Renungan Hari Rabu 9 Juli 2025

Renungan Hari Rabu 9 Juli 2025

Renungan Hari Rabu 9 Juli 2025

Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Rabu 9 Juli 2025. Dalam Bacaan Injil Matius 10:1-7 hari ini mengisahkan tentang Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel!

Pada saat terjadi kelaparan di Mesir, di banyak negara juga terjadi hal yang sama termasuk tanah Kanaan. Perbedaannya Mesir mempunya cadangan gandum melimpah sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat Mesir.

Maka datanglah orang-orang dari berbagai negara datang ke Mesir untuk membeli gandum, termasuk anak-anak Israel (Yakub). Lalu pergilah sepuluh orang saudara Yusuf untuk membeli gandum di Mesir. Tetapi Yakub tidak membiarkan Benyamin … pergi bersama-sama dengan saudara-saudaranya … Jangan-jangan ia ditimpa kecelakaan nanti (ay 1-8).

Ketika kelaparan menjadi makin parah di Kanaan, dan mati lapar tidak dapat dihindarkan lagi, Yakub sadar bahwa makanan harus diperoleh dari tempat lain. Dia mengirimkan sepuluh putranya ke Mesir untuk membeli gandum.

Benyamin ditahan di rumah untuk menghibur dirinya. Ketika sepuluh saudara itu menghadap mangkubumi Mesir untuk membeli gandum, mereka tidak mengenali pejabat itu sebagai saudara mereka yaitu Yusuf yang mereka jual. Dua belas tahun atau lebih sudah berlalu.

Pemuda kurus yang mereka jual telah tumbuh menjadi orang dewasa. Kini dia berdiri di hadapan mereka sebagai orang yang paling berkuasa di Mesir. Bahasa, pakaian, sikap resmi dan kedudukannya ikut memainkan peranan menyamarkan dirinya. Namun Yusuf langsung mengenali saudara-saudaranya.

Ketika Yusuf menuduh saudara-saudaranya itu sebagai pengintai, ia hanya ingin agar mereka memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang kedatangan mereka. Orang Mesir menyadari bahwa perbatasan timur mereka sangat mudah diserang, karena itu mereka takut pada bangsa-bangsa Asia.

Yusuf menuduh kesepuluh orang itu sebagai datang ke Mesir untuk mengetahui tempat-tempat yang lemah di penjagaan perbatasan Mesir dan akan melaporkan keadaan itu kepada orang-orang yang akan menyerbu Mesir.

Ketika mereka menceritakan kepadanya tentang ayah dan adik mereka, Yusuf menuntut bukti kejujuran mereka. Salah seorang dari mereka, katanya, harus pulang untuk membawa putra yang bungsu itu ke Mesir sedangkan yang lain tetap ditahan di Mesir.

Sesudah menahan mereka selama tiga hari, Yusuf menawarkan gagasan yang lebih mudah yaitu menahan satu orang sebagai sandera sedangkan yang lain bisa pulang membawa gandum. Simeon terpilih untuk tetap tinggal di dalam penjara (ay. 24). Dia adalah putra Yakub yang kedua, dan tradisi mengatakan bahwa dia paling kejam di antara saudara-saudaranya.

Sepanjang percakapan Yusuf melihat bahwa saudara-saudaranya sangat khawatir dan penuh penyesalan. Dia merasakan kesetiaan mereka kepada Yakub dan ikatan kekeluargaan yang kokoh. Yusuf … menangis ketika ingat kembali akan hari-hari yang lalu serta penderitaan yang mereka timpakan kepadanya melalui kekerasan dan kekejaman mereka, dan ketika dia menyaksikan perubahan hati

Mazmur, Hasrat untuk memuji.

Sukacita, keriangan, hasrat, dan antusiasme untuk memuji Tuhan yang disertai dengan pemahaman yang benar, mungkin secara perlahan mulai tergeser dari kehidupan ibadah kita. Perayaan dan sukacita dalam ibadah adakalanya menjadi sesuatu yang dipandang tabu ataupun sebaliknya diubah menjadi sarana hiburan semata.

Tidaklah demikian dengan Mazmur 33 yang digunakan dalam ritual puji-pujian kepada Allah Israel ini. Mazmur ini merupakan suatu ajakan bagi kita untuk memuji Tuhan dengan pemahaman yang benar dan penuh semangat.

Secara khusus Mazmur ini bertujuan memproklamasikan, mengajarkan serta menguatkan keyakinan orang-orang benar untuk mempercayai Tuhan. Melalui Mazmur ini kita dibimbing untuk mengungkapkan kesetiaan, keadilan, hukum, dan kasih setia Tuhan (ayat 4, 5) dalam pujian yang penuh sorak-sorai dengan iringan musik yang dipetik baik-baik (ayat 1-3).

