Renungan Hari Senin 11 April 2022

Renungan Hari Senin 11 April 2022

Renungan Hari Senin 11 April 2022

Ketika salah satu anggota keluarganya ada yang menderita sakit keras dan ada gejala akan segera dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, pada umumnya saudara-saudarinya mulai mempersiapkan apa-apa yang perlu untuk pemakamannya.

Bahkan pada masa kini juga ada orang yang telah mempersiapkan ‘tempat/lahan’ makam untuk diri sendiri atau anggota keluarganya, persiapan jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.

Pada umumnya orang mau atau siap sedia membayar mahal apa-apa yang dibutuhkan untuk pemakaman, bahkan sanak saudara atau kenalan dengan spontan dan tanpa diundang juga mempersembahkan sebagian kekayaannya demi (persiapan) pemakaman.

Begitulah kiranya yang dilakukan oleh Maria yang “mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya”.

Marilah kita meneladan Maria: mempersembahkan apa-apa yang sangat berharga atau bernilai kepada Tuhan di hari-hari menjelang mengenangkan wafat dan kebangkitan Yesus.

Yang paling berharga atau bernilai dari diri kita kiranya hati, maka marilah kita arahkan atau persembahkan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan, agar hati kita dikuasaiNya dan dapat meneladan Hati Tuhan, yang antara lain membiarkan Maria untuk mengungkapkan kasih kepadaNya.

Mempersembahkan atau mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan berarti secara konkret mengarahkan hati kepada sesama dan saudara-saudari kita tanpa pandang bulu, lebih-lebih dan terutama mereka yang sedang kena musibah atau menderita, lemah lesu dan tidak bergairah atau mereka yang dalam ketakutan menghadapi kematian.

Jika secara konkret kita tidak mampu mendatangi, menyapa dan memberi sesuatu kepada mereka, marilah kita doakan mereka; mengarahkan hati kepada Tuhan berarti berdoa.

“Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara” (Yes 42:6-7) 

Masing-masing dari kita dipanggil oleh Tuhan ‘untuk maksud penyelamatan, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, membuka mata orang buta dan membebaskan orang dari kegelapan’.

Orang-orang yang buta hatinya serta hidup dalam kegelapan kiranya masih cukup banyak mengingat dan memperhatikan terjadinya aneka kerusuhan, permusuhan, pembunuhan, balas dendam, kebencian, dst. di sana-sini, dalam hidup sehari-hari.

Kita dipanggil menjadi ‘terang’, artinya kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun diharapkan dapat membuka hati orang dan mengajak mereka untuk hidup dalam terang, jujur, tranparan. “

Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan serta rela berkorban untuk kebenaran” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17).

Menjadi terang bagi bangsa-bangsa atau sesama manusia antara lain dengan hidup dan bertindak jujur. Memang ada rumor “jujur hancur”, tentu saja yang hancur adalah tubuh atau Fsik kita.

Sedangkan hati, akal budi dan jiwa kita semakin murni, semakin dekat dengan Tuhan, semakin suci, semakin mengarahkan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

Sumber https://infokatolik.id/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url