Renungan Katolik Senin, 6 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 10:25–37
📖 Renungan Katolik Senin, 6 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 10:25–37
“Siapakah Sesamaku?”
Hari ini kita merenungkan salah satu perumpamaan paling terkenal dalam Injil, yakni Orang Samaria yang Baik Hati. Bacaan dari Lukas 10:25–37 menyingkapkan ajaran Yesus tentang kasih yang tidak terbatas. Pertanyaan seorang ahli Taurat, “Siapakah sesamaku manusia?”, menjadi pintu masuk bagi Yesus untuk menunjukkan bahwa kasih sejati melampaui batas suku, agama, dan status sosial.
Renungan ini mengajak kita, terutama kaum muda dan keluarga Katolik zaman sekarang, untuk melihat bagaimana Injil ini bisa hidup dalam dunia digital, komunitas modern, dan keseharian kita.
1. Konteks Bacaan: Pertanyaan yang Menohok
Seorang ahli Taurat ingin mencobai Yesus dengan bertanya tentang hukum yang terutama:
“Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Yesus balik bertanya, dan ahli Taurat menjawab dengan benar: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Namun ia masih ingin membenarkan dirinya, sehingga bertanya: “Siapakah sesamaku?”
Pertanyaan ini sangat relevan untuk kita: Siapa yang kita anggap layak menerima kasih kita? Apakah hanya keluarga, sahabat, atau mereka yang seiman dengan kita?
2. Kisah Orang Samaria yang Baik Hati
Yesus menjawab dengan perumpamaan: ada seorang yang jatuh ke tangan penyamun, ditinggalkan setengah mati di jalan.
⦁ Seorang imam lewat → ia melihat tetapi tidak menolong.
⦁ Seorang Lewi lewat → ia juga melihat, tetapi melangkah pergi.
⦁ Seorang Samaria lewat → ia tergerak oleh belas kasihan, menolong, merawat, bahkan menanggung biaya perawatan korban itu.
Orang Samaria adalah kelompok yang dibenci orang Yahudi pada zaman itu. Namun justru dialah yang menjadi teladan kasih.
Yesus lalu bertanya: “Siapakah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
Jawabnya: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”
3. Pesan Utama: Kasih Tanpa Batas
Yesus menegaskan: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Kasih yang sejati tidak mengenal batas-batas sempit yang sering kita buat. Sesama bukan hanya yang dekat dengan kita, tetapi siapa saja yang Tuhan hadirkan di jalan hidup kita.
Inilah inti Injil hari ini: Kasih tidak boleh diskriminatif, kasih adalah tindakan nyata.
4. Relevansi untuk Hidup Zaman Sekarang
⦁ Di dunia digital: sering kali kita melihat komentar kebencian, perundungan, atau berita hoaks. Apakah kita menjadi “imam dan Lewi” yang pura-pura tidak lihat, ataukah “Orang Samaria” yang berani menyebarkan kebaikan dan kebenaran?
⦁ Dalam komunitas sosial: apakah kita hanya peduli pada kelompok kita sendiri, atau juga peka pada orang asing, kaum miskin, dan yang terpinggirkan?
⦁ Dalam keluarga: kasih seringkali diuji dengan kesalahpahaman, perbedaan pendapat, bahkan luka batin. Kasih sejati menuntut kesabaran dan pengampunan.
5. Tantangan Iman
Yesus tidak hanya meminta kita tahu siapa sesama kita, tetapi menghidupi kasih itu dalam tindakan. Kita dipanggil menjadi orang Samaria yang baik hati di zaman modern:
⦁ Menolong orang yang sedang kesulitan meskipun berbeda latar belakang.
⦁ Menghentikan rantai kebencian di media sosial.
⦁ Memberi waktu dan tenaga untuk mereka yang lemah dan tersisih.
6. Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah kami untuk mengasihi tanpa batas. Jangan biarkan kami menutup mata terhadap penderitaan sesama. Jadikanlah kami murid-Mu yang berani menjadi “Orang Samaria yang Baik Hati” di dunia modern. Amin.