Renungan Hari Jumat 19 Juli 2024
Renungan Hari Jumat 19 Juli 2024
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Jumat 19 Juli 2024. Dalam Bacaan Injil Matius 12:1-8 hari ini mengisahkan tentang, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum.
Diskusi Yesus dan orang Farisi hari ini berkaitan dengan hukum hari sabat dimana orang Yahudi tidak boleh melakukan aktivitas berat, termasuk memetik gandum.
Diakhir diskusi Yesus menekankan bahwa ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat’. Bisa jadi orang Farisi mengerti akan semua itu, tetapi sangat besar kemungkinan mereka tidak menerima dan merasa tersinggung, seperti dalam kisah lainnya.
Kita bisa merenungkan tentang mengapa para murid memetik gandum pada hari itu. Diterangkan dalam Injil bahwa mereka lapar, maka kemudian memetik gandum untuk dimakan.
Entah sabat atau tidak sabat, jika lapar memang setiap orang perlu makan untuk bertahan hidup. Hidup menjadi jauh lebih penting dari ‘sekedar’ hukum boleh tidak boleh bekerja pada sabat. Jika tidak ada hidup, maka juga tidak ada sabat.
Makan bulir gandum adalah untuk mempertahankan hidup jasmani, memelihara tubuh supaya tetap bisa hidup normal dan baik.
Itu yang dilakukan para murid, mempertahankan hidup jasmani. Dan Yesus mengamini itu, setiap manusia perlu memelihara hidup jasmani mereka.
Karena hanya dengan jasmani yang sehat maka kehidupan lainnya juga akan lebih baik, termasuk mentaati hukum.
Jika bulir gandum sangat penting untuk jasmani, apakah tubuh rohani kita juga tidak perlu ‘bulir gandum’? Apakah kita tidak lapar akan ‘bulir gandum rohani’?
Jika kita tidak punya rasa lapar seperti para murid, bisa jadi ternyata hidup kita kering. Memang tidak mati, tetapi juga tidak berkembang apalagi menghasilkan buah.
Lapar akan ‘gandum rohani’ menjadi tanda dahsyat bahwa manusia rohani kita berkembang.
Doa Penutup
Allah Bapa yang maharahim, Engkau lebih menyukai belas kasih daripada persembahan.
Ajarlah kami untuk belajar berbelas kasih kepada sesama kami dan ajarlah kami untuk tidak memikirkan diri sendiri, seperti Yesus Putera-Mu yang penuh belas kasih kepada banyak orang yang menderita.
Sebab Dialah Tuhan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.