Renungan Katolik Selasa, 11 November 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:7-10

Renungan Katolik Selasa, 11 November 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:7-10

📖 Renungan Katolik Selasa, 11 November 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:7-10

“Pelayanan yang Murni dan Tulus”

“Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami ini hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.” (Lukas 17:10)

1. Melayani Tanpa Pamrih di Dunia yang Haus Pengakuan

Dunia saat ini begitu terobsesi dengan likes, followers, dan pengakuan. Bahkan dalam pelayanan Gereja atau perbuatan baik, kadang tanpa sadar kita berharap “dilihat” atau “diakui.” Namun Yesus dalam Injil hari ini mengingatkan bahwa pelayanan sejati tidak mencari imbalan, pujian, atau penghargaan.

Ia menggunakan gambaran sederhana tentang seorang hamba yang, setelah bekerja seharian di ladang, masih harus melayani tuannya tanpa menuntut terima kasih.

Terdengar keras? Ya. Tapi Yesus sedang mengajarkan kerendahan hati yang sejati — bukan sikap rendah diri, melainkan hati yang sadar bahwa segala sesuatu adalah rahmat Tuhan.

2. Kita Adalah Hamba yang Dipercaya, Bukan Pemilik

“Apakah tuannya akan berterima kasih kepada hamba itu karena ia telah melakukan apa yang diperintahkan kepadanya?” (Luk 17:9)

Kalimat ini mengingatkan kita bahwa segala yang kita miliki — waktu, talenta, dan kesempatan untuk berbuat baik — bukan milik pribadi, melainkan titipan Allah.

Ketika kita melayani di Gereja, di rumah, di kantor, atau di dunia digital, kita sedang menunaikan tugas sebagai hamba yang setia.

Kerendahan hati berarti mengakui: “Tuhan, Engkaulah sumber segalanya; aku hanya alat-Mu.”

Iman yang matang tidak sibuk mencari tepuk tangan manusia, tapi mencari senyum Allah di dalam hati.

3. Sukacita Hamba yang Setia

Mungkin kita pernah merasa: “Aku sudah banyak berbuat, tapi tidak ada yang menghargai.”

Yesus ingin mengubah cara pikir itu. Sukacita sejati bukan datang dari pujian, tetapi dari kesadaran bahwa kita melakukan kehendak Allah.

Pelayanan sejati selalu dimulai dari cinta, bukan ambisi. Dari rasa syukur, bukan kebutuhan akan validasi.

Di tengah dunia yang menilai segalanya berdasarkan “hasil” dan “pencapaian,” Yesus memuji kesetiaan yang tidak terlihat — doa di kamar yang sepi, kesabaran seorang ibu yang mendidik anak, pelayanan kecil tanpa panggung, kasih yang diberikan tanpa publikasi.

4. Hati yang Sadar Akan Anugerah

Ungkapan “kami ini hamba-hamba yang tidak berguna” bukan berarti kita tidak berharga. Justru sebaliknya — itu pengakuan bahwa segala kebaikan yang kita lakukan hanyalah tanggapan atas kasih Allah yang lebih dahulu mencintai kita.

Seseorang yang benar-benar sadar akan rahmat Tuhan tidak akan mudah sombong. Ia tahu bahwa tanpa Tuhan, ia bukan siapa-siapa; tapi bersama Tuhan, segalanya mungkin.

5. Melayani di Era Digital

Di era media sosial, pelayanan bisa dengan mudah berubah menjadi ajang pencitraan. Tapi Yesus mengajak kita untuk melayani secara murni, bahkan di ruang digital — dengan membagikan kebenaran, kasih, dan harapan tanpa mencari sorotan.

Melayani bukan soal besar kecilnya karya, tetapi soal ketulusan hati. Kadang satu postingan rohani, satu kata penghiburan, atau satu doa diam-diam bisa menjadi saluran kasih Tuhan bagi banyak orang.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku melayani dengan tulus, tanpa pamrih dan tanpa mencari pujian. Jadikanlah aku hamba-Mu yang setia, yang melakukan kehendak-Mu dengan penuh cinta. Amin.

Kesimpulan Renungan

Kerendahan hati adalah tanda kedewasaan iman. Hamba yang sejati tidak menuntut imbalan, karena hatinya tahu: melayani Tuhan sudah merupakan kebahagiaan terbesar.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url