Renungan Hari Sabtu 30 Oktober 2021
Renungan Hari Sabtu 30 Oktober 2021
Keajaiban Anugerah Allah
Israel adalah umat pilihan Allah. Akan tetapi, mereka telah menyia-nyiakan Injil sehingga tidak dapat menikmati hak sebagai bangsa pilihan. Ironis! Bangsa yang seharusnya menerima berkat besar, kini tidak mendapatkan apa pun. Sebaliknya, bangsa lain yang sebenarnya tidak mendapatkan bagian dari berkat itu, sekarang justru sedang menikmatinya.
Meski demikian, Paulus menyatakan bahwa akhir kisah dari bangsa pilihan ini, tidaklah demikian. Tidak semua bangsa Israel menolak anugerah Allah (1-2). Paulus memberikan contoh dirinya sendiri dan tujuh ribu orang pada zaman Elia dalam Perjanjian Lama (3-4).
Paulus juga mengatakan bahwa penolakan Israel terhadap Allah tidak bersifat tetap. Demikian juga Allah sendiri tidak untuk selamanya menolak bangsa pilihan-Nya itu.
Mengapa Allah seakan-akan membiarkan Israel, bangsa pilihan-Nya itu dalam kedegilan tersandung?
Pertama, bukan karena ketidaksetiaan dan ketidakkonsistenan Allah, tapi karena bangsa ini buta terhadap anugerah Allah (7-10).
Kedua, justru karena bangsa Israel tersandung maka pintu anugerah Allah terbuka bagi bangsa-bangsa lain dan berkat besar tersedia bagi mereka (11-12).
Ketika Israel melihat bangsa- bangsa lain menerima berkat itu maka mereka pun akan tercelik matanya dan mendapatkan kembali berkat yang telah diambil dari mereka.
Ketidakpercayaan dan ketidaktaatan Israel telah membawa keselamatan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi supaya Israel cemburu (ayat 11). Inilah bukti bahwa Allah tidak membuang umat-Nya. Ia tetap memperhatikan mereka.
Kecemburuan yang dibangkitkan ini bertujuan untuk keselamatan (ayat 14). Orang-orang Yahudi cemburu ketika melihat berkat-berkat dilimpahkan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi yang tidak layak (Kis. 13:45).
Demikianlah kasih serta kemurahan Allah yang dilimpahkan kepada kita seyogyanya membuat orang-orang menolak keselamatan sadar dan bertobat.
Meskipun Israel menjadi bangsa pilihan Allah, namun Allah tidak menyayangkan mereka (ayat 21). Inilah peringatan bagi kita agar sungguh-sungguh menghayati kemurahan-Nya sehingga tidak lengah (sembrono) dalam mengemban status sebagai umat pilihan Allah dalam Kristus.
Untuk mencegah kesombongan orang-orang Kristen bukan Yahudi terhadap orang Yahudi, Rasul Paulus menganggap penting untuk menyingkapkan rahasia tentang rencana keselamatan bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi (ayat 25).
Setelah bangsa-bangsa lain diselamatkan bangsa Israel pun diselamatkan (ayat 26-27). Keselamatan diperoleh semata-mata karena kemurahan Allah (ayat 30-31), dan disambut dengan iman. Keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus.
Jadi Paulus tidak bicara tentang dua jalan keselamatan, tetapi dua pihak yang sama berdosa dan tidak layak, oleh iman dalam Yesus Kristus boleh diselamatkan.
Mazmur, Keadilan dan hukum akan kembali menang.
Di antara mazmur-mazmur yang menggumuli masalah kejahatan dalam dunia, dalam terang Allah adalah raja, mazmur ini berbicara tentang keadilan Allah.
Meskipun ide penobatan Allah sebagai raja tidak disinggung secara langsung, namun penekanan pada isu keadilan secara tidak langsung menegaskan kerajaan Allah dalam segi pemberlakuan kebenaran.
Bila pasal 93 menekankan segi Allah sebagai Raja Pahlawan, mazmur ini menekankan segi Allah sebagai Raja Hakim.
