Renungan Hari Senin 29 November 2021

Renungan Hari Senin 29 November 2021

Renungan Hari Senin 29 November 2021

Tunas pembaharuan.

Penghakiman Tuhan itu sempurna, membawa kemuliaan (ayat 2), menciptakan kekudusan dan kehidupan (ayat 3), membuat umat Tuhan kembali menjadi tempat kehadiran Allah (ayat 5). 

Ibarat mesin penggilas yang meratakan tonjolan batu-batu pada ruas jalan, demikianlah penghukuman Allah melindas kekerasan dan keangkuhan hati manusia. Kasih setia Tuhan itu besar penuh kuasa. 

Seperti tunas yang tumbuh di sela-sela bebatuan, nampak kecil dan lembut, namun ia akan bertumbuh besar. Perlahan tapi pasti, ia tetap bertumbuh bahkan menggulingkan batu di atasnya.

Demikianlah kasih Tuhan yang membaharui umat. Karunia Allah semesta. Karunia keselamatan yang dialami umat adalah semata-mata tindakan Allah. Keselamatan dari Allah itu hanya dapat diterima. 

Tidak semua orang menerimanya, hanya orang-orang yang kepada mereka Allah berkenan saja, yang dapat menerimanya. Bahkan orang yang nampak tekun dalam ibadah pun belum tentu menjadi orang yang dipilih Allah. Allah justru membenci orang munafik yang tekun beribadah, namun perbuatannya penuh kejahatan (ayat 1:13-14). 

Orang yang diperkenan Allah akan tampak dari kesungguhannya menanggapi panggilan Allah dalam iman dan pertobatan. Merekalah yang akan hidup sejahtera di bawah perlindungan Tuhan.

Mazmur, Berdoa untuk gereja

Dalam Perjanjian Lama ibadah dan kehidupan politik berhubungan sangat erat. Yerusalem adalah pusat ibadah dan pusat kehidupan berbangsa. Yerusalem tidak saja tempat umat menyembah Allah, tetapi juga tempat sumber pengayoman Allah melalui kepemimpinan umat yang diwujudkan. Masa kini, 

Gereja dan Negara adalah dua institusi berbeda fungsi dan tujuan. Namun keduanya adalah hamba Allah tempat kebaikan seharusnya diujudnyatakan sebagai syukur yang teralami oleh banyak orang.

Bagi Israel, kota Yerusalem adalah simbol kehadiran Allah yang mempersatukan mereka, walaupun mereka terdiri dari beragam suku (4).

Allah berkenan menyatakan kehadiran-Nya di Bait Allah Yerusalem (1Raj 9:3). Pemazmur bukan semata-mata kagum kepada kota Yerusalem melainkan rindu kepada Yahwe yang hadir di sana. 

Hal itu nyata lewat pernyataan pemazmur yang bersukacita untuk pergi ke rumah Yahwe dan menemukan kebaikan-Nya di sana (Mzm. 121:1, 9). Yerusalem juga menjadi simbol pemersatu Israel karena kuasa Allah dinyatakan lewat hamba-Nya, Daud dan keturunannya yang menjadi raja atas mereka (5).

Betapa indahnya kalau gereja boleh menjalankan peran baik sebagai pemersatu umat Tuhan maupun sebagai pengarah kebijakan-kebijakan para pemimpin negara ini. Simbol kehadiran Allah dan kehadiran kepemimpinan dalam gereja jangan sampai menjadi tempat eksklusif hanya untuk kelompok, etnis, suku, bahasa, status sosial tertentu. 

Mari kita yang sudah mengalami kasih karunia-Nya, memancarkan syalom Yahwe dalam Kristus kepada semua orang tanpa syarat dan batasan apa pun. Mari kita ungkapkan panggilan untuk menjadi berkat bagi sekalian orang itu baik dalam doa, program-program, maupun dalam tindakan nyata kita sehari-hari.

Renungkan: Cukup banyakkah aku berdoa untuk pemerintah dan bangsa Indonesia? Cukup pedulikah aku terhadap kesatuan umat dan kesejahteraan bangsa Indonesia?

Injil hari ini, Jika Tuan mau.

Argumentasi yang biasanya diajukan oleh orang tidak percaya adalah jika Allah berkuasa untuk menyembuhkan penyakit yang mendera manusia, maka Allah bukanlah Allah yang baik karena Ia tidak selalu melakukannya. 

Sebaliknya jika Ia tidak berkuasa menyembuhkan maka Ia bukanlah Allah. Ada sebagian orang Kristen yang menentang argumentasi ini dengan keyakinan bahwa mukjizat penyembuhan dari Allah dapat dialami siapa pun dan kapan pun asalkan mereka mempunyai iman yang besar. 

Namun sesungguhnya keyakinan mereka bermuara bukan kepada Yesus tetapi kepada diri sendiri. Kekuatan dan kuasa penyembuhan tidak lagi terletak pada pribadi dan kehendak Yesus, namun beralih kepada kekuatan keyakinan Kristen.

Tiga peristiwa mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus membantah kedua argumentasi di atas yang salah. Ketiga orang yang disembuhkan oleh Yesus dapat dikatakan tidak mempunyai iman yang sama. Orang yang sakit kusta imannya dapat dikatakan besar karena ia yakin bahwa Yesus dapat mentahirkannya. 

Perwira Kapernaum nampaknya mempunyai iman yang lebih besar sebab ia yakin bahwa Yesus tidak perlu hadir secara fisik untuk melakukan kehendak-Nya. Bagaimana dengan ibu mertua Petrus? Yesus menyembuhkannya walaupun tidak ada respons atau demonstrasi iman darinya. 

Berdasarkan fakta ini terlihat jelas bahwa mukjizat penyembuhan itu terjadi bukan karena besar kecilnya iman seseorang. Lalu karena apa? Hanya satu jawabannya, yaitu kehendak Yesus semata. 

Perhatikan tiga ungkapan yang menggambarkan kehendak Yesus untuk menyembuhkan yaitu Aku mau, jadilah engkau tahir (ayat 3); Aku akan datang menyembuhkan (ayat 7); Yesus pun melihat ibu mertua Petrus yang sakit maka dipegang- Nya tangan perempuan itu. 

Di samping itu mukjizat penyembuhan yang terjadi berfungsi sebagai penunjuk yang jelas tentang identitas dan karya Yesus. Demikianlah seharusnya pemahaman Kristen tentang mukjizat.

Renungkan: Bolehkah kita memohon mukjizat penyembuhan dari Allah? Boleh! Allah pun menghargai iman kita. Namun perlu diingat bahwa hubungan kita dengan Allah adalah anugerah-Nya, maka sikap yang tepat pada waktu kita memohon mukjizat adalah sikap yang rendah hati dan berserah kepada kehendak-Nya bukan memaksa atau menuntut. Sikap kita harus seperti orang yang sakit kusta `Jika Tuan mau’.

DOA: Tuhan Yesus, pada hari ini kami memuji-muji Engkau, seperti yang dilakukan orang Samaria yang telah Kausembuhkan dari penyakit kustanya. Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah membersihkan dan menyelamatkan kami. Jagalah agar kami tetap dekat dengan diri-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Sumber https://carekaindo.wordpress.com/ 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url