Renungan Katolik Selasa, 16 Desember 2025 Bacaan Injil: Matius 21:28-32
📖 Renungan Katolik Selasa, 16 Desember 2025 Bacaan Injil: Matius 21:28-32
✨ “Pertobatan yang Nyata: Ketika Kata Tidak Sama dengan Perbuatan”
Dalam Injil Matius 21:28–32, Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan sederhana namun penuh daya gugat: kisah tentang dua anak yang diminta ayah mereka untuk pergi bekerja di kebun anggur. Anak pertama menolak, tetapi kemudian menyesal dan pergi. Anak kedua berkata “baik, ayah,” namun tidak melakukannya. Yesus lalu bertanya kepada pendengarnya: “Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawabannya jelas: anak pertama.
Melalui perumpamaan ini, Yesus meluruskan sebuah hal yang sering kali rancu dalam kehidupan rohani: ketaatan bukan diukur dari kata-kata, melainkan dari tindakan nyata. Relasi dengan Allah tidak dinilai dari seberapa fasih seseorang berbicara tentang iman, tetapi seberapa sungguh ia menjalankannya dalam hidup sehari-hari.
🔹 1. Pertobatan Sejati Tidak Selalu Dimulai dengan Kata “Ya”
Menarik bahwa anak pertama—yang akhirnya taat—adalah anak yang awalnya menolak. Sikap ini mengingatkan kita bahwa pertobatan sering kali berangkat dari pergulatan, dari ketidaksiapan, dari ketidakmampuan. Ada kalanya kita pun berkata “tidak” pada kehendak Tuhan:
- “Tuhan, aku belum siap mengampuni.”
- “Tuhan, aku lelah untuk berdoa.”
- “Tuhan, aku tidak sanggup melepaskan kebiasaan buruk ini.”
Namun Injil hari ini mengingatkan bahwa Allah tidak menilai tindakan awal kita, melainkan arah hati yang terus diperbarui. Bahkan ketika kita sempat menolak, Tuhan selalu memberi jalan untuk berubah, untuk kembali, untuk mencoba lagi.
Inilah inti dari pertobatan sejati: bukan kesempurnaan di awal, tetapi keberanian untuk berbalik kepada Tuhan dan melakukan apa yang benar.
🔹 2. Kepura-puraan Rohani
Anak kedua berkata, “Baik, ayah,” namun tidak melakukan apa pun. Ia menjadi gambaran dari mereka yang tampak saleh di luar namun tidak memiliki kesetiaan batin.
Yesus mengarahkan perumpamaan ini kepada para imam kepala dan orang-orang Farisi—mereka yang mengaku taat tetapi menolak pertobatan yang ditawarkan oleh Yohanes Pembaptis. Namun pesan ini tetap relevan bagi kita saat ini.
Dalam hidup rohani, kita pun bisa saja berkata:
- “Aku percaya,” tapi hidup tanpa doa.
- “Aku mengasihi Tuhan,” tapi membiarkan dendam merusak hati.
- “Aku mau mengikuti kehendak Tuhan,” tapi tidak berani meninggalkan dosa.
Kata-kata bisa indah, tetapi ketaatan membutuhkan tindakan. Allah tidak mencari orang-orang dengan penampilan rohani yang rapi, tetapi orang yang hati dan tindakannya sejalan dengan hasrat-Nya.
🔹 3. Allah Bersukacita Melihat Pertobatan Orang Berdosa
Ada hal menarik yang Yesus tegaskan:
“Pemungut cukai dan pelacur akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Ini bukan pujian bagi dosa mereka, tetapi bagi kerendahan hati mereka untuk bertobat. Allah tidak menutup pintu bagi siapa pun yang mau kembali. Justru mereka yang menyadari kelemahan dan keterjatuhannya sering kali lebih terbuka terhadap rahmat daripada mereka yang merasa sudah “cukup baik.”
Hal ini menjadi undangan bagi kita untuk:
- menghindari sikap menghakimi orang lain,
- berhenti merasa lebih suci daripada sesama,
- membuka ruang bagi rahmat untuk mengubah hidup kita sendiri.
🔹 4. Renungan Katolik Harian: Membawa Injil Hari Ini ke Dalam Hidup
Jika kita memeriksa hati, mungkin kita juga sering menjadi seperti kedua anak itu—kadang menolak, kadang berjanji namun tidak melaksanakan.
Renungan Katolik harian hari ini mengajak kita untuk membuat satu pertanyaan sederhana:
Apakah aku hidup sesuai kehendak Bapa?
Kita tidak harus sempurna. Kita hanya perlu mulai melangkah:
- Memaafkan walau berat.
- Mengurangi dosa yang terus berulang.
- Memulai kembali kebiasaan doa.
- Menjalani tanggung jawab sehari-hari dengan setia.
- Melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.
🔹 5. Kesimpulan: Tuhan Melihat Hati yang Bertindak
Yesus menutup perumpamaan ini dengan sebuah teguran, tetapi juga harapan. Yang penting bukanlah kata “ya” yang kosong, tetapi tindakan nyata yang bertumbuh dari kerendahan hati.
Renungan hari ini mengingatkan kita:
Pertobatan bukan tentang bagaimana kita memulai, tetapi bagaimana kita kembali kepada Tuhan dan melangkah bersama-Nya.

