Renungan Hari Minggu 20 Maret 2022
Renungan Hari Minggu 20 Maret 2022
Air adalah salah satu unsur semesta yang penting dan menjadi kebutuhan pokok manusia.
Air menjadi simbol hidup. Ia menjadi simbol kebeningan dan kebersihan. Ia simbol kekuatan yang melepaskan dahaga.
Masalah air menjadi bencana kemanusiaan yang hebat. Kekurangan air bisa menjadi krisis ekonomi, sosial, dan politik, bahkan budaya dan religius.
Orang Israel dalam perjalanan menuju tanah terjanji mengalami kekurangan air.
Hal itu menyebabkan pertengkaran di antara mereka, dan Musa terpojok. Tuhan menolong mereka, sehingga dahaga mereka terpenuhi.
Dalam bacaan Injil, wanita yang menimba air di sumur Yakub, berjumpa dengan Yesus dan ia mengalami perubahan pandangan: dari air yang menghidupkan badan dan bersifat sementara ke air yang menghidupkan jiwa untuk hidup kekal. Kristus memperkenalkan diri-Nya sebagai mata air kehidupan kekal.
Ia sumber kehidupan yang melimpah. Air menjadi simbol spiritual yang penting bagi semua agama, terutama agama Kristen.
Air baptis adalah simbol peralihan hidup kita, dari yang lama menuju yang baru.
Kristus adalah sumber dan danau kehidupan yang siap melepaskan dahaga kita, membersihkan kita, mentransformasi dan menumbuhkan kembali hidup kita.
Air adalah simbol kasih karunia ilahi yang dialirkan Roh Kudus dalam hati yang dahaga supaya kita berbuah lebat.
Sementara itu murid-murid mengajak Yesus, katanya, “Rabi, makanlah!” Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.”
Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain, “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?”
Kata Yesus kepada mereka, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Bukankah kamu mengatakan ‘Empat bulan lagi tibalah musim menuai’? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu, dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.
Sekarang juga penuai telah menerima upahnya, dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.
Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa ‘Yang seorang menabur dan yang lain menuai’.
Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan. Orang-orang lain berusaha, dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.”
Banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada Yesus karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi, “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.”
Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Yesus tinggal pada mereka, dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya.
Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan Yesus, dan mereka berkata kepada perempuan itu,
“Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.
Sumber https://infokatolik.id/
Sumber gambar google.com