Renungan Hari Sabtu 06 Agustus 2022

Renungan Hari Sabtu 06 Agustus 2022

Renungan Hari Sabtu 06 Agustus 2022

Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar tubuh manusia. Manusia punya kebutuhan tidur dengan segala takaran waktunya, mulai dari masa pertumbuhan sampai masa usia senja sekalipun. Manusia yang mengalami kesulitan tidur biasanya disebut dengan “imsomnia” dan hal ini perlu dicari solusinya.

Apabila solusi tidak ditemukan, maka metabolisme tubuh akan terganggu sehingga bisa menimbulkan penyakit yang bersifat fisik maupun psikis. Biasanya efek fisik yang dialami tubuh terasa lelah dan efek psikisnya susah konsentrasi. Tidur adalah kebutuhan dasar manusia.

Namun, bila manusia kebanyakan tidur bisa juga mendatangkan dampak yang kurang baik pada tubuh dan jiwa seseorang. Akibatnya, ia menjadi pemalas. Tidur juga harus ugahari, tahu menempatkan diri pada waktu dan tempat yang tepat.

Tertidur adalah salah satu indikasi yang menyatakan seseorang kurang ugahari dan biasanya sangat merugikan. Kerugian yang dialami pun bisa mulai dari dampak yang sangat ringan sampai risiko yang sangat berat.

Misalnya, tertidur saat nonton bola, tertidur saat Misa. Tertidur saat mengendarai mobil yang berdampak petaka! Fenomena tidur adalah fenomena yang sangat manusiawi dan hal ini pun tak luput dari pengalaman hidup para rasul khususnya Petrus, Yohanes dan Yakobus yang menyertai Yesus ke atas gunung untuk berdoa.

Sementara itu, Petrus dan teman-temannya lelah tertidur dan ketika mereka terbangun lantas melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang (Nabi Musa dan Nabi Elia) yang berdiri di dekat-Nya itu.

Petrus berkata kepada-Nya, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.

Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya karena ia Tertidur tidak ugahari dan kurang bijaksana, sehingga keputusan spontan yang ia lontarkan untuk membangun kemah benar-benar jauh dari yang dikehendaki Tuhan, yakni menegaskan dan mengikuti Yesus Kristus “Inilah Anak-Ku yang Kupilih. Dengarkanlah Dia! (Luk 9:35).

Mendirikan kemah condong membuat kita stabil dan dinamis, sehingga berhenti pada pembangunan dan penghiasan yang terpusat hanya pada kemah. Mengikuti Kristus harus ada semangat lepas bebas dan ketaatan yang radikal guna menjalankan arahan Sabda-Nya.

Apakah kita punya kecenderungan untuk membangun “kemah permanen” kita dan kemudian berhenti pada kemah dengan segala hiasan dan ornamennya sehingga terlelap dengan “monumen” fisik yang kita bangun?

Apakah kita punya kecenderungan hidup mapan dan kecanduan “tidur secara mental” sehingga kita ketagihan untuk tinggal di dalam kemah yang kita bangun sendiri dan malas keluar kemah karena akan menghadapi masalah-masalah konkret kehidupan?

Gereja bisa berkembang dan bertahan bukan karena situasi mapan! Gereja mengalami kerapuhan bukan pula karena musuh dari luar tetapi justru karena orang-orang yang ada di dalamnya yang sudah mapan, acuh dan tidak bergerak untuk berbuat hal yang dinamis.

Situasi ini bisa memabukkan sehingga secara mental kita tertidur! Keluar dari “kemah” mendengar Sabda Allah dan mengakui Kristus sebagai Tuhan akan membawa kita pada kenyataan hidup, yaitu hidup yang dinamis, yang sepenuhnya bersandar pada Tuhan dan Sabda-Nya.

Doa 

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, sejak sedia kala Engkau menjanjikan kesetiaan-Mu kepada manusia. Dengarkanlah kami dan tanggapilah permohonan kami mengenai masa depan kami.

Tunjukkanlah kiranya kepada kami dalam diri Yesus Putra kesayangan-Mu, bagaimana Engkau mematuhi perjanjian-Mu dengan Abraham secara paripurna, bila di sini Sabda-Mu terdengar menggema selama ini.

Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Sumber https://renunganhariankatolik.org/

Sumber gambar google.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url