Bila kita memikirkan tentang keadilan dan tugas hakim, maka tidak bisa dihindari kita akan mengaitkannya dengan masalah pelaksanaan penghakiman dan penghukuman. Berbeda dari anggapan bahwa Allah terlalu baik atau terlalu sibuk untuk mengganjar orang-orang yang dengan jemawa dan keji bersuka cita menindas yang lemah dan tak berdaya (ayat 4-6, 21), Allah akan menghukum.
Fokus pengharapan penghakiman Allah itu adalah pada permohonan agar Allah “bangkit”, suatu ungkapan teofani, yaitu ketika Allah datang dalam kemuliaan-Nya khususnya pada akhir zaman kelak.
Berita tentang keadilan dan hukum akan kembali menang karena Allah akan bertindak sebagai Hakim yang benar, tidak hanya bertujuan pastoral kepada umat Allah, tetapi harus juga bertujuan memperingati orang-orang yang berbuat jahat (ayat 8-11).
Allah tidak berdiam diri, tak mau tahu, menarik diri dalam ketidakpedulian. Sebaliknya Allah mendengar dan melihat (ayat 9) dan bertindak (ayat 10). Orang jahat berpikir mereka menentukan segala sesuatu, tetapi mazmur ini menegaskan bahwa ada Allah yang berdaulat yang selalu menegakkan keadilan dan hukum-hukum-Nya.
Hiburan bagi orang yang takut akan Allah bukan saja datang dari mengetahui tentang kedaulatan Allah, tetapi juga dari menerima dukungan, penghiburan, dan disiplin kasih Allah atas hidupnya (ayat 18-19).
Orang yang takut akan Allah tidak diluputkan dari penderitaan karena kejahatan pihak lain, tetapi didisiplin Allah agar menjadi kesaksian yang hidup tentang kebenaran dan keadilan. Kebahagiaan orang benar tidak bersumber dari pemuasan hasrat jahat, tetapi dari tunduk pada kehendak Allah.
Injil hari ini, Harus rendah hati
Biasanya orang sangat senang menerima penghargaan, karena itu menunjukkan kemampuan dan kelebihannya. Namun bisa saja penghargaan membuat seseorang menjadi tinggi hati.
Dalam perumpamaan pertama, Yesus memperingatkan bahwa penghargaan bukan merupakan sesuatu yang seharusnya menjadi ambisi, tetapi merupakan anugerah. Karena itu jangan pernah merasa layak untuk mendapatkan tempat kehormatan, atau memburu penghargaan demi gengsi, harga diri atau untuk menaikkan status sosial (8).
Bisa saja itu jadi berbalik mempermalukan diri kita sendiri, terlebih bila kita berhadapan dengan orang yang memang benar-benar pantas mendapatkannya (9). Kalau memang layak untuk memperoleh penghargaan, kita pasti akan mendapatkannya (10).
Maka dalam hal ini, perlu ada sikap rendah hati. Rendah hati bukan karena kurang penghargaan terhadap diri sendiri, tetapi justru karena tahu bagaimana harus menempatkan diri.
Kemudian, dari lakon sebagai tamu, Yesus mengembangkan gambaran kerendahhatian, saat kita sendiri yang menjadi tuan rumah dalam suatu perjamuan. Menurut Yesus bahwa yang perlu kita undang bukanlah orang kaya dan terkenal atau kerabat kita sendiri (12).
Mengundang mereka memang menyenangkan dan menguntungkan. Tetapi undanglah orang-orang yang tidak bisa membalas pemberian kita, mereka yang layak menerima belas kasih kita (13-14). Hendaknya kita menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan kelas atau status. Untuk kerendahhatian dan keramahtamahan semacam itu, Tuhan menjanjikan berkat (14).
Jadi daripada berambisi meraih prestise karena ingin dihormati banyak orang, lebih baik kita memikirkan siapakah yang seharusnya kita layani. Karena dalam Kerajaan Allah, melayani orang lain lebih dihargai daripada kepemilikan status atau prestise.
DOA: Tuhan Yesus, kami mempersembahkan diri kami kepada-Mu pada saat ini. Kami semakin rindu, ya Tuhan, untuk tetap berada di hadapan hadirat-Mu. Tolonglah kami agar dapat tetap setia dan tabah dalam iman kami kepada-Mu. Amin.
Sumber https://carekaindo.wordpress.com/