Renungan Katolik Senin, 10 November 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:1-6

Renungan Katolik Senin, 10 November 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:1-6

📖 Renungan Katolik Senin, 10 November 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:1-6

"Iman Sebesar Biji Sesawi"

“Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah dan tertanamlah di laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Lukas 17:6)

1. Tantangan Iman di Tengah Dunia Modern

Di tengah dunia digital yang serba cepat dan penuh distraksi, banyak orang beriman merasa imannya goyah. Berita negatif, tekanan hidup, dan godaan untuk mengandalkan diri sendiri sering membuat kita lupa akan kekuatan doa dan iman yang sederhana. Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan para murid tentang dua hal penting: bahaya menyesatkan sesama dan kekuatan iman, sekecil apa pun itu.

Yesus berkata, “Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja...” — kalimat ini bukan hanya tentang ukuran iman, tetapi tentang kualitas iman yang hidup, bertumbuh, dan berakar pada kepercayaan penuh kepada Allah.

2. Iman yang Bertumbuh dari Ketaatan

Biji sesawi adalah benih kecil yang tumbuh menjadi pohon besar. Begitulah iman kita: mungkin kecil di awal, tapi akan tumbuh bila dipupuk dengan ketaatan dan kasih. Iman bukan soal seberapa banyak kita tahu tentang Allah, melainkan seberapa dalam kita mempercayakan hidup kita kepada-Nya — bahkan saat tidak mengerti jalan-Nya.

Ketika Yesus berbicara tentang pohon ara yang tercabut dan tertanam di laut, Ia tidak sedang mengajarkan mukjizat spektakuler, melainkan kekuatan rohani dari iman yang sungguh-sungguh percaya pada kuasa Allah. Kadang iman sekecil itu sudah cukup untuk mengubah arah hidup kita yang semula keras kepala menjadi lembut dan taat pada kehendak Tuhan.

3. Jangan Menjadi Batu Sandungan

Bagian awal Injil hari ini juga menyinggung tentang dosa dan tanggung jawab kita terhadap sesama. “Celakalah orang yang menjadi penyebab kejatuhan orang lain.” Dalam era media sosial, ini menjadi peringatan keras bagi kita untuk bijak menggunakan kata dan sikap. Satu komentar kasar bisa melukai hati seseorang yang sedang berjuang dalam imannya.

Iman sejati selalu berjalan seiring dengan kasih dan tanggung jawab. Semakin besar iman kita, semakin besar pula panggilan untuk menjadi berkat dan bukan batu sandungan bagi orang lain.

4. Iman yang Mendorong Pengampunan

Dalam ayat-ayat sebelumnya (Luk 17:3–4), Yesus berbicara tentang pengampunan tanpa batas. Tidak heran para murid lalu berkata, “Tambahkanlah iman kami!” Karena mengampuni bukan hal mudah. Butuh iman untuk memercayakan keadilan dan pemulihan kepada Tuhan, bukan pada rasa dendam kita.

Pengampunan dan iman berjalan beriringan. Semakin kita mengandalkan Tuhan, semakin mudah kita melepaskan beban hati dan menemukan kedamaian sejati.

5. Menghidupi Iman di Zaman Digital

Iman sebesar biji sesawi di zaman ini bisa berarti menjaga hati tetap percaya walau dunia tampak kacau. Bisa juga berarti tetap memilih kasih, walau dunia menawarkan kebencian. Iman kecil yang dijalankan dengan setia lebih berharga daripada iman besar yang hanya diucapkan tanpa tindakan.

Mari kita tanam “biji sesawi iman” dalam kehidupan digital kita: membagikan hal baik, menulis kata yang membangun, dan menjadi saksi kasih Kristus di dunia maya maupun nyata.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku memiliki iman yang hidup, meskipun kecil, agar aku tetap percaya kepada-Mu dalam segala hal. Jadikanlah aku alat kasih dan damai di mana pun aku berada. Amin.

🌿 Kesimpulan Renungan

Iman sejati bukan soal ukuran, melainkan soal kepercayaan. Sekecil biji sesawi pun, bila diserahkan kepada Tuhan, mampu menumbuhkan pohon kebaikan yang besar dan menghasilkan buah kasih.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url