Renungan Hari Minggu 26 Mei 2024
Renungan Hari Minggu 26 Mei 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 26 Mei 2024. Dalam Bacaan Injil Matius 28:16-20 hari ini mengisahkan tentang Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
Musa kini memperingatkan agar orang-orang Israel tidak lupa diri ketika mereka sudah enak tinggal di Tanah Kanaan. Karena kecenderungan Israel yang sering memberontak, Musa memperingatkan dengan keras agar mereka taat kepada Tuhan untuk tidak membuat patung dan menyembahnya, meskipun demi nama Yahweh.
Langit dan bumi dipanggil menjadi saksi sebagai suatu pengesahan perjanjian bahwa bangsa Israel akan dihukum. Mereka di sini dikatakan akan disapu habis, tetapi ini adalah sebuah gaya bahasa yang keras — dalam ayat 27, kita melihat bahwa tidak semua dari mereka akan dibasmi Allah karena ketidaktaatan.
Menyembah patung itu sendiri adalah sebuah hukuman. Bila Israel tidak mau menyembah Allah, mereka hanya akan dapat menyembah patung yang bisu dan tuli.
Kesia-siaan menyembah patung itu seyogyanyalah akan membuat Israel kembali kepada Tuhan. Allah yang dikatakan sebagai pencemburu dan tidak sabar (ayat 24) di sini disebutkan sebagai Allah yang penuh belas kasih.
Dalam budaya Timur Dekat purba, jika seorang raja menganugerahkan tanah kepada seorang hamba dan keturunannya, tanah itu tidak akan beralih meskipun ada keturunan hamba itu yang berbuat salah.
Hanya orang yang berbuat salah itu yang akan dihukum — tanahnya tetap menjadi milik keturuan mereka. Ketika Allah berjanji kepada Abraham bahwa Ia akan memberikan tanah perjanjian kepada keturunannya, janji itu juga tak pernah dibatalkan (ayat 31), hanya mereka yang bersalah akan dihukum.
Allah adalah satu-satunya Allah yang layak untuk disembah. Allah adalah Allah yang begitu mengasihi bapa-bapa leluhur Israel. Ia sendiri (harfiah: dengan wajah-Nya) yang membebaskan mereka dari Mesir (ayat 38), tanpa memakai perantaraan malaikat.
Tuhan adalah Allah. Musa kemudian menunjuk kepada keseluruhan kemurahan yang ajaib pada masa lalu dan pengesahan pengharapan masa depan dalam perjanjian itu (ay. 40) sebagai alasan untuk menghadapi secara hati-hati berbagai klaim tentang keilahian eksklusif Tuhan.
Paulus mengajarkan tentang Menjadi anak-anak Allah
Orang yang percaya kepada Allah dan menerima karya Kristus di salib telah mengalami pengampunan dosa dan diberi kuasa menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12).
Kita menjadi anak-anak Allah berdasarkan pengangkatan dari Allah sendiri oleh karena karya Anak sulung Allah, yaitu Kristus (Rm. 8:23)
Apa yang menjadi bukti bahwa kita adalah anak-anak Allah? Roh Kudus akan memberi kesaksian di dalam hati kita bahwa kita adalah anak-anak Allah (ayat16). Roh Allah menolong kita untuk mampu dan berani menyapa Allah sebagai Bapa kita (ayat 15).
Kita tidak takut lagi karena dosa-dosa kita sudah diampuni. Bukti lain bahwa kita adalah anak-anak Allah yaitu kita mampu untuk hidup tanpa dikendalikan lagi oleh keinginan daging (ayat 13).
Sebaliknya Roh Allah menjadi pemimpin hidup kita (ayat 14) untuk menghasilkan buah-buah kebenaran (Gal. 5:22-23).
Sebagai anak-anak Allah, kita mengetahui bahwa kita adalah ahli waris Allah, yaitu orang-orang yang berhak menerima segala janji Allah (ayat 17). Janji apa sajakah itu?
Yaitu suatu hari kelak kita akan menikmati kemuliaan bersama dengan Kristus di surga, walaupun saat di dunia yang fana ini kita masih mengalami berbagai penderitaan (ayat 19-24).
