Renungan Hari Minggu 17 Oktober 2021
Renungan Hari Minggu 17 Oktober 2021
Perikup ini menceritakan Yesus yang berbicara untuk ketiga kalinya tentang Kematian dan Kebangkitan-Nya. Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (dalam hal ini bangsa Roma), dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”
Allah telah bernubuat melalui nabi Yeremia, karena Israel telah melanggar perjanjian yang diadakan dengan Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Daud. Maka Allah telah membuang Israel dan Yehuda dari tanah perjanjian itu sebagai bukti bahwa perjanjian itu telah usang. Sehingga Allah perlua mengkonfirmasi lagi perjanjianNya dengan umat manusia tentang keselamatan dan pembaharuan.
Allah tidak menggunakan lagi nabi, imam dan raja untuk mengikat kembali perjanjianNya denga Israel. Karena darah domba jantan yang sempurna tidak dapat menyucikan dari dosa. Karena terbukti bahwa setiap tahun mereka diingatkan akan dosa dengan adanya korban penghapus dosa dari dara lembu jantan atau domba jantan. Semuanya hanyalan simbol sampai datangnya sebuah persembahan yang lebih sempurna, yaitu Kristus.
Yesus memahami rencana Allah dan untuk itulah Dia datang ke dunia. Yesus akan mati sebagai pengganti bagi para murid dan bagi semua manusia. Ia mengetahui bahwa perintah dan janji-Nya tidak mengubahkan mereka, mereka tetap sombong, keras kepala, dan tidak bisa mengasihi. Karena itu, Ia mau memperdamaikan mereka dengan Allah, sehingga Roh Tuhan bisa berdiam di dalam diri orang-orang yang sudah dibenarkan, diperbaharui, diubahkan, dan dikuduskan sepenuhnya.
Yesus datang ke Yerusalem, tempat kematian-Nya, tanpa ada rasa takut. Tetapi para pengikut-Nya sangat ketakutan, karena mengetahui bahwa mahkamah agama Yahudi, dan para ahli Taurat memata-matai Yesus, dan terus memperhatikan Dia untuk bisa menemukan cara menjebak Dia dengan berbagai macam kesalahan. Mereka menjatuhkan kutukan kepada Yesus dan kepada para murid-Nya dan mengucilkan mereka.
Yesus mengatakan bahwa Ia akan “menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan atas banyak orang.” Injil Markus membari pemahaman tentang Allah yang menuntut supaya tebusan diberikan.
Sementara Injil Lukas menceritakan bahwa kematian Yesus tidak berkaitan dengan tebusan yang dituntut oleh Allah. Di dalam Injil ini dikisahkan seorang penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus mengatakan kepada penjahat yang lain mengapa Yesus mati: “Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” (lih. Luk 23:41)
Yesus taat sampai mati, dan lahir untuk mati bagi kita. Kasih Allah dinyatakan sepenuhnya di tengah-tengah pemberontakan manusia kepada Allah. Namun, mereka menghina Dia yang disalibkan, berharap untuk mendengar kata-kata hujatan kepada Allah akan keluar dari bibir-Nya, tetapi Ia menanggung masalah dan penderitaan kita dengan penuh kesabaran, berdoa bagi kita di kayu salib, dan mengampuni segala dosa orang-orang yang memakukan-Nya ke kayu salib.
Salib adalah lambang penderitaan yang seharusnya dihayati oleh pengikut Kristus. Memikul salib berarti menapaki jalan kematian ragawi. Mengikuti Yesus berarti mengambil jalan yang berbeda dengan dunia. Saat bekerja, kita melaksanakannya dengan cara, tindakan, tujuan, dan motivasi sesuai dengan nilai-nilai etika Kerajaan Allah, bukan nilai kerajaan dunia.
Doa: Allah Bapa yang Maharahim, Putra-Mu telah rela memanggul kesalahan-kesalahan kami dan rela pula menderita untuk menyelamatkan semua orang. Jiwailah kami dengan semangat-Nya, agar kami pun bersedia memikul beban sesama kami, seperti yang telah dilakukan oleh Dia, Hamba kami sekalian, Tuhan, Pengantara kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Sumber https://www.blogevan.com/