Renungan Hari Sabtu 23 Oktober 2021

Renungan Hari Sabtu 23 Oktober 2021

Renungan Hari Sabtu 23 Oktober 2021

Kemerdekaan dalam Kristus.

Kini Paulus menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikannya di bagian sebelum ini (ps. 3-7). Di dalam Krisus tidak ada lagi penghukuman. Orang yang sungguh menaruh iman dalam Kristus telah dibenarkan, bukan lagi orang hukuman. 

Taurat yang tidak bisa memberikan kita baik keselamatan maupun kekudusan (karena kelemahan di pihak kita, 3a) kini diganti oleh Injil yang dalam karya Roh memungkinkan kita merdeka. Kita bebas dari hukuman sebab dosa telah dihukum di dalam kematian Yesus di salib (ayat 3).

Allah Tritunggal sumber keselamatan. Dengan indah sekali Paulus melihat Allah Tritunggal terlibat penuh dalam kasih karunia-Nya menyelamatkan manusia. 

Pertama, Allah Bapa mengutus Anak-Nya sendiri (ayat 3). 

Kedua, Anak Allah menjelma menjadi manusia dan Dia (Yesus Kristus) telah menggenapi taurat, menanggung hukuman atas dosa, dan dengan jalan itu memberi kita pembenaran dan pengudusan (ayat 4). 

Ketiga, Roh Kudus menolong agar apa yang telah Yesus kerjakan untuk kita itu dapat menjadi milik dan pengalaman nyata kita (ayat 5-8).

Mazmur, Raja Kemuliaan

Sejarah Israel penuh dengan kesaksian akan keperkasaan Tuhan dalam mengalahkan musuh-musuh umat-Nya. Baik pada periode kisah Keluaran, saat menaklukkan tanah Kanaan, maupun ketika dirongrong oleh berbagai bangsa di sekitar wilayah mereka, Tuhan membuktikan bahwa diri-Nya adalah Raja mereka. 

Bahkan lebih dari itu, Tuhan adalah Raja atas seluruh bumi dan isinya, karena Dialah pencipta dan pemilik semua itu (ayat 1-2). Peristiwa apa saja yang memperlihatkan bahwa Tuhan adalah Raja atas Israel? 

Pertama, saat Allah, dengan kuasa-Nya, membuat Israel menyeberangi laut Teberau dengan selamat. Musuh mereka, yaitu Firaun serta pasukan Mesir, Tuhan tenggelamkan di laut itu (Kel. 14). Maka pujian dikumandangkan (Kel. 15:1-18) dan Tuhan dimuliakan sebagai Raja pemenang yang memerintah selama-lamanya (ayat 18). Namun saat itu Israel belum tinggal di tanah Perjanjian. 

Kedua, saat Israel telah menikmati kemerdekaan secara penuh di bawah kepemimpinan Daud. Bagi Daud, Tuhan adalah sumber kemenangannya. Dengan memindahkan Tabut Perjanjian, yang melambangkan takhta Allah, ke ibu kota Israel, Daud menyatakan bahwa Tuhanlah Raja Israel (ayat 2Sam. 6). Prosesi melewati pintu gerbang kota suci inilah yang kemiudian hari dirayakan dengan mengumandangkan Mazmur 24. Tentu, hanya mereka yang sungguh-sungguh tulus hati, yang layak menyembah Dia dan diperkenan oleh-Nya (ayat 3-6).

Berbagai perayaan gerejani, termasuk Kenaikan Tuhan Yesus bisa menjadi peristiwa penting untuk mengingat dan menyatakan Kristus sebagai Raja Gereja dan dunia serta segala isinya. 

Dialah yang sudah datang untuk bertakhta di hati orang percaya, untuk memerintah umat-Nya, dan untuk menyatakan kedaulatan dan keperkasaan atas para musuh-Nya. Dengan hidup dalam ketulusan hati serta kejujuran dan keadilan perilaku, umat Tuhan merajakan Kristus Yesus dalam hidup mereka dan menjadi kesaksian bagi orang yang belum percaya.

Injil hari ini, Kesempatan kesekian kali

Tuhan Yesus diperhadapkan dengan pandangan umum orang Yahudi bahwa orang yang mati dalam suatu bencana pasti disebabkan oleh dosanya yang besar.

Kita melihat tanggapan Yesus terhadap beberapa peristiwa. 

1. Tentang pembantaian yang dilakukan Pilatus kepada orang Galilea saat mereka akan mempersembahkan korban;

2. Tanggapan Yesus mengisyaratkan dengan jelas bahwa orang yang mati dibantai belum tentu karena dosanya yang besar.

3. Peristiwa kedua adalah orang-orang yang mati tertimpa menara Siloam. Yesus memberikan jawaban yang sama mengenai dosa mereka.

4. Menarik untuk diperhatikan adalah tanggapan Yesus yang diulang sampai dua kali pada ayat 3 dan 5.

5. Penekanan utamanya adalah pertobatan. Dosa tidak menentukan cara kematian seseorang, tetapi dosa akan menentukan apa yang terjadi setelah kematiannya. Pertobatanlah yang akan menjadi kunci utamanya. Jika seseorang tidak bertobat dalam hidupnya, maka ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Melalui perumpamaan tentang pohon ara, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kesempatan untuk bertobat masih diberikan. Pohon ara yang tumbuh selama tiga tahun ternyata tidak menghasilkan apa-apa;

6. Permintaan untuk menebang pohon tersebut menunjukkan batas kesabaran si pemilik kebun yang telah menanti selama tiga tahun.

7. Namun pengurus kebun masih memohon kepada tuannya untuk bersabar menantikan pohon tersebut berbuah. Penggunaan kata “mungkin” di ay. 9 menunjukkan harapan dan kesempatan lagi. Ini menunjukkan pentingnya pertobatan.

Mari kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita bertobat? Kristus masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat, yang mungkin merupakan kesempatan kesekian kali yang diberikan pada kita. 

Oleh karena itu, jangan tunda lagi. Sebab jika kita masih menutup rapat pintu hati kita untuk pertobatan maka mungkin Tuhan akan mencampakkan kita ke dalam api.

DOA: Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Biarkanlah aku menggunakan dengan baik waktu yang Kauberikan kepadaku. Terima kasih, ya Tuhan Yesus, Engkau memberikan Roh Kudus untuk menuntun diriku dalam hidup pertobatan ini. Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/ 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url