Renungan Hari Minggu 25 Agustus 2024

Renungan Hari Minggu 25 Agustus 2024

Renungan Hari Minggu 25 Agustus 2024

Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 25 Agustus 2024. Dalam Bacaan Injil Yohanes 6:60-69 hari ini mengisahkan tentang Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.

Sejarah atau kisah-Nya

Orang-orang yang melihat sejarah sebagai kumpulan kisah dan fakta yang boleh diperlakukan sesukanya akan kehilangan sejarah. Orang-orang yang mempelajari sejarah untuk melihat jiwa penggerak sejarah akan menjadi orang yang lebih bijaksana.

Namun yang paling bahagia adalah anak-anak Tuhan yang melihat sejarah sebagai ungkapan kasih Tuhan dalam memperlakukan umat-Nya. Hal ini ada dalam firman Tuhan kepada Yosua (1-2).

Sekalipun yang dipaparkan oleh firman Tuhan adalah kumpulan fakta yang membentuk sejarah umat Israel, tetapi sebenarnya yang hendak ditekankan oleh Tuhan adalah Ia sendiri yang merangkai fakta sejarah Israel. Tuhan yang memanggil Abraham keluar dari kaum keluarganya, membentuk benih umat Israel di Mesir, lalu menuntun mereka keluar dari tanah perbudakan itu, dan menguduskan bagi diri-Nya suatu umat di padang gurun (3-7).

Tangan Tuhan juga yang memberikan Tanah Perjanjian dengan banyak kemenangan melawan raja-raja Kanaan (8-11), dan menganugerahkan tanah dan hasilnya bagi umat-Nya (12-13).

Sejarah umat Israel jelas mengisahkan tindakan-tindakan Tuhan yang terkait erat dengan umat-Nya. Yosua melihat Tuhan begitu jelas di dalam sejarah Israel sehingga ia mampu memberi tanggapan yang sungguh tepat. Yosua memilih untuk tetap beribadah kepada Tuhan bahkan jika seluruh umat Israel memilih meninggalkan Tuhan (14-15).

Janji bangsa itu untuk hanya melayani Tuhan ditepati, tetapi hanya selama Yosua dan para tua-tua masih hidup. Tidak lama sesudah kematian Yosua, bangsa itu meninggalkan Tuhan dan mulai berbakti kepada dewa-dewa lain (Hak 2:11-19).

Setiap kita yang melatih mata iman untuk melihat karya Tuhan dalam sejarah hidup umat-Nya, pasti akan memilih sikap Yosua yang tidak terpengaruh arus zaman dan sikap teman. Kehadiran Allah dalam hidup Yosua tampak sungguh nyata sehingga kita tahu bahwa tanpa Tuhan, kita tidak bisa hidup. Dia sudah, sedang, dan akan terus menghidupkan kita agar kita tetap setia kepada-Nya.

Melihat sejarah sebagai kisah-Nya membuat hati kita tidak berhenti bersyukur sekalipun jalan kita tak selalu mulus.

Mazmur, Ketidakwarasan pembebasan.

Kita lebih suka menganggap diri kita sebagai orang-orang Kristen yang terhormat, yang waras baik tubuh maupun pikiran. Begitu kuatnya pola ideal ini, kita lupa bahwa karya sejarah keselamatan melibatkan apa yang bagi dunia adalah suatu bentuk “ketidakwarasan”.

Bukan pura-pura tidak waras untuk menyelamatkan diri (ayat 1), tetapi karena berbeda dengan dunia. Yeremia disindir sebagai nabi gila (Yer. 29:26-27). Yesus dianggap tidak waras oleh keluarga-Nya (Mrk. 3:21). Festus menganggap Paulus gila karena pemberitaan Injilnya (Kis. 26:24), dan banyak contoh lain dari Alkitab. Mereka dianggap gila, karena kehendak Allah bertentangan dengan “akal sehat” mayoritas orang yang tidak mengenal kehendak Allah.

Dimana letak “kegilaan” dari karya perlindungan Allah? Ada suatu pepatah Perancis yang mengatakan: “Tuhan berpihak kepada armada yang besar, dan melawan armada yang kecil.” Inilah prinsip ketentaraan, dan bagi sebagian orang, prinsip hidup yang “waras”.

Allah pemazmur justru berpihak yang lemah. Mereka yang rendah hati (ayat 3), tertindas (ayat 7), yang menjaga dirinya dari kejahatan (ayat 14-15), benar (ayat 16-18), patah hati dan malang (ayat 19-21), mereka inilah yang menerima perlindungan Allah. Mereka menjadi lemah, karena seperti pemazmur, mereka bermegah karena dan berseru kepada Tuhan. Tetapi mereka menjadi kuat, karena Allah berpihak kepada mereka, “orang-orang benar itu” (ayat 18).

Yang kita pelajari bukanlah teladan Daud yang berpura-pura gila, tetapi hikmat yang timbul dari pengalamannya itu: betapa berbahagia ada dalam perlindungan Tuhan, Sang Allah yang punya prinsip berkarya yang berbeda dengan dunia yang berdosa.

Kapan terakhir kali Anda dianggap gila, bukan karena lelucon kita yang tidak biasa, atau ambisi dan rencana hidup kita, tetapi karena keputusan kita untuk berharap kepada Allah dan menaati-Nya?

