Renungan Hari Minggu 18 September 2022
Renungan Hari Minggu 18 September 2022
Dimanapun dan kapanpun, ketidakjujuran merupakan sebuah tindakan yang tidak benar. Setiap orang dipanggil untuk bertindak dan berkata-kata secara jujur. Secerdik apapun seseorang, tindakan ketidakjujuran selalu tidak dibenarkan.
Kesalahan dan dosa bukan pertama-tama apakah terbukti atau tidak terbukti, namun dari tindakan dan kata-kata itu sendiri sudah menjelaskan apakah jujur atau tidak. Dalam dunia pengadilan, sebuah tindakan baru akan dikatakan salah apabila bukti-bukti fisik menunjukkan demikian. Jika tidak ada yang bisa membuktikan, tindakan pembunuhan belum tentu menjadi sebuah kesalahan.
Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur mau mengajarkan kepada kita bahwa secerdik dan secerdas apapun tindakan bendahar itu, dimata tuannya ia tetap sebagai bendahara yang tidak baik dan harus dipecat.
Dari perikop ini kita belajar bahwa tujuan yang baik tidak menghilangkan cara yang baik pula untuk mencapainya. Tujuan yang baik harus ditempuh dengan cara yang baik pula, maka semuanya akan menjadi baik dan benar.
Perumpamaan tentang bendahara dilanjutkan dengan pengajaran akan tanggung jawab. Sekecil apapun tanggung jawab, jika dilakukan dengan baik, akan mendatangkan kepercayaan yang semakin besar.
Sebesar apapun tanggung jawab, jika tidak dikerjakan, akan mendatangkan kepercayaan yang semakin kecil, bahkan tidak lagi dipercaya. Demikian juga dalam hal kebenaran. Latihan jujur dan benar dalam hal-hal kecil akan membawa seseorang pada kejujuran dan kebenaran pada perkara yang lebih besar. Jika sejak kecil sudah tidak jujur, ketika besarpun akan demikian. Mirip-mirip, tidak jauh beda. Maka diperlukan latihan terus menerus untuk itu.
Pengajaran hari ini dibungkus dalam kerangka pengajaran kepada para murid. Seperti yang Yesus katakana, menjadi murid-Nya berarti harus siap ‘membenci’ orang-orang yang bahkan paling dekat, memikul salib setiap hari, dan mengikuti-Nya.
Menjadi murid-Nya berarti mengutamakan Dia diatas segala-galanya. Bahkan harta benda yang adalah berkat dari-Nya, juga hanya menjadi sarana supaya orang sampai kepada Ia yang kuasa memberi dan kuasa mengambil.
Kita diingatkan hari ini bahwa harta kekayaan yang kita miliki adalah sarana untuk hidup yang memuliakan Tuhan. Fokus mengikuti jalan Kristus adalah yang utama diatas segalanya. Yang tidak fokus, akan sangat mudah menjadi bala kurawa Mamon.
Pertanyaannya, mau menjadi tentara Mamon atau Laskar Kristus? Mari mengendalikan mammon, bukan kita yang dikendalikan oleh mammon. Kita dipanggil untuk semakin memuliakan Tuhan dan mengangkat manusia dengan ‘kekayaan’ yang kita miliki, entah capital budaya maupun capital ekonomi.
Doa
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, bantulah kami hari ini untuk melihat Putera-Mu yang hadir secara nyata di dalam hidup kami. Berilah kami hati yang tidak mendua dan senantiasa terarah kepada-Mu.
Tuhan, kami mendambakan hati yang dapat melihat dan merasakan kehadiran-Mu. Semoga kami hari ini mampu memberikan hati kami seutuhnya untuk-Mu dan tidak terbagi dengan kejahatan. Oleh sabda Putera-Mu iman kami diteguhkan, harapan dan cinta kami dikuatkan oleh-Nya.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Sumber https://renunganhariankatolik.org/
Sumber gambar google.com