Renungan Hari Jumat 15 April 2022

Renungan Hari Jumat 15 April 2022

Renungan Hari Jumat 15 April 2022

Jika kita mencermati bacaan Injil pada hari Jumat Agung ini, kita akan melihat hal-hal berikut ini: terhadap caci makian, Yesus tidak membalas.

Dia justru mengungkapkan kata-kata pengampunan. Terhadap penderitaan, Dia tidak mempersalahkan siapa pun. Dia tidak mengambinghitamkan orang lain.

Yesus tidak mempersalahkan Petrus yang menyangkal atau Yudas yang berkhianat. Terhadap kesengsaraan Dia tidak mempersalahkan Bapa-Nya.

Dia memang bertanya, “Allah-Ku ya Allah-Ku, mengapa Engkau tinggalkan Aku?” Tetapi, kemudian disusul dengan sebuah kalimat penyerahan diri: “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”

Yesus telah mengajarkan kita bagaimana beriman yang benar. Ia mengampuni sekalipun begitu sangat dirugikan; kerendahan hati-Nya untuk tidak selalu membela diri dan berkelit kendati Dia benar; tidak menyalahkan dan mengambinghitamkan orang lain.

Meskipun ada alasan untuk itu; tidak menyalahkan Bapa-Nya meskipun Bapa-Nya terkesan diam; tetap mendoakan sekalipun disakiti. Itulah gambaran beriman yang diwartakan Yesus dan seharusnya menjadi role model bagi kita.

Pada Jumat Agung ini, pantaslah kita fokus pada keagungan pribadi Yesus. Tidak ada keraguan dalam bertanya “siapa yang kamu cari?” 

Karena kemudian muncul jawaban yang berani bahwa “Akulah yang kamu cari”. Dia tidak mau melibatkan pada murid-Nya dalam penderitaan yang harus ditanggung-Nya; tetapi sekaligus menunjukkan teladan, ajaran dan tanggung jawab kepada mereka.

Dia mengajarkan kebenaran di tempat semua orang berkumpul dan tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi atau menyembunyikan kebenaran.

Dia tegas kepada semua pemimpin dalam menyuarakan kesejatian iman dengan berkata, “Jika kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya; tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?” (Yoh 18:23).

Marilah kita bertanya, mengapa saya lemah dan tidak berani masuk ke dalam diri? Apa yang harus kulakukan dan bagaimana caranya?

Aristoteles pernah berkata, keberanian merupakan kualitas pertama manusia.

Lao Tze mengatakan bahwa manusia memiliki tiga harta: cinta yang dalam, kesederhanaan dan keberanian memenangkan dunia. Dengan cinta yang dalam seseorang akan jadi pemberani.

Dengan kesederhanaan seseorang akan jadi dermawan. Dengan keberanian memenangkan dunia seseorang akan menjadi pemimpin dunia.

Yesus kuat dan berani karena Ia tahu siapa diri-Nya, yaitu Putra Allah. Kekuatan-Nya adalah cinta akan Bapa-Nya dan tanggung jawab perutusan-Nya untuk menebus dunia.

Ia berani karena ia berjalan dalam kebenaran dan percaya bahwa Bapa tidak akan meninggalkan Dia. Mari kita sadar bahwa kita putra-putri Allah.

Milikilah cinta-Nya supaya punya kekuatan dan percaya bahwa Bapa selalu beserta kita. Bersama Dia, kita kuat dan berani.

Doa

Allah Bapa sumber pengharapan, Engkau telah mengikat perjanjian dengan semua orang melalui Yesus yang terurapi. Semoga kami selalu berpegang teguh pada Dia dan berkembang menjadi umat yang patuh setia. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Sumber https://infokatolik.id/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url