Renungan Hari Minggu 23 Juni 2024
Renungan Hari Minggu 23 Juni 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 23 Juni 2024. Dalam Bacaan Injil Markus 4:35-40 hari ini mengisahkan tentang Siapakah gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?
Allah sendirilah yang menyapa Ayub. Ia menyatakan ketidaktahuan Ayub akan peranan ilahi di dalam segala kejadian itu. Ia merendahkan Ayub dengan mengungkapkan betapa sedikitnya pemahaman dan pengetahuan manusia tentang Yang Mahakuasa.
Akan tetapi, melalui tanggapan Allah Ayub menerima penyataan langsung dari Allah mengenai kehadiran, kemurahan, dan kasih-Nya (38:1).
Pencipta yang peduli
Jawaban Allah atas pergumulan Ayub sungguh mencengangkan. Ia sama sekali tidak menyinggung moralitas Ayub baik dengan membenarkan ataupun mempersalahkan berbagai pandangan yang diajukan teman-teman Ayub. Sebaliknya, Allah mengajak Ayub ke luar dari melihat masalahnya dengan melihat kedaulatan Allah atas alam semesta ini.
Dalam percakapan pertama, Allah menantang pengetahuan Ayub (ayat 38:2-3) atas alam semesta (ayat 4-38) dan dunia binatang ciptaan-Nya. Tujuan Allah adalah Ayub dapat menempatkan dirinya secara tepat di hadapan-Nya.
Kalau Ayub pernah “menantang” Allah sebagai pihak yang setara dengannya maka kini Allah menantang Ayub sebagai manusia (ayat 38:3)! Ayub harus ingat bahwa ia manusia. Ia adalah bagian dari ciptaan Allah yang sangat luas dan menakjubkan ini. Ia hanya ciptaan, tetapi dianugerahi kemampuan kemampuan nalar dan merefleksikan hidup ini.
Pertanyaan-pertanyaan retoris Allah ini bukan untuk dijawab melainkan untuk direnungkan. Dengan perenungan ini diharapkan Ayub sadar akan dua hal. Pertama, Tuhan berdaulat penuh atas semua ciptaan-Nya, termasuk manusia.
Oleh karena itu, Ayub perlu belajar tunduk dan taat pada pengaturan-Nya akan hidup ini. Kedua, manusia lebih penting daripada ciptaan lainnya. Maka, Ayub layak percaya sepenuhnya bahwa Allah peduli akan nasibnya.
Saat penderitaan menyapa anak-anak Tuhan, langkah terbaik adalah menyapa Allah dalam doa dan menyambut firman-Nya. Keagungan karya-Nya dan keindahan karakter-Nya akan menyejukkan diri kita dan meyakinkan kita kembali bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita.
Mazmur, Syukur atas kuasa-Nya
Siapakah yang mampu mengukur kekuasaan Tuhan? Tidak seorang pun. Kekuasaan Tuhan melebihi segala ciptaan-Nya di bumi ini. Binatang yang paling perkasa bukanlah tandingan-Nya. Alam yang ganas bukanlah penakluk-Nya. Bahkan manusia paling pintar pun bukan saingan-Nya. Karena itu berbahagialah manusia yang menjadi umat-Nya.
Allah atas semesta untuk umat-Nya.
Alkitab menyaksikan bahwa Allah tidak hanya Allah atas umat tebusan-Nya, tetapi juga atas seluruh alam semesta ini. Catatan Alkitab tentang kisah penciptaan pertama sampai penciptaan baru nanti menunjukkan bahwa alam semesta berasal dari Allah, adalah milik Allah, dan berada di bawah kendali Allah.
Namun, pada kenyataannya, dunia ini tidak saja indah dan harmonis, tetapi bisa juga menjadi liar dan menimbulkan malapetaka yang mengerikan.
Dalam bagian ini, pemazmur melanjutkan kisah-kisah penebusan yang Allah lakukan terhadap orang per orang. Pengalaman pelepasan yang kini disaksikan adalah ancaman yang orang alami dari alam di dalam situasi bekerja (ayat 23-32).
Bahaya dan ancaman dalam dunia kerja dilihat pemazmur sebagai kontrol penuh Allah dalam dunia ini. Laut adalah dunia kerja pelaut. Di dalam situasi kerja sehari-hari, para pelaut senantiasa berada di dalam situasi ketika keahlian dan keberanian sehebat apa pun tidak akan pernah membuatnya mampu mengendalikan dunia kerjanya itu.