Kita dikuatkan dan dimampukan untuk berani menghadapi kesengsaraan hidup dalam kefanaan tubuh karena keyakinan kita pada janji Allah bahwa suatu hari kelak kita akan dibebaskan dari belenggu penderitaan yang memenjara tubuh kita.
Dalam situasi yang sangat sulit, Roh Kudus akan menolong kita mengungkapkan keluhan yang tak terucapkan di dalam doa (ayat 26).
Semua ini merupakan bukti bahwa Allah telah memilih dan menetapkan kita sebagai anak-anak-Nya. Tidak ada hal apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, yang luput kendali Allah. Justru sebenarnya lewat berbagai pengalaman yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, kita belajar mengalami dan menikmati karya Allah serta mencicipi kemuliaan-Nya.
Cicipan kemuliaan itu semakin terasa saat kita bersekutu dengan sesama anak Allah. Di dalam persekutuan itu iman kita semakin diteguhkan, pengharapan kita semakin fokus ke depan, dan kasih kita makin mewujud dalam keseharian kita.
Injil hari ini, Perintah terakhir Yesus.
Sekarang Matius tiba pada sebuah konklusi yang sarat dengan muatan perintah kepada para murid untuk segera dilaksanakan. Namun sebelum para murid terlibat dalam pelaksanaan perintah tersebut, ada hal lain yang Matius paparkan tentang kondisi iman para murid.
Hal ini nampak dari reaksi mereka ketika melihat Yesus. Ada yang langsung menyembah-Nya, tetapi ada juga yang meragukan-Nya.
Matius memaparkan kepada pembaca tentang fakta bahwa ada murid Yesus Kristus yang masih meragukan-Nya, dan bahwa Yesus tahu tentang keadaan tersebut. Artinya, Yesus tahu hati setiap orang, baik mereka yang percaya sungguh bahwa diri-Nya telah bangkit dari kematian dan menang atas maut, maupun mereka yang meragukan-Nya.
Namun keraguan manusia tidaklah menjadi penghalang bagi Yesus untuk memberikan ‘amanat agung’ kepada para murid. Karenanya sebelum ‘amanat agung’ itu diberikan kepada mereka, Yesus terlebih dahulu membereskan keraguan beberapa orang di antara mereka.
Memang, setiap orang yang mau, dan sedang terlibat dalam pekerjaan Allah haruslah orang yang telah memiliki persekutuan dan hubungan yang tulus dan suci dengan Yesus Kristus.
Itu berarti, tidak ada seorang pun yang dapat terlibat sebagai perpanjangan tangan Yesus Kristus untuk menyatakan amanat agung-Nya bila orang tersebut tidak memiliki hubungan yang kental, indah, dan mesra dengan Tuhan Yesus Kristus.
Wajar bila Matius memaparkan tindakan Yesus sebelumnya untuk membereskan keraguan hati di antara para murid tentang keberadaan diri-Nya.
Tujuan-Nya adalah nantinya para murid akan keluar dengan dasar komitmen yang sama bahwa Yesus Kristus yang mereka imani adalah Tuhan yang berotoritas atas maut, alam semesta, bahkan sejarah manusia.
Dengan demikian tanggung jawab untuk melaksanakan ‘amanat agung’ itu dapat terwujud. Para murid memikul tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaan amanat agung ini. Tapi mereka tidak sendiri dalam pelaksanaannya, karena penyertaan Yesus terhadap mereka takkan berkesudahan.
Renungkan
Peran yang sekarang orang Kristen lakoni adalah peran para murid. Itu berarti tanggung jawab untuk mewujudkan amanat agung Yesus Kristus pun menjadi bagian kita.
Doa Penutup
Ya Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Engkau telah memberikan segala sesuatu yang ada dalam surga kepada kami sebagai para pewaris bersama-Mu.
Kami menyadari bahwa kami tidak akan pernah mampu untuk membayar kembali karunia sedemikian.
Dengan penuh rasa syukur dan kerendahan-hati, bersama ini kami menyerahkan hidup kami sendiri sehingga kami dapat bersatu dengan-Mu sepanjang segala masa. Amin.