Renungan Hari Jumat 22 Oktober 2021
Renungan Hari Jumat 22 Oktober 2021
Hukum Taurat.
Apa sebenarnya fungsi Taurat (hukum Allah)? Karena Paulus orang Yahudi dan sedang menulis kepada jemaat yang sebagian besar bukan Yahudi, hukum yang dimaksudkannya bisa berarti luas.
Bisa berarti Taurat (hukum Allah untuk orang Yahudi) dan bisa juga hukum alami dalam nurani yang Allah tanamkan dalam diri tiap orang (bdk. 1:20; 2:14). Dalam bagian terdahulu Paulus telah menjelaskan bahwa hukum tidak dapat menyelamatkan.
Dalam bagian ini Paulus memperluas penjelasannya itu dan mengatakan bahwa hukum pun tidak dapat menguduskan. Karena itu, orang Kristen tak perlu lagi hidup di bawah hukum.
Hidup oleh Roh. Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen terhadap hukum-hukum Allah. Dalam dunia kini banyak orang menganut paham antinomianisme, artinya menolak norma susila dan bertingkahlaku sesuka diri sendiri.
Ini tentu bukan pilihan orang Kristen. Menentang sikap itu ada orang Kristen yang bersikap legalistis, artinya menaati hukum untuk mendapat upah keselamatan dari Tuhan. Ini pun bukan sikap Kristen. Sikap yang benar ialah sebagai orang yang telah dimerdekakan Kristus dari dosa, kita hidup sesuai hukum Tuhan dengan bantuan Roh Kudus.
Hukum Taurat hanya berguna untuk menunjukkan dosa manusia. Bila kita mengandalkan Taurat, justru sifat dosa di dalam diri kita akan dirangsangnya. Jadi, apakah Taurat itu jahat? Bukan, kenyataan itu hanya membuktikan dosa telah sedemikian rupa merusak manusia hingga Taurat yang baik itu malah berbalik membuat manusia justru terpancing untuk melakukan yang dilarang Taurat.
Jadi yang salah adalah sifat dosa di dalam tiap manusia yang merangsang timbulnya perbuatan-perbuatan daging. Jadi sifat dosa telah membuat dirinya tak tertolong oleh Taurat baik untuk beroleh keselamatan atau pun untuk menjalani hidup yang telah diselamatkan itu dalam kekudusan.
Dari awal, seterusnya sampai pada kesempurnaan kelak, kita harus sepenuhnya bergantung pada karya Kristus oleh kuat Roh Kudus. Pengalaman siapa? Pengalaman siapakah yang Paulus tuturkan ini? Paulus memang menggunakan sebutan “aku” dan dalam bentuk waktu sedang berlangsung.
Namun itu dipakainya bukan karena ia sedang menyaksikan pengalaman rohaninya, tetapi karena ia sedang menempatkan diri di dalam pengalaman banyak orang Kristen yang ingin dibimbingnya untuk lepas.
Banyak orang Kristen yang sudah lahir baru (ayat 19: menghendaki yang baik, 22: suka akan hukum Allah) namun masih terus menerus kalah melawan dosa, bahkan “terjual di bawah kuasa dosa” (ayat 15).
Artinya Paulus sedang bicara tentang orang Kristen yang sudah diperbarui Kristus namun kurang menyadari dan bertindak konsisten dengan kebenaran anugerah Injil Yesus Kristus.
Maksud Tuhan menebus kita bukan agar kita sekadar diampuni namun jatuh bangun terus dalam dosa. Ia ingin agar kita sepenuhnya menikmati kesukaan hidup Kristen di dalam Yesus Kristus. Bukan seperti orang Kristen yang masih sebagian berprinsip Taurat dalam kondisi perbudakan tetapi merdeka penuh dalam Kristus.
Mazmur, Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan.
Keadaan tertindas tidak selamanya buruk, tetapi bisa membawa kebaikan (ayat 67,71). Pembuangan di Babel bukanlah akhir dari kehidupan. Keadaan umat Allah yang tertindas, termasuk pemazmur, ditanggapi secara positif oleh pemazmur, walau banyak juga yang menanggapi peristiwa itu secara negatif.
Paling tidak tanggapan negatif itu muncul dari mereka yang disebut sebagai orang kurang ajar oleh pemazmur (ayat 69,78). Mereka ini adalah orang-orang yang meninggalkan Tuhan dan tidak lagi berpegang pada Taurat Tuhan. Pemazmur dan orang-orang yang sepaham dengannya mempunyai keyakinan bahwa penindasan yang mereka alami mengandung hikmat, kebaikan, dan kesetiaan Allah (ayat 67).
Bagi pemazmur, keadaan tertindas itu adalah baik karena diciptakan Tuhan dalam kesetiaan (ayat 75). Artinya, keadaan tertindas itu justru menunjuk pada kasih setia Tuhan yang menuntun seseorang untuk mau memahami Taurat Tuhan serta berpegang pada janji Tuhan (ayat 67,71).