Pelaut yang harus menyesuaikan diri dan pandai-pandai membaca dunia kerjanya, bukan sebaliknya. Tetapi, hal itu juga berarti kesempatan untuk mengakui bahwa Allahlah pengendali dunianya (ayat 23-30). Di dalam ketidakmenentuan hidup dan dunia ini, orang beriman tidak saja menyadari keterbatasan dirinya, tetapi juga mensyukuri kekuasaan Allah atas segala sesuatu.
Paulus dalam bacaan kedua, Motivasi dalam melayani.
Motivasi orang dalam berbuat sesuatu dapat bermacam-macam. Ada yang ingin dipuji, mendapat keuntungan materil, mendapat kedudukan dan lain-lain. Motivasi Paulus melayani jelas: ia takut akan Tuhan dan kasih Kristus yang menguasainya (ayat 11, 14).
Perbuatan-perbuatannya bukan untuk memuji diri melainkan agar jemaat mendapat bahan dalam menjawab guru-guru palsu yang memegahkan diri (ayat 12). Paulus tetap termotivasi melayani dengan membuang kepentingan diri sendiri, dan bercermin kepada Kristus (ayat 15). Motivasi seperti itulah yang seharusnya berkobar di dalam dada setiap orang percaya!
Pelayanan itu apa? Pelayanan pekabaran Injil bukan sekadar menambah jumlah orang percaya atau mengajak orang mengganti imannya. Ada hal lain yang lebih penting disebutkan di sini, yakni mendamaikan setiap orang yang mendengar Injil itu dengan Kristus (ayat 18).
Untuk itu orang harus berbalik dari hidup lama dalam dosa dan masuk ke dalam hidup baru dalam Kristus (ayat 17). Korban yang diberikan Kristus untuk pendamaian itu amat mahal yaitu darah-Nya yang kudus. Tahukah Anda bahwa begitu banyak orang hidup tanpa damai, karena tak mengenal pendamaian dengan Allah oleh Kristus?
Selidiki dan singkirkan motivasi pelayanan kami yang salah, Tuhan.
Injil hari ini, Tuhan atas alam
Bagaimana Anda menilai iman Anda terhadap Tuhan kita? Pernahkah Anda merasa sulit untuk beriman pada Tuhan? Dalam hal apa?
Para murid yang telah dipanggil untuk mengikut Yesus ternyata memiliki iman yang tidak jauh berbeda dari iman kebanyakan orang dalam berbagai kisah di kitab Markus ini. Itu terlihat waktu topan melanda perahu mereka. Yesus yang sedang tidur dianggap tidak memedulikan keselamatan mereka.
Maka mereka membangunkan Yesus (ayat 38). Lalu Yesus bangun, menghardik danau, dan danau itu tiba-tiba teduh (ayat 39). Namun Yesus menghardik para murid juga. Bukan karena rasa takut mereka pada topan, tetapi karena menganggap bahwa Yesus tidak peduli pada mereka (ayat 40). Ini menunjukkan bahwa mereka tidak beriman.
Bukankah Tuhan yang mengajak mereka menyeberang (ayat 35)? Tidakkah mereka sadar bahwa Tuhan juga yang akan membawa mereka sampai ke seberang dengan selamat? Tidakkah mereka sadar bahwa Yesus pun tidak akan membiarkan diri-Nya tenggelam?
Rasa takut membuat mereka hanya peduli pada keselamatan diri sendiri. Ketakutan mereka merupakan wujud kegagalan untuk percaya bahwa Tuhan tetap memegang kendali. Memang perlu iman yang besar untuk memercayai bahwa Tuhan \’yang sedang tidur\’ tetap memerhatikan kita.
Inilah jenis iman yang ingin dibangun Tuhan dalam diri para murid, hingga mereka dapat menyadari bahwa Yesus juga berkuasa atas alam semesta. Dan Ia yang berkuasa itu, peduli juga pada mereka.
Meski demikian, Tuhan menunjukkan kepedulian bukan dengan cara seperti yang ada dalam pikiran para murid. Mereka memang nelayan kawakan dan tahu apa yang harus di-lakukan dalam situasi seperti itu.
Namun bukankah kepiawaian sebagian dari mereka sebagai nelayan ternyata tidak berarti apa-apa saat itu? Sebab itu kita perlu belajar bahwa iman kepada Kristus akan kokoh ketika orang tidak lagi bergantung pada kemampuannya sendiri, melainkan hanya jika kita menjadikan Dia sebagai satu-satunya harapan kita.
Doa Penutup
Bapa surgawi, aku mengosongkan diriku bagi-Mu. Aku percaya bahwa Engkau senantiasa memegang aku erat-erat dalam situasi macam apa pun yang kuhadapi.
Aku menyadari bahwa aku dapat tinggal dengan aman dalam kasih-Mu. Amin.