Renungan Hari Selasa 19 Juli 2022
Renungan Hari Selasa 19 Juli 2022
Di Israel pada jaman Yesus, kehidupan sosial masyarakat sangat diwarnai oleh hubungan dekat antar saudara semarga atau clan.
Pertama, secara turun temurun, mereka percaya bahwa menjaga dan memelihara hubungan dekat dengan saudara-saudara dari
suku yang sama merupakan manifestasi kasih Allah kepada sesama. Hal ini mereka fahami dan pegang teguh sebagai isi perjanjian Allah dengan nenek moyang mereka. Menjauh dari saudara-saudara berarti melanggar perjanjian mereka dengan Allah.
Apalagi masa itu bangsa Yahudi dibawah penjajahan bangsa Romawi, meski raja mereka adalah Herodes, yang berpihak kepada bangsa Romawi demi kekuasaan.
Sistem kehidupan sosial ini mereka pakai sebagai sarana untuk memproteksi keluarga-keluarga, mempertahankan identitas dan jaminan kepemilikan atas tanah milik keluarga.
Injil hari mengisahkan sanak-saudara Yesus datang mencari Yesus yang ketika itu sudah mulai berkarya dengan meninggalkan sanak saudaranya di Nasaret.
Konon sanak saudara Yesus itu berjalan sejauh kira-kira 40 km dari Nasaret ke tempat dimana Yesus sedang berbicara kepada orang banyak.
Karena terhalang kerumunan orang, mereka hanya meminta seseorang untuk menyampaikan kepada Yesus bahwa ibu dan sanak saudara Yesus ingin berbicara dengan-Nya.
Maksud mereka tentu hendak mengajak Yesus pulang ke rumah ibu-Nya agar kembali ke kampung halaman-Nya untuk hidup bersama keluarga besar-Nya. Mereka sangat mengkhawatirkan keselamatan Yesus yang lama meninggalkan semua sanak saudara-Nya.
Tanggapan Yesus diluar dugaan mengejutkan karena Ia berkata: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”.
Jawaban Yesus mengingatkan kita akan jawaban-Nya ketika setelah hilang tiga hari diketemukan ke dua orangtuanya di Bait Allah: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:49).
Yesus seakan menyangkal hubungan-Nya dengan ibu dan sanak saudara-Nya. Yesus memang melawan arus jaman atau tidak menghormati tradisi. Tetapi Ia lebih memprioritaskan atau mementingkan hubungan rohani daripada hubungan darah atau hubungan keluarga.
Kita juga masih ingat peringatan Yesus: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”‘ (Mat 10:37).
Dengan lain perkataan Yesus mau mengatakan bahwa kita hendak-Nya lebih mementingkan relasi kita dengan Allah. Untuk itu kita hendaknya, seperti Ia sendiri, melakukan kehendak Bapa-Nya di surga dalam hidup kita.
Doa
Allah Bapa kami sumber cahaya mulia, di dunia ini kami sudah Kauperkenankan mencicipi hidup surgawi.
Semoga terang-Mu membimbing kami seumur hidup hingga akhirnya kami memasuki cahaya-Mu yang abadi.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sumber https://renunganhariankatolik.org/
Sumber gambar google.com