Paulus dalam bacaan kedua, Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat.

Zaman di mana jemaat Efesus hidup adalah zaman yang sangat meninggikan kedudukan laki-laki. Akibatnya, para suami bebas bertindak sewenang-wenang terhadap isteri karena tidak ada hukum yang akan menjeratnya. Akan tetapi, keluarga Kristen tidak menganut sistem ini, karena sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini.

Untuk mengantisipasi keadaan ini, Paulus memberikan dasar hubungan bagi suami—isteri, yaitu: pertama, suami isteri harus saling merendahkan diri (ayat 21). Kedua, isteri harus tunduk dan taat terhadap suami, karena suami adalah kepala (ayat 22-23). Hubungan suami isteri ini Paulus jadikan analogi untuk menjelaskan tentang hubungan Kristus dengan jemaat.

Sebagai Kepala, Kristus tidak bertindak sewenang-wenang terhadap tubuh-Nya, tetapi justru memelihara dan memberikan pertumbuhan hingga menjadi dewasa. Ketiga, Suami, sebagai kepala haruslah mengasihi isteri (ayat 25). Oleh karena kasih-Nya kepada mempelai-Nya, Kristus rela mengurbankan diri-Nya.

Dari penjelasan ini, kita menemukan hal menarik, yaitu bahwa Paulus tidak berbicara masalah otoritas atau kekuasaan tetapi berbicara tentang cinta kasih suami terhadap isteri. Paulus tetap mengarahkan para suami untuk menjadikan salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak; dan bagi para isteri Paulus mengingatkan untuk tunduk dan hormat pada suami yang mengasihinya.

Jika setiap pasangan suami isteri Kristen memberlakukan prinsip ini dalam rumah tangganya, dapat dipastikan bahwa tidak ada suami yang menindas isteri dan tidak ada isteri yang tidak tunduk dan tidak hormat kepada suami, karena mereka saling memperlakukan dengan penuh kasih sayang dan hormat.

Pernikahan Anda menggambarkan relasi Anda dengan Kristus. Jadikanlah nasihat Paulus ini sebagai pedoman dalam rumah tangga Anda.

Injil hari ini, Tetap tinggal bersama Yesus

Situasi jadi berkembang. Sebelumnya orang-orang Yahudi yang bersungut-sungut karena mendengar perkataan Yesus. Kemudian malah murid-murid Yesus yang mengundurkan diri karena tidak sanggup menerima pengajaran-Nya.

Memang ada orang yang mengikut Yesus sebagai murid. Mereka ikut Dia ke padang belantara, di mana Ia mengajar mereka dan memberi mereka makan. Namun mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Dia, pada misi dan pelayanan-Nya sebagai Mesias bagi Israel.

Mereka menyatakan bahwa pengajaran Yesus terlalu berat. Padahal faktanya tidaklah demikian. Mereka hanya tidak suka pada apa yang mereka dengar. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin mendengar lebih banyak lagi. Yesus tahu yang sesungguhnya ada di dalam hati mereka. Sebenarnya mereka tidak dapat menangkap makna rohani dari perkataan-Nya.

Mereka bingung, bagaimana mungkin orang dapat memperoleh hidup kekal melalui makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Namun Yesus tahu bahwa orang tidak mungkin percaya bila tidak ditarik Bapa. Bahkan orang seperti Yudas Iskariot yang telah mendengar dan melihat semua yang Yesus lakukan, tidak memiliki iman yang sungguh-sungguh kepada Yesus.

Banyak orang yang seperti itu. Mengikut Yesus hanya sementara waktu, yakni sepanjang pengajaran Yesus dan konsekuensi menyangkut Yesus tidak bertabrakan dengan faham, kebiasaan, atau keinginan-keinginan manusiawi mereka.

Namun ketika harus menerima seluruh pengajaran Yesus dan juga kehendak-Nya, saat itulah iman semu menjadi runtuh. Mereka tidak mau lagi mendengar perkataan Tuhan dan menolak untuk mengikut Yesus secara serius.

Kiranya kita menjadi seperti para murid sejati, yang meskipun tidak memahami pengajaran Yesus pada waktu itu, tetapi mau percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Mereka percaya bahwa hanya melalui Dia mereka mendapat hidup kekal. Mereka tetap bersama Yesus dan menyilakan Yesus membentuk dan mengubah mereka!

Doa Penutup

Tuhan Yesus, Engkau adalah roti yang turun dari surga untuk mengangkat kami ke surga. Engkau menyisihkan mahkota kemuliaan-Mu di surga dan datang ke tengah-tengah kami di dunia sebagai manusia dina dan miskin, menawarkan kepada kami keikutsertaan dalam kehidupan kekal.

Bahkan sekarang pun – setiap hari – Engkau memberikan Ekaristi kepada kami. Engkau datang untuk menemui kami dalam doa dan dalam sabda-Mu dalam Kitab Suci, menguatkan kami dan mencurahkan kasih-Mu ke atas diri kami setiap hari.

Tolonglah agar kami dapat memegang segala karunia sangat berharga yang telah Kauberikan kepada kami. Amin.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url