Alasan dari ajakannya terdapat dalam lirik-liriknya yang berbicara tentang kekuasaan Tuhan atas seluruh alam semesta (ayat 6), bangsa-bangsa (ayat 10-12), dan umat manusia (ayat 13-17).

Ia memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya; Ia memandang dari sorga, melihat semua anak manusia, menilik seluruh penduduk bumi dari tempat kediaman-Nya, dan mengarahkan pandangan mata-Nya secara khusus “kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan” (ayat 13, 14, 18).

Tiada kekuasaan, kekuatan, dan ketangkasan lain yang jadi tumpuan (ayat 16-17). Karena hanya Dialah, yang layak menerima pujian “sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya”, Ia layak menjadi tumpuan doa kita: “Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu” (ayat 21- 22).

Pemazmur menaikkan pujian bukan hanya sebagai pelengkap dan bagian dari ritual ibadah yang dilakukannya. Pujian yang dinyanyikannya dengan penuh semangat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pemahaman-Nya tentang Tuhan.

Sudahkah kita memuji Tuhan dengan hasrat, pemahaman, dan penjiwaan akan karakter serta karya Allah yang dikerjakan bagi kita? Marilah kita menaikkan pujian kepada Tuhan dengan penuh antusias dan semangat dengan pemahaman yang benar tentang karakter-Nya.

Injil hari ini, Teladan dan kuasa dalam pelayanan.

Kemarin kita telah belajar bahwa kita harus tunduk kepada Yesus sebagai Tuhan. Hari ini kita akan belajar bagaimana membuktikan penundukan diri kita. Salah satu caranya adalah melanjutkan misi-Nya di dunia.

Kita menjadi pekerja-pekerja-Nya yang digerakkan oleh belas kasihan Yesus untuk mengabarkan Kabar Baik dan menjangkau mereka yang terhilang dalam masyarakat dengan memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dan menguatkan mereka yang lemah tubuh.

Namun seringkali kita terlalu menitikberatkan kepada pelayanan pemberitaan Injil, sehingga mengesampingkan pelayanan-pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial orang lain, karena kita menganggap bahwa masalah rohani lebih penting daripada masalah jasmani.

Padahal Yesus dengan belas kasihan-Nya berusaha untuk menyembuhkan pribadi manusia secara utuh. Karena itu kita memang harus memberikan renungan dan mengajar, namun kita pun harus meneladani pola pelayanan Yesus dan menyatakan kasih Allah seperti yang Yesus lakukan, dengan menyediakan makanan bagi yang lapar, merawat yang sakit, dan membela yang ditindas.

Selain model pelayanan Yesus, kita pun dapat meneladani rasul-rasul yang diutus oleh Yesus. Kuasa yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya memampukan mereka untuk melakukan pelayanan secara efektif dan berdampak nyata dalam kehidupan manusia.

Mereka dilengkapi dengan kuasa karena merekalah yang telah dipilih dan dilatih oleh Yesus. Merekalah yang senantiasa berada dekat kaki Yesus dan mendapatkan pengajaran- Nya. Di samping itu mereka semua — selain Yudas – – adalah murid-murid yang berkomitmen penuh kepada Yesus.

Perintah dan larangan.

Yesus mengutus duabelas murid-Nya untuk memberitakan Kerajaan Surga sudah dekat. Ia memerintahkan mereka untuk menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta dan mengusir setan-setan.

Dia juga membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati, dan yang tidak boleh dilanggar, antara lain: tidak menyimpang dari ladang yang ditentukan, tidak menuntut laba, tidak merepotkan diri dengan perkara-perkara jasmani.

Tuhan Yesus menjamin kehidupannya dan tidak pernah merugikan hamba-hamba-Nya. Sedemikian penting kedudukan hamba-hamba-Nya di mata Tuhan, sehingga Dia berjanji bahwa orang-orang yang menerima mereka akan diberkati, tetapi yang menolaknya dihukum berat.

Adakah alasan kita untuk tidak setia? Kepedulian Tuhan Yesus pada kehidupan dan kebutuhan hamba-hamba-Nya; penghargaan-Nya pada pelayanan mereka, juga pengertian akan tantangan yang akan dihadapi, menyadarkan betapa berharganya kita hamba-hamba-Nya di mata Tuhan. Kalau demikian halnya, tegakah kita menyakiti hati Yesus dengan memilih-milih ladang dan ribut memperebutkan kedudukan?

Renungkan

Kesaksian kita bukan saja dalam bentuk kata dan jenis pelayanan, tetapi dalam hidup seutuhnya.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, oleh kuasa Roh-Mu jadikanlah kami murid-murid-Mu yang setia. Utuslah kami juga sebagai garam bumi dan terang dunia dalam mewartakan Kabar Baik-Mu kepada orang-orang yang kami jumpai. Amin.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url