Renungan Hari Rabu 20 Juli 2022
Renungan Hari Rabu 20 Juli 2022
Berdasarkan perikop ini, harapan kita tentu saja menjadi bagian dari tanah yang baik dan kemudian menghasilkan buat seratus kali lipat. Kiranya tidak ada orang yang mau menjadi tanah yang pertama dan kedua.
Impian dan harapan semua orang adalah berbuah yang berlipat-lipat. Namun kenyataannya sering kali kita masih berhenti pada tanah yang pertama dan kedua, belum sampai pada tanah yang baik yang menghasilkan buah.
Jangankan untuk berbuah, untuk bertahan hidup saja sering kali harus berjuang setengah hidup, setengahnya lagi mungkin hampir mati. Dan itulah kenyataan yang kita alami, kita hadapi.
Pertanyaan sederhana bagi kita adalah sekarang ini kita masuk dalam kategori mana dalam perumpaan itu? Menjadi tanah? Tanah yang bagaimana? Atau menjadi duri? Atau menjadi burung? Atau bahkan menjadi batu yang menghimpit?
Untuk menjadi tanah yang subur dan menghasilkan banyak buat kiranya adalah sebuah perjalanan yang panjang.
Rasanya tidak mungkin menjadikan sebuah lahan menjadi tanah yang subur dan seketika itu juga menjadi lahan yang menghasilkan buat berlipat-lipat.
Tetap harus ada proses, tahap demi tahap. Kesetiaan menjalani proses dan mengikuti proses itulah yang banyak menentukan apakan akan menjadi tanah yang baik atau tidak.
Sebuah tanah bisa menjadi tanah yang subur dan siap menghasilkan banyak buat memerlukan sebuah proses. Mulai dari diambil batu-batu yang menghalangi kesuburan, dicabut rumput-rumput liarnya.
Tidak jarang proses itu adalah proses yang menyakitkan. Supaya menjadi tanah yang bisa ditanami saja sering kali lahan itu harus dibajak berulang kali. Jika bisa berbicara, kiranya tanah itu sudah berteriak kesakitan.
Dan memang itu adalah proses yang menyakitkan, proses membongkar kemapanan yang tidak membuat pertumbuhan yang baik. Itu harus terjadi supaya ada transformasi menjadi tanah subur.
Gambaran itu kiranya bisa kita pakai dalam hidup kita. Pada dasarnya kita sudah dipilih menjadi lahan yang subur.
Namun seringkali karena tidak diolah, kita justru menjadi tanah tandus, tanah gersang. Sekualitas apapun benih yang ditaburkan dalam diri kita, tidak akan bertumbuh dengan baik, bahkan justru mati sia-sia.
Proses manusiawi kita juga demikian, mungkin harus sampai merasa sakit untuk menjadi pribadi yang matang dan subur berkembang.
Bisa jadi kita memerlukan pembajakan yang berulang kali sampai diri kita siap untuk ditanami benih.
Mari mohon rahmat Tuhan, agar kita mampu dan berani untuk dibongkar diri kita agar menjadi lebih baik.
Mari mohon rahmat Tuhan agar kita juga mampu menerima sabda-Nya dan sabda itu berbuah dalam hidup kita.
Doa
Allah Bapa kami yang maharahim, semoga telinga dan mata kami Kaubuka untuk menyadari, betapa pentingnya saling mengasihi dan berbagi bersama.
Tolonglah kami untuk saling berbagi beban yang ringan, sebab kami semua adalah saudara dan saudari satu sama lain, dan Engkaulah Tuhan kami, selama-lamanya. Amin.
Sumber https://renunganhariankatolik.org/
Sumber gambar google.com