Keadaan tertindas itu juga lebih baik daripada emas dan perak (ayat 72), karena emas dan perak sering kali tidak hanya membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk merasakan, menikmati, dan mengalami kebaikan Taurat, tetapi bisa membuat umat Allah menyimpang dan tidak mengalami kebaikan Taurat.
Banyak ketetapan dan hukum Taurat yang secara konkret berbicara tentang kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Karena itu, walaupun pemazmur menggunakan bahasa liturgis, tetapi apa yang ia katakan itu merupakan refleksi dari berbagai ketetapan, peraturan, dan hukum yang konkret serta praktis.
Hal ini tampak dalam berbagai peraturan, ketetapan, dan hukum seperti yang tertuang dalam kitab Keluaran 23:1-13.
Berpegang teguh pada titah-Nya. “Hampir saja mereka menghabisi aku di bumi, tetapi aku tidak meninggalkan titah-titah-Mu!” Apa pun yang dialami oleh pemazmur, sekalipun itu mengancam keselamatan jiwanya, ia tahu apa yang seharusnya dilakukan, yaitu tetap berpegang teguh pada perintah Allah.
Segala usaha, tenaga, dan kerinduan jiwa dicurahkan pemazmur untuk menggenapi prinsip hidupnya ini. Yang terpenting dalam hidup ini ialah berpegang dan berjalan dalam titah-titah Tuhan.
Sekuat itu pulakah kerinduan dan usaha kita untuk memahami hukum-hukum-Nya dan menaati-Nya? Apabila masalah bertubi-tubi menimpa kita dan seolah Allah tak menjawab atau bertindak, seringkali hal itu membuat kita tidak setia pada firman-Nya. Pemazmur memberi teladan bagi kita untuk tetap percaya dan berpegang pada firman-Nya.
Firman-Nya tak terbatas dan kekal. Segala sesuatu di dunia ini ada batasnya: umur manusia terbatas, kekuasaan para pemimpin terbatas, kekuatan fisik seseorang terbatas, dsb.. Namun firman Tuhan tak terbatas kesempurnaannya dan luas sekali.
Pada mulanya sudah ada Firman dan Firman itu akan ada sampai selama-lamanya, kekal dan tak berkesudahan. Itulah sebabnya firman-Nya layak dipercaya. Dengan firman-Nya yang tak terbatas dan kekal, Tuhan menghidupkan kita, sehingga kita tidak binasa dalam sengsara, tetapi beroleh keselamatan.
Injil hari ini, Percaya atau tidak!
Ketika kita melihat awan gelap mulai berarak, maka dengan mudah kita menyimpulkan bahwa hujan akan segera tiba. Menurut Yesus, mengambil kesimpulan bahwa Yesus adalah Mesias juga merupakan hal mudah, bila orang mau melihat berbagai perbuatan kemesiasan-Nya.
Sama mudahnya seperti ketika orang melihat tanda-tanda cuaca dan kemudian menyimpulkan bahwa hari akan terang atau malah akan turun hujan (54-56).
Tetapi tetap saja banyak orang yang tidak mau atau tidak berani mengakui bahwa Yesus adalah Mesias. Padahal sebagai orang-orang yang hidup pada zaman Yesus, mereka telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda ajaib yang Dia lakukan, yang membuktikan kemesiasan-Nya.
Ini bisa terjadi karena mereka ikut-ikutan pendapat pemimpin agama mereka tentang Yesus. Padahal seharusnya mereka bisa mengambil kesimpulan sendiri tentang Yesus dan memutuskan bagaimana sikap mereka sebenarnya terhadap Dia yang mereka kenal secara pribadi (57).
Karena bagaimanapun tiap orang akan dimintai pertanggungjawaban tentang hal itu. Berdasarkan hal itulah akan terjadi pemisahan yang membuat manusia terbagi ke dalam kelompok orang percaya dan yang tidak percaya.
Bahkan dalam satu keluarga pun bisa saja terjadi pemisahan. Dan dampak lanjut dari pemisahan ini adalah kemarahan Allah yang akan menimpa mereka yang tidak percaya pada Kristus!
Kita yang hidup pada masa kini tidak lagi secara langsung melihat karya Yesus. Tetapi semua kisah itu dapat kita “lihat” melalui kesaksian Alkitab. Melalui Alkitab pula kita melihat bagaimana Tuhan menyatakan diri dan kebenaran-Nya.
Maka setiap kita bertanggung jawab untuk memutuskan sikap kita pada Dia. Karena itu, belajarlah firman Tuhan dengan seksama. Niscaya Roh Kudus akan mengajar kita hingga sampai pada kesimpulan dan keputusan yang benar.
Camkan: Allah akan menyatakan kebenaran kepada setiap orang yang mencarinya.
DOA: Bapa surgawi, dalam kerahiman-Mu Engkau telah menebusku dan membuka pintu surga bagiku. Oleh Roh-Mu, tolonglah aku agar mampu mengenali tanda-tanda kasih dan kuasa-Mu. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana menanggapi undangan-Mu kepada kehidupan sejati. Amin. (Lucas Margono)
Sumber https://carekaindo.wordpress.com/