Renungan Hari Minggu 03 Juli 2022

Renungan Hari Minggu 03 Juli 2022

Renungan Hari Minggu 03 Juli 2022

Yesus menunjuk dan mengutus para murid-Nya untuk pergi mendahului Dia mewartakan datangnya Kerajaan Allah. Ini tugas yang tidak mudah. Bahkan Yesus sendiri menegaskan bahwa Dia mengutus mereka seperti domba ke tengah serigala.

Serigala selalu menanti domba untuk diterkam dan dimakan. Bahaya itu jelas, tetapi pesan Yesus juga jelas. Semua hal yang membuat para murid-Nya merasa nyaman dan aman tidak boleh dibawa.

Mereka diutus ke dalam bahaya, tetapi tidak boleh membawa perlengkapan. Ketakutan dan kecemasan besar pasti dialami para murid Yesus ketika pergi sesuai perintah Yesus. Yesus menjamin mereka dengan kuasa yang akan menyelamatkan mereka dari bahaya. Tetapi, apakah buktinya?

Para murid Yesus harus berani belajar menghadapi hal-hal berat dalam perjalanan mereka menjadi utusan Yesus. Kesulitan itu tidak bisa dihadapi lagi dengan kekuatan sendiri.

Kini mereka hanya bisa mengandalkan nama Yesus dalam menghadapi berbagai kesulitan. Dan hasilnya, luar biasa. Saat mereka setia dengan apa yang Yesus katakan, mereka melihat hasilnya. Kecemasan dan ketakutan mereka berubah menjadi sukacita luar biasa. Mereka berangkat dengan ketakutan, pulang dengan sukacita.

Keberanian untuk setia kepada sabda Yesus kerap menjadi hal yang langka dewasa ini. Orang lebih suka melihat yang indrawi, yang langsung bisa dirasakan, dilihat, dipegang. Segala yang nyata, cepat, dan instan disukai.

Akan tetapi, lama kelamaan orang lupa akan proses. Kita lebih suka mencari jalan pintas daripada belajar mengantri misalnya. Orang tua kerap lupa bahwa anaknya perlu belajar sengsara mengantri daripada sibuk mencarikan jalan pintas.

Kerap anak tidak dibangunkan untuk bersama pergi Misa Minggu karena merasa kasihan setelah selama 6 hari mereka belajar di sekolah dan harus bangun pagi.

Kesetiaan pada proses yang benar menjadi hal langka, bahkan kerap dianggap aneh oleh yang lain. Berhenti sewaktu lampu lalu lintas “merah”, juga kerap dilirik sebagai orang aneh.

Hal-hal ini tanpa kita sadari menjadi suatu penghancur kehidupan. Terhadap apa yang kelihatan saja, orang sudah tidak sabar dan setia menjalaninya, apalagi terhadap hal rohani.

Menjadi saksi bahwa Kristus itu hidup, Tuhan itu ada, harapan dalam kehidupan selalu ada menjadi hal yang sangat sulit. Keluarga mudah retak, bahkan hancur hanya karena ketidakcocokan.

Orang mudah korupsi hanya karena ingin hidup enak. Misa yang sedikit agak lama dari biasanya sudah langsung menjadi persoalan. Dewasa ini banyak orang pandai luar biasa, tetapi mudah meutuskan bunuh diri saat diputus pacarnya.

Demikian mudah orang kehilangan harapan dalam kehidupan. Kita perlu belajar setia menjalani apa yang tidak enak sekarang ini sebagai bekal hidup kita di masa mendatang.

Anak yang diajar untuk rela mengantri, hidupnya akan berhasil daripada yang terus diajar mencari jalan pintas agar semuanya cepat meski dengan cara yang tidak benar.

Menyerahkah kita saat hidup terasa berat untuk dijalani saat ini? Apakah kita hanya digerakkan oleh ketakutan dan kecemasan hidup kita? Apakah kita mulai mengumpat Tuhan karena membiarkan kita jatuh?

Doa 

Allah Bapa yang penuh kasih, Engkau menghendaki agar kami mengikuti Putra-Mu dengan sepenuh hati. Kami mohon, bebaskanlah kami dari segala hambatan agar kami dapat menjadi pengikut-pengikut-Nya yang setia dan siap sedia melaksanakan kehendak-Nya.

Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Sumber https://www.renunganhariankatolik.id/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url