Renungan Hari Rabu 16 Februari 2022
Renungan Hari Rabu 16 Februari 2022
Ketika tiba di Betsaida, Yesus diminta menyembuhkan orang buta. Ada beberapa hal yang menarik untuk kita renungkan bersama: Pertama, Yesus membawa orang buta itu ke luar kampung. Mengapa harus di luar kampung?
Adakah peraturan yang melarangnya?
Apakah pada saat itu hari Sabat, sehingga apa yang dikerjakan nanti tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain?
Kedua, Yesus meludahi mata orang itu terlebih dahulu, lalu meletakkan tangan-Nya.
Apakah ludah Yesus lebih mempunyai kekuatan daripada sabda-Nya?
Ketiga, Yesus juga menanyai orang itu, "Sudahkah kaulihat sesuatu." Apakah Dia tidak mampu menyelami penglihatan mata orang buta itu, sehingga harus menanyainya?
Keempat, Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu untuk kedua kalinya, dan barulah orang itu dapat melihat dengan baik. Kelima, Yesus menyuruh dia langsung pulang ke rumahnya dan melarangnya masuk kembali ke kampung. Ada apa dengan kampung itu?
Hanya pertanyaan mengapa dan mengapa, yang bisa kita ajukan dalam mendengarkan Injil yang dibacakan pada Misa Kudus hari ini. Karena memang ada banyak hal yang menarik, bila kita membacanya secara teliti.
Keberanian kita bertanya akan memungkinkan kita menjadi pelaksana sabda, dan bukan pendengar yang menipu diri, sebagaimana dikatakan Yakobus dalam suratnya (1:22).
Aneka pertanyaan dalam membaca Kitab Suci memungkinkan setiap orang untuk memasuki peristiwa hidup di mana sabda itu disampaikan; tidak hanya ketika dia membacanya, tetapi juga dalam aneka kegiatan dia mencoba mencocokkan pesan Sabda yang telah didengarnya.
Yesus sengaja menggunakan teknik-teknik ritual, dan tidak memakai cara yang dikenakan-Nya kepada Bartimeus dengan pengucapan sepotong kalimat singkat (Mrk 10:52). Yesus ingin menegaskan bahwa kita tidak bisa memaksakan kemauan kita kepada Tuhan sang Empunya kehidupan.
Kemampuan kita dalam berdoa hanya sebatas memohon dan memohon yang berakar dari keinginan hati, tak ada hak dan kuasa kita untuk melanjutkannya dengan memaksa Allah supaya segera mengeksekusi permohonan kita.
Kita hanya memohon; kapan dan bagaimana Allah mengabulkannya, kita serahkan kembali kepada-Nya. Keberserahan diri meletakkan semua permohonan kita pada kehendak Tuhan menenangkan jiwa dalam berharap kepada-Nya.
Sumber https://www.blogevan.com/
Sumber gambar google.com