Renungan Hari Sabtu 10 September 2022

Renungan Hari Sabtu 10 September 2022

Renungan Hari Sabtu 10 September 2022

Suatu ketika ada seorang ibu yang berprofesi sebagai pencopet hamil dan akhirnya melahirkan. Karena belum bisa membawa pulang sang bayi, ibu itu menitipkan bayinya di Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak supaya bayinya dirawat bersama dengan bayi-bayi yang lain.

Suatu ketika ibu itu datang untuk menengok bayinya. Ketika ia masuk di ruang bayi, ternyata ada banyak bayi yang seusia anaknya. Ibu itu tidak mengenali bayinya. Ia menjadi bingung bagaimana cara menemukan bayinya.

Tiba-tiba ia mengambil dompetnya, ia mendatangi bayi-bayi itu satu persatu sambil mengulurkan dompetnya. Tidak lama kemudian, ada satu bayi yang merebut dompet itu. Sang ibu itu berkata lega “Nah, ini pasti anak saya.”

Injil Lukas hari ini menggabungkan dua perikopa menjadi satu, yakni tentang pohon dan buahnya (ay 43-45) dan tentang dua macam dasar (ay 46-49). Namun demikian, kedua tema itu merupakan satu kesatuan yang akan semakin indah jika direnungkan bersama.

Sepenggal kisah sederhana di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kelakuan ibunya ternyata diturunkan kepada anaknya, meskipun itu hanya kisah fiktif. Seperti kita mengerti, hati merupakan pusat pemikiran, kemauan, dan segala keputusan.

Karena itu, perbendaharaan hati seseorang menentukan buah macam apa yang dihasilkannya. “Buah” merupakan lambang tindakan baik atau buruk. “Pohon yang tidak baik” adalah guru-guru palsu, sehingga “apa yang diucapkan mulut” merujuk pada tugas menjadi guru.

Seorang murid yang mempunyai perbendaharaan hati yang baik, pasti akan mengajarkan yang baik pula kepada orang-orang disekitarnya. Namun sebaliknya, murid yang perbendaharaan hatinya tidak baik pastinya juga apa yang diajarkannya tidak sama kualitasnya dengan yang perbendaharaan hatinya baik. Murid yang Injili akan menghasilkan buah yang Injili juga.

Kualitas seorang murid dilihat dari buahnya. Namun buah itu ditentukan dari kualitas isi hati. Murid yang sejati senantiasa mengisi tabung hatinya dengan perbendaharaan yang berkualitas. Murid yang berkualitas adalah seperti prajurit yang siap kapan saja bertempur dimedan perang.

Murid seperti itu sama dengan orang yang mendengarkan dan melaksanakan Sabda Tuhan. Sedangkan murid yang mengisi hatinya dengan perbendaharaan buruk sama dengan orang yang mendengarkan perkataan Yesus dan tidak melakukannya. Ia bagaikan seorang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

Pertanyaanya, mau mempunyai kualitas macam apa kita sekarang? Mau mendirikan rumah diatas pasir atau diatas pondasi batu? Semuanya kembali kepada kita masing-masing.

Doa 

Ya Allah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menaruh Sabda cinta kasih-Mu. Kami mohon, buatlah Sabda-Mu itu berkembang subur dalam diri kami agar kami semakin menyerupai Putra-Mu dalam cinta kasih yang tulus kepada sesama kami.

Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Sumber https://renunganhariankatolik.org/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url