gila (Yer 29:26-27). Yesus dianggap tidak waras oleh keluarga-Nya (Mrk 3:21). 

Festus menganggap Paulus gila karena pemberitaan Injilnya (Kis 26:24), dan banyak contoh lain dari Kitab Suci. Mereka dianggap gila, karena kehendak Allah bertentangan dengan “akal sehat” mayoritas orang yang tidak mengenal kehendak Allah.

Dimana letak “kegilaan” dari karya perlindungan Allah? Ada suatu pepatah  yang mengatakan: “Tuhan berpihak kepada armada yang besar, dan melawan armada yang kecil.” Inilah prinsip ketentaraan, dan bagi sebagian orang, prinsip hidup yang “waras”. Allah pemazmur justru berpihak kepada yang lemah. 

Mereka yang rendah hati (ayat 3), tertindas (ayat 7), yang menjaga dirinya dari kejahatan (ayat 14-15), benar (ayat 16-18), patah hati dan malang (ayat 19-21), mereka inilah yang menerima perlindungan Allah. 

Mereka menjadi lemah, karena seperti pemazmur, mereka bermegah karena dan berseru kepada Tuhan. Tetapi mereka menjadi kuat, karena Allah berpihak kepada mereka, “orang-orang benar itu” (ayat 18).

Yang kita pelajari bukanlah teladan Daud yang berpura-pura gila, tetapi hikmat yang timbul dari pengalamannya itu: betapa berbahagia ada dalam perlindungan Tuhan, Sang Allah yang punya prinsip berkarya yang berbeda dengan dunia yang berdosa.

Renungkan: Kapan terakhir kali Anda dianggap gila, bukan karena lelucon kita yang tidak biasa, atau ambisi dan rencana hidup kita, tetapi karena keputusan kita untuk berharap kepada Allah dan menaati-Nya?

DOA: Bapa surgawi, ampunilah kami yang suka menyalahgunakan kehendak bebas yang telah Kauanugerahi kepada kami. Oleh Roh Kudus-Mu, bimbinglah kami pada waktu melakukan pemeriksaan batin secara khusus, sehingga kami pun dalam menyiapkan diri dengan baik untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi dalam masa Adven ini. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url